Zonautara
  • HOME
  • PERISTIWA
    • Press Review
    • Kabar Sulut
    • Bencana dan Musibah
    • Ekonomi dan Bisnis
    • Hukum dan Regulasi
    • Lingkungan dan Konservasi
    • Pendidikan
    • Politik dan Pemerintahan
    • Sosial Kemasyarakatan
  • LAPORAN KHAS
    • Insight
    • Indepth
    • Sorotan
    • Tematik
    • Persona
    • ZONA DATA
      • Angka
      • Visualisasi Data
    • TUTUR VISUAL
      • Foto
      • Video
      • Infografis
    • POJOK RONNY
      • Perjalanan
  • CARI TAHU
    • ZONAPEDIA
    • Bagaimana caranya?
    • Daftar
    • Sejarah
    • Hari Ini Dalam Sejarah
  • REHAT
  • Our Network
No Result
View All Result
Zonautara
  • HOME
  • PERISTIWA
    • Press Review
    • Kabar Sulut
    • Bencana dan Musibah
    • Ekonomi dan Bisnis
    • Hukum dan Regulasi
    • Lingkungan dan Konservasi
    • Pendidikan
    • Politik dan Pemerintahan
    • Sosial Kemasyarakatan
  • LAPORAN KHAS
    • Insight
    • Indepth
    • Sorotan
    • Tematik
    • Persona
    • ZONA DATA
      • Angka
      • Visualisasi Data
    • TUTUR VISUAL
      • Foto
      • Video
      • Infografis
    • POJOK RONNY
      • Perjalanan
  • CARI TAHU
    • ZONAPEDIA
    • Bagaimana caranya?
    • Daftar
    • Sejarah
    • Hari Ini Dalam Sejarah
  • REHAT
  • Our Network
No Result
View All Result
Zonautara
No Result
View All Result
Home PERISTIWA PRESS REVIEW

Genre Horor Pengaruhi Seni, Musik dan Film

by Redaksi ZU
A A

Baca Pula:

‘Sangat Sedih’ dengan Gempa di Turki dan Suriah, Biden Janjikan Bantuan

7 February 2023

Dunia Harus Sadar untuk Ubah Arah Konflik dan Perpecahan

7 February 2023

The Horror Show di Somerset House di London menampilkan benda-benda sangat menakutkan sebagai pusat perhatian pameran tersebut. Pameran ini mengeksplorasi bagaimana genre horor telah memengaruhi para seniman, musisi, TV dan film Inggris dari tahun 1970-an hingga sekarang. Lebih dari 200 objek mengerikan memberi informasi mengenai politik, hiburan dan pemberontakan kreatif selama beberapa dekade itu.

Pameran ini dikurasi bersama oleh Iain Forsyth dan Jane Pollard, duo seniman yang pernah mendapat nominasi BAFTA (British Academy Film Awards, penghargaan tahunan atas kontribusi warga Inggris dan internasional bagi dunia perfilman).

“Kami benar-benar ingin memperlihatkan bagaimana horor dapat digunakan sebagai alat yang luar biasa tajam melawan ketidakadilan atau ketidaksetaraan. Semuanya ada di sini. Melalui tiga bagian pameran, kita akan melihat semacam kit perangkat, pedoman untuk bangkit dan bersuara keras serta membuat seni yang membuat perbedaan,” jelas Pollard.

Horor adalah genre favorit sepanjang tahun. Orang-orang dengan sukarela menakut-nakuti diri sendiri dengan berbagai film dan acara televisi.

“Saya pikir horor memberi kita cara untuk keluar dari kengerian kehidupan sehari-hari, kengerian tentang darurat iklim, krisis politik. Yang dilakukan horor adalah memberi kita ruang aman di mana di dalamnya kita merasakan teror, kengerian, semua perasaan itu, tetapi dalam ruang yang aman. Seperti naik kereta hantu di pasar malam, ini menyenangkan karena kita tahu pada akhirnya kita akan turun dari kereta itu,” komentar Forsyth.

Pameran ini dibagi dalam tiga bagian. Dibuka dengan ‘Monster’ yang didedikasikan untuk era 1970-an dan 1980-an, di mana gejolak politik dan perpecahan sosial terjadi di Inggris dan juga masa ketika para musisi rock seperti Souxsie and the Banshees, David Bowie dan Marc Almond mendefinisi ulang identitas budaya Inggris.

Bagian kedua, ‘Ghost,’ menandai era 1990-an dan awal 2000-an sewaktu era baru digital bangkit. Di sini antara lain ditampilkan kepala terpenggal yang digunakan dalam sebuah acara TV BBC, juga gambaran bagaimana dunia mengarah ke krisis finansial 2008.

Bagian terakhir adalah ‘Witch,’ yang memperlihatkan pengaruh horor terhadap masa modern.

Para kurator memperhatikan ada pergeseran fokus para seniman. Mulai dari seniman visioner seperti Leigh Bowery yang sengaja membuat dirinya seperti monster, hingga para seniman yang mengubah anak kucing imut menjadi sesuatu yang menakutkan, pameran ini merupakan perjalanan melalui genre horor. Selain itu, pameran ini juga merupakan pelajaran dari sejarah Inggris yang mungkin beresonansi dengan situasi politik saat ini.

“The Horror Show!: A Twisted Tale of Modern Britain” berlangsung hingga 19 Februari 2023. [uh/ab]

Sumber


Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia
Tags: beritavoaSeni & Hiburan
ShareTweetSend

Related Posts

PRESS REVIEW

‘Sangat Sedih’ dengan Gempa di Turki dan Suriah, Biden Janjikan Bantuan

7 February 2023

...

PRESS REVIEW

Dunia Harus Sadar untuk Ubah Arah Konflik dan Perpecahan

7 February 2023

...

Discussion about this post

Facebook Twitter Instagram Youtube

Redaksi

Kelurahan Mongkonai, Kecamatan Mongkonai Barat, Kotamobagu.
Email: [email protected]
[email protected]

  • Tentang Kami
  • REDAKSI
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Kebijakan Data Pribadi

© 2023 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • HOME
  • PERISTIWA
    • Press Review
    • Kabar Sulut
    • Bencana dan Musibah
    • Ekonomi dan Bisnis
    • Hukum dan Regulasi
    • Lingkungan dan Konservasi
    • Pendidikan
    • Politik dan Pemerintahan
    • Sosial Kemasyarakatan
  • LAPORAN KHAS
    • Insight
    • Indepth
    • Sorotan
    • Tematik
    • Persona
    • ZONA DATA
      • Angka
      • Visualisasi Data
    • TUTUR VISUAL
      • Foto
      • Video
      • Infografis
    • POJOK RONNY
      • Perjalanan
  • CARI TAHU
    • ZONAPEDIA
    • Bagaimana caranya?
    • Daftar
    • Sejarah
    • Hari Ini Dalam Sejarah
  • REHAT
  • Our Network

© 2023 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.