ZONAUTARA.COM – Warga Kampung Batubulan di Kecamatan Siau Barat Utara (Sibarut), bisa menghela nafas lega. Pasalnya, jalan rusak akibat lelehan lava pada Februari 2019 lalu, bakal kembali dibangun pemerintah, melalui anggaran yang sudah ditetapkan di tahun 2024 ini.
Kondisi jalan antara Kampung Kawahang ke Kampung Batubulan di Kecamatan Sibarut, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) itu memprihatinkan. Padahal jalan tersebut merupakan satu-satunya akses warga di desa yang ditinggali 471 jiwa, sesuai data Dinas Kependudukan Catatan Sipil tahun 2023, untuk terhubung dengan kampung lain atau ke pusat kota.
Pada awal Februari 2019 lalu, lelehan lava menghancurkan jalan dan jembatan yang belum sempat diresmikan kala itu. Sesuai data Pos Pengamatan Gunung Api Karangetang dampak kerusakan yang ditimbulkan lelevan lava melibuti area selebar 160 meter.
Meski tidak ada korban jiwa, namun akibat kerusakan terasa hingga saat ini. Saat musim hujan, warga dipastikan terisolir, tidak bisa berbelanja kebutuhan pokok, dan anak sekolah terpaksa libur ke sekolah karena tak bisa melintas.
Kondisi jalan saat ini, hanya selebar satu meter yang hanya cukup untuk dilalui satu kendaraan roda dua. Itupun dengan kontur menurun dan menanjak, di sisi bagian arah laut tidak ada pengaman, yang memaksa pengendara perlu kewaspadaan tinggi dan fokus saat melintas.
Lantas, tidak hanya warga sekitar yang menggunakan jalan ini. Tiap bulannya, petugas kesehatan dari Puskesmas Hiung harus menyebrang untuk menggelar pos pelayanan terpadu atau Posyandu kepada masyarakat.
Penjabat (Pj) Bupati Kepulauan Sitaro Joi E.B. Oroh memastikan tahun ini sudah ada pembangunan jalan Kampung Batubulan. Anggarannya kata Oroh sudah di tata di APBD.
“Tahun ini sudah akan dibangun jalan ke desa Batubulan,” kata Oroh, ditemui di Kantor Bupati pekan lalu.
Untuk membangun jalan dengan standar keselamatan dan jembatan, tentunya membutuhkan anggaran yang tidak sedikit. Sementara dana di APBD tahun ini masih terbagi dengan anggaran Pilkada. Karenanya, Pemerintah Daerah Sitaro mencoba membangun jalan sesuai anggaran yang ada.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang Perumahan dan Kawasan Permukiman, Bob Ch Wuaten menjelaskan terkait rencana pembangunan jalan tersebut.
Menurut Wuaten, sebelumnya Pemerintah daerah telah mengusulkan anggaran ke Pemerintah Pusat sebesar Rp 20 miliar untuk pembangunan beberapa segmen jalan di Sitaro, termasuk perbaikan di Kampung Batubulan, namun yang disetujui hanya dua segmen.
“Hanya segmen Ulu ke Bandara dan Ondong ke Bandara,” kata Wuaten, Kamis (4/1/2024).
Karena itu, untuk mensiasati kebutuhan ini, Dinas PUPRPKP sudah menganggarkan lewat APBD tahun 2024, meski pembangunannya tidak sesuai rencana untuk jangka panjang, namun diharapkan setidaknya membantu warga agar tidak terisolir lagi.
“Anggarannya ada tiga miliar, rencananya dibagi satu koma lima miliar untuk pembangunan jalan di jalur lava, sementara setengahnya lagi untuk perbaikan jalan rusak sampai kampung Kiawang,” ungkapnya.
“Nanti segmennya Batubulan Kawahang atau Bukide ke Kiawang, kita akan cek lagi,” kata Wuaten.
Menurut Wuaten, pembangunan jalan di Kecamatan Sibarut akan menjadi prioritas di tahun ini, karena eskalasi kebutuhannya sudah sangat mendesak.
“Kalau kita membangun di jalan lingkar utara hanya terbangun sedikit, karena itu tahun ini kita fokus di Batubulan, karena akan banyak manfaatnya,” tuturnya lagi.
Wuaten juga memastikan untuk pembangunan jalan di Kampung Batubulan tidak hanya untuk roda dua.
“Jalannya untuk roda empat, kita akan timbun meski tidak rata tapi bisa sedikit lebih landai dari saat ini dan aman dilewati warga meskipun hujan” jelasnya.
Cerita warga Batubulan
Zonautara.com mencoba menelusuri Kampung Batubulan, pada Oktober 2023 lalu dan menemui beberapa warga, salah satunya perempuan lanjut usia Arnice Lumente (81) warga Kampung Batubulan, saat mengikuti Posyandu Lanjut Usia. Ia kala itu menyampaikan keresahannya.
Di usianya yang sudah tua, Arnice mengaku sangat sulit jika jalan masuk ke kampungnya tidak diperbaiki. Dia masih aktif ke pasar untuk membeli kebutuhan. Sekali jalan ia harus keluar ongkos Rp. 50.000 untuk membayar sewa ojek.
“Sementata kalau pulang banyak barang, naik mobil turun lagi di ujung jalan, saya tunggu lagi ojek untuk membawa barang, harus dua kali keluar biaya,” kata Arnice, sambil menghapus air matanya.
Belum lagi kata dia, saat musim hujan dan cuaca buruk dan kebutuhan beras sudah habis, sementara jalan tidak bisa dilewati, mereka terpaksa memanfaatkan hasil kebun.
“Lewat laut, jika cuaca buruk memang tidak ada jalan, karena kami terkurung,” kata dia.
Senada dengan Arnice, pria paru baya Celcius Gansa (69) menyampaikan hal yang sama. Kondisi jalan ini sangat sulit apalagi bagi cucunya maupun anak yang lain sebagai siswa SMK yang harus bersekolah di Kampung Kiawang, serta siswa SMA yang harus ke pusat kota.
“Kalau hujan, mereka tidak akan sekolah, jika hujan berhari-hari, maka tidak bisa sekolah, karena orang tua takut mereka melintas,” kata Celcius yang tinggal di Lindongan Dua.
Berbeda dengan Jolice Gansa (75), Warga Kampung Batubulan yang tinggal di Lindongan Satu, ia justru merasa tersiksa ketika musim kemarau tiba. Tidak ada kendaraan penjual air yang bisa masuk ke Kampung, sementara seratus persen warga di situ (Batubulan) hanya memanfaatkan air hujan untuk kebutuhan.
“Untuk membeli air kami harus jalan kaki ke seberang membeli air yang dijual pergalon. Kalau yang punya motor bisa dibawa dengan motor tapi yang tidak punya harus dipikul sampai ke rumah,” kata Joice, sambil menunjuk kondisi jalan.
Apalagi dengan usia yang sudah lanjut, Joice merasa semakin terhimpit, dengan kondisi dan kehidupan yang terisolir di Batubulan.
Kepala Desa Batubulan, Naftali H Bagania mengaku selama ini ia dan warganya terus berupaya seadanya, dengan membangun sejumlah jalan alternatif mulai dari jembatan kayu sampai jalan beton dengan kontruksi pada adanya. Karena dampak jalan rusak semuanya menjadi tidak mudah.
Menurut Bagania, saat ini warganya hanya berharap ada pembangunan jalan untuk melancarkan semua aktifitas. Dengan rencana pembangunan jalan yang tahun ini dijanjikan oleh Pemkab Sitaro, telah menjadi angin segar bagi semua warga di Batubulan.
“Kami berharap ada perhatian dari Pemerintah Daerah untuk membangun jalan, supaya kami tidak kesulitan lagi,” ujar Bagania, sambil berharap rencana pemerintah itu segera terealisasi tahun ini.
Sebenarnya warga Kampung Batubulan sudah sejak lama merindukan pembangunan jalan yang layak. Pemerintah sudah mulau melakukan pembangunan jalan dan jembatan pada akhir tahun 2018. Namun bencana gunung api Karangetang, dengan lelehan lavanya di awal tahun 2019, telah merusak kembali infrakstruktur itu yang sudah dinanti warga Batubulan sejak lama tersebut.