Para menteri luar negeri dari negara-negara anggota G-7 mengutuk perang Rusia di Ukraina dan menyoroti perlunya dialog dengan China untuk mengatasi berbagai tantangan global, sewaktu mereka mengakhiri pertemuan di Jepang hari Selasa (18/4).
Sambil menyatakan tentang pentingnya kerja sama dengan China dalam isu-isu seperti perubahan iklim dan keamanan kesehatan global, para menteri dalam komunike bersama menyatakan keprihatinan mereka mengenai tindakan China di Laut China Timur dan Laut China Selatan serta sikapnya terhadap Taiwan.
“Kami menegaskan lagi pentingnya perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan sebagai unsur yang sangat diperlukan dalam keamanan dan kemakmuran di masyarakat internasional, dan menyerukan penyelesaian damai dalam isu-isu lintas-Selat,” kata para menteri.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan dalam pembicaraan dengan para sejawatnya dari Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia dan Jepang bahwa ada “konvergensi luar biasa” terkait keprihatinan mengenai China dan apa yang sedang dilakukan untuk mengatasi kekhawatiran itu.
Juru bicara kementerian luar negeri China Wang Wenbin mengatakan kepada para wartawan bahwa komunike G-7 sangat mencampuri urusan internal China dan secara jahat memfitnah negaranya.
Blinken mengatakan kepada wartawan bahwa terkait diskusi AS-China yang macet, AS meyakini bahwa “memiliki jalur-jalur komunikasi, bisa terlibat dalam berbagai isu secara luas yang menghidupkan hubungan, sangatlah penting.”
Para menteri G7 mengatakan dalam komunike mereka bahwa mereka berkomitmen untuk “mengintensifkan sanksi-sanksi terhadap Rusia,” sambil juga berkoordinasi untuk memastikan Rusia dan pihak lainnya tidak mengelak dari sanksi tersebut. Mereka juga memperingatkan Rusia agar tidak menggunakan nuklir atau senjata kimia dan mengutuk pendudukan Rusia terhadap PLTN Zaporizhzhia.
“Rusia harus menarik semua pasukan dan peralatan dari Ukraina dengan segera dan tanpa syarat,” kata para menteri. “Kami berkomitmen kembali sekarang ini untuk mendukung Ukraina selama diperlukan dan untuk memberikan bantuan keamanan, ekonomi dan kelembagaan yang berkelanjutan untuk membantu Ukraina mempertahankan diri, mengamankan masa depannya yang bebas dan demokratis, dan mencegah agresi Rusia pada masa mendatang.”
Blinken mengatakan para anggota G7 akan “memperingatkan dunia mengenai siapa penyerang dan siapa korban” dalam konflik yang dimulai Rusia dengan invasi besar-besaran terhadap Ukraina tahun lalu. Ia juga mengatakan Rusia melanggar janjinya dengan menghalangi ekspor biji-bijian Ukraina mencapai daerah-daerah di dunia yang sangat memerlukannya.
Mengenai Iran, para menteri G7 menyatakan keprihatinan mengenai apa yang mereka sebut “aktivitas destabilisasi terus menerus” oleh Iran, dan meminta Iran agar berhenti memasok drone ke pasukan Rusia yang menggunakannya untuk melancarkan serangan di Ukraina.
“Kami tetap sangat prihatin mengenai eskalasi program nuklir Iran yang tidak kunjung reda, yang tidak memiliki justifikasi sipil yang kredibel dan membuatnya sangat dekat pada aktivitas aktual terkait senjata yang berbahaya,” kata para menteri sewaktu mereka meminta Iran agar memenuhi komitmen nonproliferasi nuklirnya. [uh/ab]
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia