Malaysia berencana untuk memperkenalkan jaringan 5G kedua mulai tahun depan, kata Reuters, berdasarkan informasi yang diperoleh dari empat sumber. Gebrakan pemerintah Perdana Menteri Anwar Ibrahim yang baru berkuasa selama enam bulan ini ditujukan untuk menghentikan monopoli dan mempromosikan persaingan.
Peluncuran 5G Malaysia oleh badan negara Digital Nasional Berhad (DNB) telah berulang kali mengalami kemunduran karena kekhawatiran industri terhadap harga dan transparansi, serta kekhawatiran bahwa satu jaringan yang dikelola pemerintah akan menghasilkan monopoli yang dinasionalisasi.
Sejak menjabat pada November tahun lalu, Anwar telah memerintahkan peninjauan terhadap dana miliaran dolar yang dikeluarkan untuk proyek-proyek pemerintah untuk memperkuat tata kelola dan meminimalkan pengeluaran yang sia-sia. Ia juga berjanji untuk meningkatkan persaingan untuk memastikan layanan yang lebih baik bagi publik.
Pemerintah Anwar sekarang berencana untuk memperkenalkan jaringan 5G kedua mulai Januari 2024 untuk menantang cengkeraman kuat DNB di pasar itu, kata empat sumber yang mengetahui masalah itu kepada Reuters, namun menolak untuk diidentifikasi karena sensitivitas masalah tersebut.
Kementerian Komunikasi dan Digital mengatakan kepada Reuters bahwa belum ada keputusan yang dibuat tentang 5G.
“Masalah ini masih dalam peninjauan,” kata Ahmad Firdaus Mohd, sekretaris pers menteri komunikasi, melalui pesan singkat, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Rekomendasi operator besar untuk penyedia 5G kedua ditolak oleh pemerintah sebelumnya pada Maret tahun lalu. DNB mengerahkan jaringannya pada akhir 2021 dengan partisipasi dua perusahaan telekomunikasi sebagai uji coba.
Setelah berbulan-bulan pembicaraan yang berlarut-larut, semua kecuali satu dari lima operator seluler di negara itu setuju pada bulan Oktober untuk menggunakan jaringan DNB, membuka layanan 5G untuk lebih banyak pelanggan.
Namun, peluncuran itu kembali dicermati, setelah Anwar menjabat pada November dan mengumumkan peninjauan rencana 5G, dengan mengatakan bahwa rencana itu belum dirumuskan secara transparan oleh pemerintahan sebelumnya. DNB membantah klaim itu.
Rencana untuk jaringan kedua akan bergantung pada DNB dan operator-operator seluler yang memastikan bahwa jangkauan jaringan 5G mencapai target pemerintah sebesar 80% dari wilayah berpenduduk negara itu pada akhir tahun ini, kata sumber-sumber tersebut.
Proposal tentang rencana tersebut diperkirakan akan diserahkan ke kabinet pada hari Rabu, kata dua sumber.
Empat perusahaan telekomunikasi Malaysia – Maxis Bhd MXSC.KL, U Mobile, Telekom Malaysia TLMM.KL dan YTL Communications YTLS.KL – tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters. DNB dan perusahaan kelima, CelcomDigi CELC.KL, menolak berkomentar. CelcomDigi meminta Reuters mengajukan pertanyaan lebih lanjut ke pemerintah.
Menteri Komunikasi Fahmi Fadzil mengatakan pada hari Jumat bahwa ia berharap untuk mengangkat masalah 5G di kabinet minggu ini, lapor media. Fahmi juga mengatakan pekan lalu jangkauan jaringan 5G sudah mencapai 55% di wilayah berpenduduk.
DNB mengatakan satu jaringan akan mengurangi biaya, meningkatkan efisiensi dan mempercepat pembangunan infrastruktur.
Tidak jelas bagaimana proposal untuk jaringan 5G kedua akan mempengaruhi perjanjian DNB yang sudah ada dengan mitra pengembangannya, raksasa telekomunikasi Swedia Ericsson ERICb.ST, dan operator-operator seluler lainnya.
Tiga operator — CelcomDigi, Telekom dan YTL — setuju tahun lalu untuk mengambil 65% saham kolektif di agensi tersebut, dengan pemerintah memegang 35% sisanya.
Dua operator seluler utama — Maxis dan U Mobile — menolak untuk mengambil ekuitas di DNB, lapor Reuters.
U Mobile belakangan bergabung dengan perusahaan-perusasaan telekomunikasi lain dalam mendaftar untuk mengakses jaringan 5G DNB. Maxis mengatakan akan menunggu sampai tinjauan pemerintah terhadap DNB selesai. [ab/uh]
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia