Tinggal di rumah saat pandemi Covid-19 membawa keuntungan tersendiri. Dan Itu yang dialami nona manis berdarah New Zealand dan Sulawesi Barat, Allyecea Angelina Caroline O’hara (19) yang tinggal di Watutumou, Minahasa Utara.
Allyecea anak kedua dari dua bersaudara. Lahir dari keluarga berbeda warga negara. Ayahnya Anthony O’hara asal Selandia Baru sedangan ibunya, Kristiana Murni dari Sulawesi Barat.
Ia mengakui, selama pandemi terjadi beberapa perubahan pada dirinya. Tentunya sebelum Covid-19, ia sering keluar rumah. Ketika anjuran pemerintah stay at home, berbagai ide ingin dilakukan. Salah satunya menanam bunga, sayuran dan beberapa tumbuhan kebutuhan dapur, ditanam di halaman rumah.
“Metode menanam belajar dari mama, melihat video, kemudian dipratekkan,” kata Caroline, baru-baru ini.
Alhasil, bunga seperti kaktus dan succulent sudah bisa menghasilkan uang. Bunga lainnya seperti bromelia, aglonema, gelombang cinta, kamboja, sansiveria dan anggrek sedang dinanti pertumbuhannya.
“Kaktus dan succulent perawatannya mudah. Begitu pun harganya. Keduanya dijual bervariasi. Paling rendah Rp 20 ribu hingga termahal Rp 100 ribu sesuai model bunga tersebut. Sedangkan untuk sayuran-sayuran dan tumbuhan dapur lainnya digunakan untuk menambah bumbu-bumbu kebutuhan makan sehari-hari,” ujarnya.
Dipikir-pikir, berbisnis bunga juga bisa mendapatkan keuntungan, akan tetapi perlu perawatan dan konsistensi merawatnya. Beberapa kali bunga yang dirawat layu hingga mati. Tetapi Caroline pantang berputus asa, terus mencoba, dan belajar dari bunga yang mati, apa penyebabnya, kemudian perawatan lebih diperhatikan agar bunga-bunga tersebut tetap hidup.
“Pandemi Covid-19 membawa kita pada hobi baru dan menguntungkan, plus bisa menjaga lingkungan. Secara pribadi akan terus melakukan bisnis bunga, apalagi dukungan orang tua luar biasa,” ujar mahasiswa semester 3 Jurusan Ekowisata Bawah Laut Politeknik Negeri Manado.
Ia berharap, jika usahanya meningkat dan permintaan konsumen tinggi, ke depannya akan melibatkan orang lain atau memekerjakan orang. Bukan itu saja, perempuan kelahiran 4 Januari 2001, mengunakan sampah bekas sebagai wadah tumbuhan yang ia tanami.
“Banyak sisa sampah plastik. Dari pada dibuang, lebih baik dibuat pot bunga dan sayur. Memanfaatkan sampah bekas ini bagian dari mengurangi akan tumpukan sampah,” kata Caroline.
Diketahui, selain menekuni hobi yang baru, Caroline aktif ikut paduan suara, vocal group, dan kapel maengket yang sempat menyabet juara 1 FLS2N se-Sulut.
Kini, dia tinggal bersama ibunya Kristiana Murni dan kakaknya di Watutumou. Sedangkan sang ayah Anthony O’hara kini sedang berada di Laos.
Penulis: Maikel Pontolondo