Perdana Menteri Australia Anthony Albanese bersiap menandatangani sebuah perjanjian keamanan baru dengan mitranya di Papua Nugini seiring upaya Canberra untuk melawan pengaruh China di Pasifik. Albanese tiba di Port Moresby hari Kamis (12/1) untuk memperdalam hubungan pertahanan Australia dengan negara tetangganya itu.
Isu keamanan kawasan diperkirakan mendominasi pembicaraan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese dengan Perdana Menteri Papua Nugini James Marape.
Kedua pemimpin mendiskusikan sebuah Perjanjian Keamanan Bilateral resmi yang diperkirakan akan diratifikasi bulan Juni. Rincian kesepakatan itu belum diumumkan.
Kedua negara itu hanya dipisahkan oleh laut berjarak beberapa kilometer. Kunjungan itu merupakan yang pertama kalinya dilakukan perdana menteri Australia sejak 2018. Albanese akan menjadi pemimpin asing pertama yang berpidato di parlemen Papua Nugini.
Para pengamat menilai kunjungannya merupakan bagian dari upaya Canberra untuk melawan ambisi diplomatik dan perdagangan China di Pasifik.
Australia melakukan apa yang para pejabat sebut sebagai “pendekatan yang mengutamakan keluarga” untuk keamanan di kawasan – sebuah strategi yang didasarkan pada kaitan erat negara-negara di kawasan yang diyakini para pakar secara sengaja mengecualikan China.
Tahun lalu, China menandatangani sebuah perjanjian keamanan dengan Kepulauan Solomon, tetangga dekat Papua Nugini. Negara kepulauan itu terletak 2.000 kilometer di timur laut Australia, dengan populasi sebesar 700.000 jiwa. Pada saat itu, pemimpin Solomon Manasseh Sogavare mengatakan bahwa perjanjian dengan China akan memberikan perlindungan terhadap “ancaman eksternal maupun internal” dan sama saja dengan perjanjian keamanan yang sudah disepakati dengan Australia. Meski demikian, Beijing gagal meyakinkan negara-negara Pasifik lainnya untuk bergabung dalam sebuah perjanjian tingkat kawasan yang lebih luas.
Pat Conroy, menteri pembangunan internasional dan urusan Pasifik, mengatakan kepada Australian Broadcasting Corp. hari Kamis (12/1) bahwa kunjungan Albanese ke Papua Nugini menyangkut masalah lingkungan dan keamanan.
“Kunjungan itu juga merupakan upaya gabungan untuk melawan masalah perubahan iklim dan penguatan arsitektur kawasan Pasifik dengan pendekatan yang mengutamakan keluarga Pasifik untuk memenuhi kebutuhan keamanan di seantero Pasifik. Jadi, ini semua tentang penguatan hubungan Australia dan Papua Nugini dan memperjelas pesan bahwa kami adalah mitra keamanan pilihan,” kata Conroy.
Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong telah mengunjungi negara-negara Pasifik beberapa kali semenjak Partai Buruh yang menaungi Albanese memenangkan pemilu federal Mei lalu.
Bulan lalu, Wong menandatangani sebuah perjanjian keamanan baru dengan Vanuatu.
Meskipun berusaha melawan ambisi China di kawasan yang dianggapnya sebagai lingkup pengaruh tradisionalnya, Australia juga berusaha menenangkan hubungannya dengan China, yang merupakan mitra dagang terpentingnya.
Sengketa geopolitik dan dagang telah merusak hubungan bilateral kedua negara hingga pada tahap di mana dalam beberapa tahun terakhir kedua negara hampir tidak pernah berkomunikasi, meski kini mulai terjadi pencairan suasana dalam hubungan keduanya.
Albanese bertemu Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G-20 di Bali tahun lalu.
Canberra dan China mengakui bahwa ketidaksepahaman tidak bisa dihindari, namun kedua negara memberi pertanda bahwa mereka mencoba menjalin dialog yang stabil dan jujur, serta berusaha mengakhiri permusuhan diplomatik. [rd/lt]
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia