ZONAUTARA.com – Dalam penelitian sains, sering kali data spesifik jenis kelamin tidak dianalisis. Hanya sepertiga dari studi yang mengenalisis rincian peserta berdasarkan jenis kelamin. Mengapa demikian?.
National Institutes of Health (NIH) di tahun 2016 mengeluarkan arahan bahwa para ilmuwan yang menerima dana dari NIH harus mempertimbangkan jenis kelamin sebagai variable biologis dalam penelitian pra-klinis dalam hewan vertebrata dan sel, serta jaringan manusa.
Sebuah studi dengan judul Meta-Research: A 10-year follow-up study of sex inclusion in the biological sciences, telah mengamati lebih dari 700 artikel jurnal, dan jumlah wanita yang dimasukkan sebagai peserta dalam penelitian pra-klinis telah meningkat dari 28 persen pada 2009 menjadi 49 persen pada 2019.
Namun sayangnya, beberapa penelitian masih menganggap seks akan mempengaruhi hasil. Data dari perempuan seringkali digabungkan dengan data dari laki-laki. Peningkatan inklusi seks ini, kata Nicole C. Woitowich, belum sesuai dengan kebutuhan.
Nicole C. Woitowich dan rekan penelitiannya melihat dua aspek yang bermasalah karena mengabaikan seks dalam penelitian ilmiah.
Yang pertama adalah data wanita jarang dipertimbangkan dalam kesimpulan penelitian, meski faktanya kemungkinan memiliki implikasi bagi kesehatan wanita. Hal ini akan bermasalah baik secara ilmiah maupun etis. Karena wanita, anak, dan orang tua juga membutuhkan perawatan medis khusus. Mereka tidak boleh diperlakukan seolah memiliki tubuh laki-laki dewasa.
Kedua, hanya satu per tiga penelitian yang melaporkan tentang jumlah pria dan wanita yang menjadi subjek penelitian. Hal ini akan membuat ilmuwan lainnya sulit mereplikasi hasilnya.
Namun, ada banyak alasan peneliti melakukan hal ini. Salah satunya, dalam surat tahun 2015 kepada jurnal Science dengan judul Opinion: Focus on preclinical sex differences will not address women’s and men’s health disparities.
Sekelompok peneliti tersebut menulis bahwa pertimbangan jenis kelamin menambahkan analisis tambahan pada penelitian, yang seringkali tidak relevan dengan tujuan proyek penelitian.
Analisis 2019 oleh GenderSci Lab Universitas Harvard menemukan bahwa para peneliti sains dasar tidak mempertimbangkan jenis kelamin karena lebih praktis. Gompers mengatakan para peneliti seringkali hanya bekerja dengan apa yang bisa mereka dapatkan.
Salah satu penulis surat di jurnal Science itu adalah Sarah S. Richardson dari Harvard, yang menyarankan “kontekstualisme seks”. Di mana penelitian yang mempertimbangkan seks dan variabel terkait seks dan apakah mereka relevan dalam penelitian biologis, tergantung pada konteks penelitian.