Dorongan warga Manado untuk pemerintah, ajak lindungi nelayan dan lingkungan

Redaksi ZU
Penulis:
Editor: redaktur
Festival Masyarakat Pesisir dan Kepulauan: Reklamasi Bukan Solusi yang digelar di Pantai Karangria, Kecamatan Tuminting, Manado.

MANADO, ZONAUTARA.COM-Pantai Karangria, Kecamatan Tuminting, Manado, menjadi tuan rumah lomba memancing, Sabtu, 13 Juli 2024. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari Festival Masyarakat Pesisir dan Kepulauan: Reklamasi Bukan Solusi.

Acara itu diikuti oleh nelayan tradisional dari seluruh kawasan Manado Utara, menunjukkan antusiasme tinggi dan bukti keberlanjutan ekosistem laut setempat.

Vecky, seorang penasihat nelayan Daseng Karangria sekaligus panitia lomba memancing, memamerkan tangkapan seperti ikan snop/barracuda yang banyak ditemui tidak jauh dari pantai hingga ikan-ikan yang hidup di batu karang. Hal itu sekaligus menunjukkan keberadaan ikan masih melimpah di perairan tersebut.

Jadi, torang mo pangge samua yang bilang kalo perairan Manado Utara so nyanda ada ikang dan karang, marijo mangael sama-sama deng torang di sini,” ujarnya.

Tim Scientific Exploration yang terdiri dari Asosiasi Nelayan Tradisional (ANTRA), Perkumpulan Kelola, KIARA, akademisi, dan komunitas penyelam, berhasil mengidentifikasi berbagai jenis biota laut, mulai dari yang umum dikonsumsi masyarakat seperti ikan tude, ikan karang/batu seperti goropa, tindarung (ikan layar), ikan pari (nyoa), bobara (ikan kuwe), dan beragam ikan yang hidup di zona neritik, hingga spesies langka dilindungi oleh undang-undang seperti penyu dan ikan hiu (gorango).

Namun menurut Vecky, wilayah pesisir ini terancam oleh proyek reklamasi seluas 90 ha yang diusulkan oleh PT Manado Utara Perkasa (MUP). Proyek yang dinamai Boulevard II ini mencakup pembangunan pusat bisnis dan pariwisata di 6 kelurahan di Kecamatan Tuminting, dengan luas tiga kali lipat dari Boulevard Megamas.

Dampak ekonomi proyek ini dipertanyakan, karena riset menunjukkan bahwa reklamasi sebelumnya tidak sebanding dengan kerusakan lingkungan dan penurunan kesejahteraan nelayan tradisional.

So ada riset yang menunjukkan bahwa dampak ekonomi dari proyek reklamasi di Kota Manado selama ini nyanda sebanding dengan kerusakan lingkungan dan penurunan tingkat kesejahteraan nelayan tradisional. Jadi menurut torang, reklamasi ini tidak sejalan dengan cita-cita Walikota Andrei Angow menjadikan Manado Maju dan Sejahtera voor samua,” tambah Vecky.

Dorongan warga Manado untuk pemerintah, ajak lindungi nelayan dan lingkungan
Pameran foto juga digelar pada Festival Masyarakat Pesisir dan Kepulauan: Reklamasi Bukan Solusi di Pantai Karangria, Kecamatan Tuminting, Manado.

Warga setempat pun mengajak pemerintah Kota Manado untuk menaati Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2016 yang melindungi wilayah tangkap tradisional.

Seperti yang dikatakan Johanes, seorang nelayan tradisional, menyatakan bahwa reklamasi hanya akan menghilangkan area mencari ikan yang telah digunakan turun-temurun oleh warga.

Jika laut ini ditimbun, tempat mereka mencari nafkah akan hilang. Bahkan dengan fasilitas tambatan perahu, tetap berbeda dengan pantai sekarang yang kaya ikan. Dari generasi ke generasi, hasil laut telah mencukupi kebutuhan sehari-hari kami.

Kalau ini laut dorang mo timbun, torang pe tampa mancari justru so mo ilang karna so jadi daratan, biar mo bilang kase tambatan perahu, beda skali dengan pante sekarang. Di pinggir-pinggir pante bagini ngoni kira nda ada ikang? Dari kita pe opa dulu sampe sekarang, hasil laut so cukup for kebutuhan torang di rumah hari-hari,” ucap Johanes salah satu nelayan tradisional di wilayah Manado Utara.



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article
Leave a Comment

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.