ZONAUTARA.com – Sebanyak 68 ekor satwa berhasil ditranslokasi dari Sulawesi Utara ke daerah asalnya di Ternate (Maluku Utara) dan Ambon (Maluku) pada Jumat, 21 Juni 2024.
Satwa-satwa ini terdiri atas 11 ekor kakatua putih (Cacatua alba), 29 ekor kasturi ternate (Lorius garrulus), 4 ekor nuri kalung-ungu (Eos squamata), 1 ekor soa layar (Hydrosaurus amboinensis), 3 ekor ular mono tanah (Candoia paulsoni), 11 ekor nuri maluku (Eos bornea), dan 9 ekor kakatua maluku (Cacatua moluccensis).
Satwa-satwa tersebut merupakan hasil sitaan dan temuan petugas, serta serahan masyarakat kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara.
Setelah menjalani perawatan dan rehabilitasi di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Tasikoki, satwa-satwa ini dinyatakan sehat dan siap untuk dilepasliarkan kembali ke habitat asalnya.
Kepala BKSDA Sulawesi Utara Askhari DG Masikki, menyatakan, proses translokasi ini adalah langkah penting dalam upaya konservasi dan pelestarian satwa-satwa endemik Indonesia.
“Kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung, termasuk Otoritas Veteriner Dinas Pertanian Provinsi Maluku dan Maluku Utara yang membantu persiapan penerimaan satwa di daerah mereka,” kata Askhari, Senin (24/6/2024).
Menurut Askhari, satwa yang ditranslokasi ditentukan dari hasil pemeriksaan fisik dan medisnya.
“Untuk fisik, jika kondisi sayap lengkap dan bisa terbang, kemudian diuji laboratorium untuk kondisi kesehatannya, apakah mempunyai penyakit seperti avian influenza dan psittacine beak and feather disease (PBFD) atau tidak,” ujarnya.
Satwa-satwa ini akan dikembalikan ke habitat alami mereka dengan harapan dapat segera hidup bebas dan berkontribusi pada keseimbangan ekosistem setempat.
“Dengan kembalinya ke habitat alami, satwa-satwa ini diharapkan bisa segera hidup bebas dan berkontribusi pada keseimbangan ekosistem setempat,” kata Askhari.
Proses dan kerjasama dalam translokasi
Pengiriman satwa dilakukan oleh BKSDA Sulawesi Utara dengan dukungan BKSDA Maluku, WCS-IP, Yayasan Masarang (PPS Tasikoki), serta World Parrot Trust. Dukungan dan kerjasama juga datang dari Otoritas Veteriner Dinas Pertanian & Peternakan Daerah Sulawesi Utara, Balai Karantina Hewan, Ikan & Tumbuhan Manado, KSOP Bitung, PT. Pelni cabang Bitung, dan PT. Pelindo IV Bitung juga berperan penting dalam proses ini.
Manager PPS Tasikoki, Billy Lololwang, saat dihubungi ZONAUTARA.com pada Senin (24/6) mengatakan, sejauh ini proses translokasi berjalan lancar.
“Untuk satwa yang ditranslokasi ke Ambon, langsung dirilis pada hari Sabtu,” tambahnya.
Koordinasi dengan pihak-pihak terkait sudah dilakukan sebelum rencana translokasi, baik melalui surat maupun pertemuan langsung. Pihak-pihak tersebut termasuk Otoritas Veteriner Dinas Pertanian & Peternakan Daerah Sulawesi Utara, Balai Karantina Hewan, Ikan & Tumbuhan Manado, KSOP Bitung, PT. Pelni cabang Bitung, dan PT. Pelindo IV Bitung. Dari BKSDA Maluku sendiri, koordinasi dilakukan dengan Otoritas Veteriner Dinas Pertanian Provinsi Maluku dan Otoritas Veteriner Dinas Pertanian Provinsi Maluku Utara, serta stakeholder di Pelabuhan Ternate maupun di Ambon.
Dalam proses translokasi, satwa-satwa ditempatkan di area yang tidak bisa diakses oleh penumpang lainnya untuk meminimalisir stress selama perjalanan.
“Beruntung, dari pihak PELNI menyediakan tempat di bagian buritan kapal yang terkunci dan tidak bisa diakses penumpang lainnya kecuali petugas,” ujar Askhari.
Pemantauan dan kesehatan satwa
Selama perjalanan, kondisi satwa dimonitor secara reguler oleh petugas dari BKSDA Sulut yang didampingi oleh animal keeper dan dokter hewan dari PPS Tasikoki.
Pemantauan ini termasuk pemberian pakan dan minum untuk memastikan satwa tetap dalam kondisi sehat selama perjalanan.
Tidak mudah dalam melakukan perjalanan pengangkutan satwa, karena sebelum dilakukan translokasi ada screening pemeriksaan medis untuk PBFD yang harus diulang kembali untuk memastikan burung-burung yang akan dikirim tidak membawa virus penyakit.
Kepala BKSDA Sulut, Askhari menyatakan bahwa indikator kesuksesan translokasi adalah semua satwa bisa tiba dengan sehat dan selamat di tempat tujuan.
“Tidak ada yang sakit ataupun mati, dan dalam waktu dekat satwa-satwa yang ditranslokasi harapannya dapat dilepasliarkan oleh BKSDA Maluku,” tambahnya.
Pihak-pihak yang terlibat dalam translokasi ini terus melakukan sosialisasi dan kampanye secara rutin untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya konservasi satwa liar.
Melakukan patroli di pintu masuk dan keluar pelabuhan, termasuk jalur trans-Sulawesi serta patroli ke rumah-rumah penduduk yang terindikasi memelihara satwa liar.
Langkah penting dalam konservasi
Proses translokasi ini diharapkan dapat menjadi langkah awal bagi lebih banyak tindakan konservasi serupa di masa depan demi menjaga kekayaan biodiversitas Indonesia. Kepala BKSDA Sulawesi Utara, Askhari DG Masikki, berharap upaya ini menjadi inspirasi bagi lebih banyak tindakan serupa di masa depan.
Hampir setiap tahun, BKSDA Sulut melakukan translokasi satwa. Pada tahun 2019, translokasi satwa ke Maluku Utara pernah dilakukan. Kemudian, di tahun 2021 ada translokasi satwa ke Papua, dan pada tahun 2023 translokasi bayi orangutan ke Kalimantan.
“Dengan adanya tindakan ini, kami berharap masyarakat semakin sadar akan pentingnya pelestarian satwa liar dan semakin banyak yang terlibat dalam upaya konservasi,” ujar Askhari.
Translokasi ini menunjukkan komitmen kuat dari berbagai pihak dalam upaya pelestarian satwa endemik Indonesia.
Askhari menambahkan bahwa koordinasi dilakukan pula dengan direktorat teknis yakni Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Sumber Daya Genetik KLHK, dan pihak-pihak terkait lainnya sangat penting untuk memastikan kelancaran proses translokasi.
“Sebelumnya, kami meminta arahan Direktorat KKHSG KLHK dan melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait termasuk dengan Balai KSDA Maluku,” ujarnya.
Dengan terlaksananya translokasi ini, diharapkan satwa-satwa tersebut dapat berkontribusi pada keseimbangan ekosistem di habitat aslinya dan menjadi simbol keberhasilan upaya konservasi di Indonesia.