SITARO, ZONAUTARA.com – Tiga jalan utama warga di Pulau Siau, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) tertutup material banjir lahar dingin, Gunungapi Karangetang. Ruas jalan di Kali Batuawang di Kelurahan Bebali, menjadi area paling parah terdampak.
Kamis, 13 Juni 2024 hujan dengan intensitas tinggi mengguyur Pulau Siau sejak siang hari. Malamnya tiga ruas jalan yakni Kampung Mini di Kecamatan Siau Barat Utara, Kampung Lehi di Kecamatan Siau Barat dan Kali Batuawang di Kelurahan Bebali, Kecamatan Siau Timur tertutup material Banjir lahar dingin Gunungapi Karangetang.
Kondisi ini langsung melumpuhkan akses keluar masuk warga. Material seperti bebatuan besar, bercampur lumpur dan pasir menutup seluruh badan jalan.
Hingga Jumat, 14 Juni 2024 pukul 07.00 Wita Pagi, tidak ada kendaraan yang bisa melintas. Barulah sekira pukul 09.00 Wita jalan di Kampung Mini dan Lehi akhirnya bisa dilintasi kendaraan roda dua berkat gotong royong masyarakat dan Pemerintah desa, dan sorenya bisa dilalui kendaraan roda empat.
Satu jalan di Kali Batuawang di Kelurahan Bebali di Kecamatan Siau Timur menjadi area terdampak paling parah. Sesuai pantauan, material banjir lahar dingin menutup hampir 200 meter jalan warga.
Hingga Minggu, 16 Juni 2024 belum ada satupun kendaraan yang bisa melintas, cuaca buruk dan kurangnya alat membersihkan area menjadi salah satu penyebab jalan ini masih tertutup.
Marlon, warga di Kampung Beong Kecamatan Siau Tengah saat ditemui sedang berdiri di ujung jalan, ia bermaksud ke Pasar di Kota Ulu, namun memutuksan untuk menunda. Pasalnya, untuk sampai kesana ia terpaksa harus melewati beberapa kampung serta tiga kecamatan, padahal dari Kampung Beong sebelumnya, dia hanya butuh 10 menit untuk sampai di pasar.
“Bisa sampai satu atau dua jam, harus berputar lewat Kampung Pangirolong,” kata Marlon, Sabtu 15 Juni 2024.
Berbeda dengan Vito, saat ditemui ia duduk bersama tiga orang temannya sambil memegang handphone. Vito merupakan penjual es keliling, ia bukan warga Pulau Siau, hanya merantau.
Menurut dia, saat jalan di Kelurahan Bebali tertutup material selama tiga hari, omsetnya jauh menurun. Untuk menjual es, harus berputar ke pusat kota ulu dan sangat menyulitkan. Belum lagi cuaca hujan.
“Sangat susah sekarang mau ambil es ke Ulu haru berputar banyak kampung, pengeluarannya bengkak di minyak,” ungkap Vito.
Jalan Kampung Pangirolong di Kecamatan Siau Timur Selatan menjadi salah satu jalan alternatif untuk bisa cepat sampai ke kota Ulu yang menjadi pusat perbelanjaan dan Pelabuhan.
Meski begitu, jalan ini belum di anjurkan bagi warga yang baru pertama kali tiba di Pulau Siau atau belum lihai membawa kendaraan. Pasalnya, kontur jalannya menanjak dan menurun sangat curam.
Sebenarnya ada jalan yang lebih landai lewat Kampung Talawid di Kecamatan Siau Barat Selatan, hanya saja jaraknya lebih jauh.
Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sitaro, melalui Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Joickson Sagune memastikan pemerintah secepatnya akan berupaya membuka jalan yang tertutup.
“Pemerintah secepatnya berupaya untuk membuka jalan minimal jalan darurat supaya bisa dilewati kendaraan,” ungkap sagune
Ia menerangkan, saat ini ada kendala yang ditemui saat membuka jalur, yakni cuaca yang terus turun hujan. Material batu yang bercampur lumpur tinggi menyulitkan alat untuk membersihkan banjir lahar dingin.
“Kita terhambat cuaca, semoga beberapa hari kedepan sudah bisa kering sehingga bisa di buka jalannya,” katanya.
Dampak bencana banjir lahar dingin di Kelurahan Bebali, tidak hanya memutus akses jalan warga, tetapi juga berdampak pada pemadaman listrik diakibatkan sejumlah tiang lkstrik hanyut, bersama tiang dan kabel jaringan fiber optik sehingga menganggu sambungan telekomunikasi, khusus jaringan internet. Kondisi ini membuat warga kini sulit berkomunikasi serta mempengaruhi aktifitas dan pelayanan di pemerintahan.