Zonautara
  • HOME
  • PERISTIWA
    • Press Review
    • Kabar Sulut
    • Bencana dan Musibah
    • Ekonomi dan Bisnis
    • Hukum dan Regulasi
    • Lingkungan dan Konservasi
    • Pendidikan
    • Politik dan Pemerintahan
    • Sosial Kemasyarakatan
  • LAPORAN KHAS
    • Insight
    • Indepth
    • Sorotan
    • Tematik
    • Persona
    • ZONA DATA
      • Angka
      • Visualisasi Data
    • TUTUR VISUAL
      • Foto
      • Video
      • Infografis
    • POJOK RONNY
      • Perjalanan
  • CARI TAHU
    • ZONAPEDIA
    • Bagaimana caranya?
    • Daftar
    • Sejarah
    • Hari Ini Dalam Sejarah
  • REHAT
  • DATASET
No Result
View All Result
Zonautara
  • HOME
  • PERISTIWA
    • Press Review
    • Kabar Sulut
    • Bencana dan Musibah
    • Ekonomi dan Bisnis
    • Hukum dan Regulasi
    • Lingkungan dan Konservasi
    • Pendidikan
    • Politik dan Pemerintahan
    • Sosial Kemasyarakatan
  • LAPORAN KHAS
    • Insight
    • Indepth
    • Sorotan
    • Tematik
    • Persona
    • ZONA DATA
      • Angka
      • Visualisasi Data
    • TUTUR VISUAL
      • Foto
      • Video
      • Infografis
    • POJOK RONNY
      • Perjalanan
  • CARI TAHU
    • ZONAPEDIA
    • Bagaimana caranya?
    • Daftar
    • Sejarah
    • Hari Ini Dalam Sejarah
  • REHAT
  • DATASET
No Result
View All Result
Zonautara
No Result
View All Result
Home PERISTIWA PRESS REVIEW

Operator Tur Wisata Suku Asli Australia Kewalahan Penuhi Permintaan

by Redaksi ZU
A A

Australia (AP) — 

Setiap tahun, wisata edukasi masyarakat adat Australia menyerap hampir satu juta turis dalam negeri, dengan minat yang semakin tinggi. Masalahnya, operator wisata tidak dapat memenuhi seluruh permintaan yang muncul di banyak tempat.

Wilderness World Heritage Tasmania adalah salah satu lokasi yang mengalami keterbatasan itu, namun pemerintah setempat ingin memperbaiki masalah tersebut.

Bagi Nunami Sculthorpe-Green, ini semua tentang berbagi kisah masyarakat adatnya, sambil berjalan-jalan. “Orang-orang ingin tahu kisah kami, mereka ingin berjalan bersama kami dan memahami sejarah juga budaya kami dari kami sendiri.”

Bagi salah satu wisatawan, mendengarkan kisah masyarakat adat Australia langsung dari bibir mereka sendiri, itu penting.

“Penuturan mereka menghidupkan kisah sesungguhnya, membuat kisah itu terasa nyata bagi Anda,” ujarnya.

Dua pria Aborigin memainkan alat musik tradisional 'Didjiridoo' di 'Festival Impian' di Sydney, Australia (foto: ilustrasi).

Dua pria Aborigin memainkan alat musik tradisional ‘Didjiridoo’ di ‘Festival Impian’ di Sydney, Australia (foto: ilustrasi).

Hal itu diamini wisatawan lainnya. “Dan kisah ini mengandung pemahaman yang berbeda tentang tanah tempat kita berada. Saya rasa itu sangat penting,” tukasnya.

Tur wisata itu fokus mengisahkan sejarah masyarakat aborigin di tenggara Pulau Tasmania.

Pemerintah setempat pun sangat ingin meningkatkan pariwisata edukasi masyarakat aborigin di kawasan Wilderness World Heritage di Tasmania, yang membentang dari taman-taman nasional di Gunung Cradle hingga barat daya negara bagian tersebut.

Di kawasan Melaleuca, tur wisata Needwonnee Walk merupakan salah satu pengalaman yang tersedia bagi wisatawan. Tapi masih banyak lagi paket wisata yang dibutuhkan.

Data tahun 2019 menunjukkan bahwa 1,4 juta pengunjung internasional dan satu juta wisatawan domestik menikmati wisata edukasi masyarakat adat di seluruh Australia.

Dan permintaan untuk jenis wisata seperti itu pun terus meningkat.

Desmond Campbell dari organisasi nonprofit Welcome to Country yang membantu masyarakat adat Australia mengatakan, “Ini benar-benar pengalaman bagi seluruh panca indra dan sebuah kesempatan untuk dapat ikut serta dan belajar tentang kehidupan dan budaya tertua di dunia.”

Sebuah panduan sedang disusun pemerintah Tasmania untuk menyajikan nilai-nilai budaya aborigin setempat di tataran warisan dunia.

Kembali, Campbell mengatakan, “Saya menyerukan kepada pemerintah Tasmania untuk benar-benar bekerja sama dengan para tetua setempat, masyarakat adat Palawa.”

Sculthorpe-Green menambahkan, “Ini harus ditentukan masyarakat kami sendiri, jadi pemerintah tidak bisa memilih sendiri bagaimana mereka ingin melakukannya. Kami mungkin tidak punya sesuatu yang sudah dipoles rapi, siap digunakan langsung, tapi kami punya gagasan dan ini adalah warisan kami.” [rd/uh]

Sumber


Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia
Tags: gaya hidupvoaAsia Pasifik
ShareTweetSend

Related Posts

PRESS REVIEW

Bertani Bawang: Tips untuk Sukses dan Dampaknya terhadap Kesehatan dan Lingkungan

28 April 2023

...

PRESS REVIEW

Pentingnya Menjaga Keberlangsungan Hidup Lahan Basah di Indonesia

28 April 2023

...

Discussion about this post

Facebook Twitter Instagram Youtube

Redaksi

Kelurahan Mongkonai, Kecamatan Mongkonai Barat, Kotamobagu.
Email: [email protected]
[email protected]

  • Tentang Kami
  • REDAKSI
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Kebijakan Data Pribadi
  • Content Placement

© 2023 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • HOME
  • PERISTIWA
    • Press Review
    • Kabar Sulut
    • Bencana dan Musibah
    • Ekonomi dan Bisnis
    • Hukum dan Regulasi
    • Lingkungan dan Konservasi
    • Pendidikan
    • Politik dan Pemerintahan
    • Sosial Kemasyarakatan
  • LAPORAN KHAS
    • Insight
    • Indepth
    • Sorotan
    • Tematik
    • Persona
    • ZONA DATA
      • Angka
      • Visualisasi Data
    • TUTUR VISUAL
      • Foto
      • Video
      • Infografis
    • POJOK RONNY
      • Perjalanan
  • CARI TAHU
    • ZONAPEDIA
    • Bagaimana caranya?
    • Daftar
    • Sejarah
    • Hari Ini Dalam Sejarah
  • REHAT
  • DATASET

© 2023 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.