Dana Moneter Internasional IMF pada Rabu (12/7) menyetujui program dana talangan senilai $3 miliar bagi Pakistan untuk membantu negara yang kekurangan uang itu mengatasi krisis neraca pembayaran akut jangka pendek, dan mencegah potensi gagal bayar.
Dalam pernyataannya IMF mengatakan dewan eksekutifnya telah melangsungkan pertemuan di kantor pusat di Washington DC, dan setuju untuk mencairkan dana selama sembilan bulan untuk mendukung upaya stabilisasi ekonomi Pakistan.
“Dewan Eksekutif IMF menyetujui Stand-By Arrangement (SBA) sembilan bulan bagi Pakistan dengan jumlah sekitar $3 miliar atau 111% kuota guna mendukung program stabilisasi ekonomi pemerintah Pakistan,” demikian petikan pernyataan itu.
Persetujuan dana talangan itu datang pada saat yang menantang bagi ekonomi Pakistan.
IMF mengatakan “lingkungan eksternal yang sulit, banjir yang menghancurkan dan kebijakan yang salah langkah telah menyebabkan defisit fiskal dan eksternal yang besar, kenaikan inflasi, dan terkikisnya penyangga cadangan pada tahun fiskal 2023 ini.”
Ditambahkan, berdasarkan perjanjian itu maka Pakistan akan segera menerima $1,2 miliar. “Jumlah yang tersisa akan diberikan secara bertahap selama program dana talangan ini, tunduk pada dua kajian triwulanan.”
Pernyataan itu menggarisbawahi bahwa program itu akan mensyaratkan pemerintah Presiden Shehbaz Sharif untuk menerapkan “disiplin fiskal yang lebih besar, nilai tukar yang ditentukan pasar untuk menyerap tekanan eksternal, dan kemajuan lebih lanjut dalam reformasi terkait sektor energi, ketahanan iklim dan iklim bisnis.”
PM Sharif Sebut Persetujuan Dana Talangan IMF Sebagai “Langkah Maju yang Besar”
Persetujuan pinjaman itu datang kurang dari dua minggu setelah pejabat IMF dan Pakistan menyetujui rencana tersebut pada tanggal 29 Juni, setelah perundingan yang rumit selama delapan bulan. Sharif memuji persetujuan IMF itu sebagai “langkah maju yang besar” dalam upaya menstabilkan ekonomi.
“Kesepakatan ini mendukung posisi ekonomi Pakistan untuk mengatasi tantangan ekonomi jangka pendek hingga menengah, memberi ruang fiskal bagi pemerintah berikutnya untuk memetakan jalan ke depan,” tambah Shehbaz Sharif di Twitter.
Pemerintahan koalisi Sharif akan menyelesaikan masa mandatnya bulan depan, dan pemilu baru di Pakistan akan diselenggarakan pada musim gugur nanti.
Cadangan Devisa Merosot, Inflasi Meroket
Cadangan devisa Pakistan baru-baru ini menyusut ke tingkat terendah dalam sejarah, di mana hingga minggu lalu mencapai sekitar US$4 miliar dolar, hanya cukup untuk membeli barang impor yang dikendalikan selama beberapa minggu dibanding dengan mandat IMF, yaitu tiga bulan.
Negara berpenduduk 230 juta jiwa itu sedang berjuang untuk mengatasi daya beli yang terus menurun setelah meroketnya inflasi.
Persetujuan Dewan IMF itu akan membuka pembiayaan eksternal bilateral dan multilateral lain bagi Pakistan.
Menteri Keuangan Pakistan Ishaq Dar mengatakan menjelang pengumuman IMF itu, Uni Emirat Arab UEA mendepositokan pinjaman sebesar US$ 1 miliar di Bank Sentral Pakistan guna mendukung cadangan devisa. Sementara sehari sebelumnya, Pakistan juga menerima pinjaman bernilai US$ 2 miliar dari Arab Saudi untuk mendukung cadangan devisa selama satu tahun. Dalam tiga bulan terakhir ini sekutu dekat Pakistan, China, juga menggulirkan lebih dari $5 miliar pinjaman; langkah yang menurut Sharif telah secara signifikan menyelamatkan negaranya dari gagal bayar utang.
Dar berharap cadangan devisa akan meningkat menjadi US$15 miliar pada akhir Juli ini.
Dana talangan IMF itu telah ditangguhkan sejak Desember 2022 karena Pakistan dinilai kurang mematuhi kesepakatan dana talangan tahun 2019 antara pemberi pinjaman dan pemerintahan – ketika itu – Imran Khan. [em/rs]
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia