bar-merah

35 tahun tragedi Chernobyl, MAREM dan PMLP Unika Soegijopranata gelar Webinar “Menolak Lupa”

Webinar Menolak Lupa
Webinar Menolak Lupa, 35 Tahun Chernobyl

ZONAUTARA.com – Tahun ini tepat 35 tahun tragedi Chernobyl telah berlalu. Namun, dampak ledakan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) masih dirasakan hingga saat ini dan mungkin sampai beberapa generasi ke depan. Hal tersebut karena masih adanya paparan zat radioaktif yang mengancam kesehatan manusia maupun lingkungan.

Area dengan radius sekitar 30 kilometer dari titik ledakan saat ini menjadi zona berbahaya yang dilarang untuk dihuni karena masih tingginya tingkat radiasi dan total wilayah seluas 4.700 kilometer persegi di Ukraina dan Belarusia yang ditutup untuk umum. Pengaruh radioaktif yang terlepas hingga ribuan kilometer akibat bencana tersebut juga masih terus diwaspadai dampaknya.

“Kerugian sosial dan ekonomi akibat kecelakaan nuklir terbukti sangat besar. Tragedi Chernobyl menjadi pengingat buat kita bahwa di balik iming-iming yang ditawarkan PLTN, juga ada risiko kerugian yang besar. Ini yang harus dipertimbangkan dengan penuh kehati-hatian jangan sampai kita menyesal di kemudian hari,” kata Ketua Masyarakat Reksa Bumi (Marem) Dr. Lilo Sunaryo, melalui rilis yang diterima Zonautara pada Minggu (25/4/2021).

Lilo mengatakan, menurut IAEA kecelakaan nuklir Chernobyl adalah kecelakaan PLTN terburuk di dunia. Biaya yang ditimbulkan dari bencana Chernobyl sebesar $235 miliar. Kajian yang dilakukan oleh USC Institute of Global Health memperkirakan dampak radiasi Chernobyl menciptakan biaya hingga $700 miliar. Ukraina dan Belarusia juga harus mengalokasikan anggaran untuk mengatasi dampak Chernobyl, termasuk santunan keluarga yang terkena dampak.

Webinar Menolak Lupa
Webinar Menolak Lupa, 35 Tahun Chernobyl

Efek jangka panjang

Pada tanggal 26 April 1986 tepatnya pukul 01:23 terjadi ledakan di reaktor unit 4 PLTN Chernobyl di Ukraina, yang saat itu masih menjadi bagian Uni Soviet. Penyebab ledakan diduga human error karena kegagalan eksperimen yang dilakukan. Sebanyak 31 orang tewas di tempat saat terjadi ledakan dan sekitar 400.000 penduduk di sekitar lokasi harus dievakuasi karena paparan zat radioaktif yang sangat tinggi.

Ledakan tersebut melepaskan radiasi nuklir yang lebih besar ketimbang bom atom Hiroshima. Debu radioaktif dihamburkan ke atmosfer selama lebih dari 2 minggu dan mengkontaminasi area-area di berbagai tempat di Eropa Barat, hingga Swedia dan Inggris. Diperkirakan sekitar 150 ribu kilometer persegi terkontaminasi bahan radioaktif.

Foto dari https://www.e-ir.info/

Material radioaktif yang dilepaskan ke atmosfer dan lingkungan sekitar reaktor terdiri dari Iodine-131, Cessium-134, dan Cesium-137. Walaupun usia Iodine-131 hanya 8 hari tapi mudah sekali terserap oleh kelenjar thyroid yang memicu kanker. Sementara radiocesium lebih lama karena memiliki waktu paro sampai 30 tahun.

Paparan radioaktif tinggi paling tidak terjadi kepada 5 juta orang yang bertempat tinggal di beberapa daerah di Negara Belarus, Rusia, dan Ukraina. Belum termasuk sekitar 350.000 orang pekerja terdiri dari tentara, karyawan reaktor, polisi, dan petugas pemadam kebakaran yang terlibat dalam penanganan bencana pada tahun 1986-1987. Ditambah liquidator atau pekerja pembersih radioaktif yang mencapai 830.000 orang.

“Hingga saat ini, angka korban yang pasti masih menjadi perdebatan diantara para ahli. Namun, dampak jangka panjang yang diakibatkan paparan radiaoktif menjadi perhatian serius betapa bahaya kecelakaan nuklir terhadap umat manusia,” ujar Lilo.

Lilo menambahkan, Anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia mempublikasikan temuan bahwa sekitar 112-125 ribu atau 15% dari jumlah liquidator telah meninggal sampai 2005. Di Ukraina, angka kematian para pekerja pembersih radioaktif ini meningkat dari 3,5 sampai 17,5 per 1.000 orang antara 1988-2012. Kajian yang dilakukan terhadap orang yang dievakuasi setelah kecelakaan menemukan bahwa tingkat kematian diantara para pengungsi terus meningkat dan puncaknya 18 kematian per seribu terjadi pada 2008-2012.

Data penelitian di Belarusia, sepanjang tahun 1992-2002 tercatat lebih dari 4.000 kasus kanker tiroid pada orang yang saat kecelakaan berusia antara 0-18 tahun. Jumlah penderita kanker tiroid akibat dampak Chernobyl diperkirakan akan terus meningkat sampai beberapa tahun lagi.

“Angka disabilitas diantara para petugas pembersih ini juga mengalami peningkatan. Selain itu anak-anak di Ukraina yang lahir setelah bencana Chernobyl menunjukan kerusakan genome dan ketidaksempurnaan saat lahir (birth defects) dan dampak kesehatan lainnya,” ujar Lilo.

Menurut Lilo, kecelakaan nuklir besar seperti Chernobyl atau Fukushima memang tidak sering terjadi, tapi tidak berarti teknologi PLTN aman dan bebas risiko. Risiko-risiko kecelakaan yang berkaitan dengan teknologi, operasional, faktor manusia, dan alam sesungguhnya masih tetap besar.

Mengingat adanya risiko inheren PLTN yang tidak dapat diabaikan, Masyarakat Reksa Bumi (Marem) dan Program Magister Lingkungan dan Perkotaan (PMLP) Unika Soegijopranata menyelenggarakan Webinar Publik dengan tema “Menolak Lupa: 35 tahun Bencana Chernobyl”.

Webinar ini digelar pada Senin, 26 April 2021, pukul 09.00-12.00 WIB. Anda yang ingin mengikuti webinar ini dapat mengaksus link Youtube secara live youtu.be/fBYB97vVnqA, atau melalui Zoom Meeting di http://bit.ly/RuangRabu_MAREM_Chernobyl​ dengan ID: 982 0099 9191, passcode: PMLP.



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com