ZONAUTARA.com – Anda suka bertikai dan beradu ngotot di grup Facebook? Tidak lama lagi, teknologi kecerdasan buatan yang sedang dikembangkan oleh para peneliti Facebook, akan turun tangan untuk menghentikannya.
Facebook mencatat, setidaknya ada 70 juta grup di Facebook yang anggotanya sering bertikai. Media sosial yang didirikan Mark Zuckeberg pada tahun 2004 ini tercatat memiliki 2,85 miliar pengguna bulanan. Tahun lalu, ada lebih dari 1,8 miliar orang yang berpartisipasi di puluhan juta grup aktif setiap bulannya.
Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence/AI yang dikembangkan oleh Facebook ini dirancang untuk menemukan pertikaian yang terjadi di grup. Harapannya administrator dapat turun tangan untuk menghentikan percakapan yang lepas kendali dan saling serang.
AI diharapkan dapat menjaga agar lalu lintas percakapan di Facebook berlangsung dengan santun dan sopan. “Sebagai alat baru Facebook, AI akan memutuskan kapan harus mengirimkan peringatan adanya konflik kepada mereka yang mengelola grup. Peringatan akan dikirim ke administrator jika AI menemukan bahwa perdebatan di grup mereka sudah tidak sehat lagi,” kata juru bicara perusahaan dikutip dari CNN.
Warganet di Indonesia termasuk yang paling sering bertengkar di grup Facebook. Fenomena pertengkaran daring itu memuncak saat Pemilihan Presiden tahun 2014 dan 2019 lalu.
Dua kubu kontestan saling serang dan cemooh tiada henti, sehingga masyarakat Indonesia seperti terbelah menjadi dua kubu yang saling membenci. Bahkan, ketika Pemilu sudah usai pun, pertikaian itu terus saja berlanjut hingga saat ini. Hal yang sama juga terjadi di Amerika Serikat, negara asal Facebook sendiri.
Dengan kecerdasan buatan terbaru ini, Facebook mengklaim bahwa AI akan menggunakan beberapa sinyal dari percakapan untuk menentukan kapan harus turun tangan. AI akan mengirim peringatan konflik, berdasarkan sejumlah kata kunci yang sudah disiapkan administrator.
Menurut Facebook, jika administrator menerima peringatan konflik, mereka dapat mengambil tindakan untuk memperlambat percakapan, sehingga dapat menenangkan pengguna. Langkah ini termasuk membatasi sementara jumlah komentar yang bisa dibuat anggota grup, dan seberapa cepat komentar dapat dibuat.
Rencana AI terbaru ini menunjukkan bahwa platform media sosial seperti Facebook dan Twitter semakin mengandalkan teknologi untuk menentukan banyak hal yang dilihat warganet secara daring. Mulai dari detektor yang bisa menghapus ujaran kebencian di Facebook, hingga menghilangkan kicauan di linimasa Twitter yang mengganggu seperti milik mantan Presiden Donald Trump saat Pilpres 2020 lalu.
Sejauh ini, intervensi AI terlihat cukup melindungi pengguna media sosial dari konten yang tidak ingin mereka lihat. Kecerdasan buatan juga dapat membantu moderator (manusia sungguhan) untuk membersihkan jejaring sosial yang telah tumbuh terlalu besar sehingga kurang terpantau admin.