bar-merah

Mencetak sertifikat vaksin rawan kebocoran data pribadi

kebocoran data
Ilustrasi kebocoran data (Foto: Pexels / Thisisengineering)

ZONAUTARA.COM – Perpanjangan PPKM level 4 dilakukan pemerintah dengan berbagai bentuk pelonggaran. Salah satunya yakni pusat perbelanjaan telah boleh beroperasi.

Hal tersebut dilakukan dengan syarat tertentu, yakni pengunjung yang boleh datang harus telah mengikuti vaksinasi, dibuktikan dengan bukti sertifikat vaksin yang tercantum di dalam aplikasi PeduliLindungi.

Pengunjung dapat melakukan check database di PeduliLindungi, maupun menunjukkan sertifikat vaksin yang telah diunduh kepada petugas Mall.

Kendati demikian, metode kedua yang belakangan banyak menjadi pilihan masyarakat perlu diwaspadai. Sebab di dalam sertifikat vaksin tercantum data nikah dan data penting lainnya.

Pakar Keamanan Siber Alfons Tanujaya pun menyoroti jasa pencetakan sertifikat vaksin yang menjamur. Karena alasan kepraktisan agar tidak perlu menunjukkan smartphone, banyak orang memilih untuk mencetak sertifikat vaksin.

Karena tidak semua orang memiliki printer, sertifikat vaksin pun dikirimkan ke jasa pencetak. Nah, jasa pencetak pun otomatis mendapatkan kumpulan data kependudukan berupa NIK, nama lengkap, dan tanggal lahir.

Padahal, data-data di atas sangat berharga dan sangat berpotensi disalahgunakan. Misalnya untuk membuat KTP palsu yang bisa digunakan untuk banyak aktivitas jahat, misalnya membuka rekening bank penampungan hasil kejahatan hingga mengikuti pinjaman online.

Oleh karenanya, Alfons berpesan agar masyarakat ekstra hati-hati dalam melindungi data pribadinya, semaksimal mungkin.

“Ada baiknya juga jika aplikasi PeduliLindungi mempertimbangkan untuk menutupi informasi kependudukan dalam sertifikat vaksin, seperti yang dilakukan oleh aplikasi JAKI,” kata Alfons, Rabu (11/10).

Alfons berpendapat, informasi kependudukan ini mungkin kurang berarti secara terpisah. Misalnya yang bocor hanya tanggal lahir atau nama saja, tanpa data lain. Maka data tanggal lahir atau nama secara tunggal cukup sulit dieksploitasi.

Namun, nomor NIK adalah kuda hitam, karena secara tunggal pun tetap memiliki nilai data yang tinggi karena sifatnya yang unik dan sulit diciptakan. Hal ini karena nomor NIK adalah gabungan dari beberapa data kependudukan, seperti lokasi pemilik KTP, tanggal lahir, dan informasi tambahan lain.

Nomor NIK pun bersifat melekat pada penduduk dan berlaku seumur hidup. Jika digabungkan dengan data kependudukan lain seperti nama lengkap atau tanggal lahir, informasi ini jadi data berharga yang rentan dieksploitasi. Oleh karenanya, data kependudukan yang mengandung NIK, nama, dan tanggal lahir harus dilindungi dengan baik.

Alfons merekomendasikan metode pengecekan sertifikat vaksin proaktif menggunakan aplikasi gawai untuk memindai QR Code di mall atau tempat makan. Pasalnya cara ini dinilai cukup aman karena dapat mencegah kebocoran data.

Selain itu, data yang masuk ke aplikasi PeduliLindungi jika diolah dengan baik dapat menjadi Big Data berharga dan bisa digunakan untuk keperluan lain, misalnya tracing atau memantau kedisiplinan mall atau restoran dalam menjalankan PPKM agar tidak melewati batas maksimal pengunjung yang diperbolehkan.

Menurut Alfons, mencetak kartu sertifikat vaksin bukanlah hal yang disarankan, sebab dapat memicu terjadinya kebocoran data, utamanya data NIK.

Alfons menambahkan, jika memang mencetak sertifikat merupakan pilihan terakhir, hendaknya menutup informasi kependudukan.

“Sangat disarankan untuk menutup informasi kependudukan yang penting pada sertifikat vaksin tersebut,” ucap Alfons.



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com