ZONAUTARA.com – Trauma seringkali terafiliasi dengan peristiwa luar biasa (extraordinary events) tetapi trauma juga dapat terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Trauma dapat menyebabkan malfungsi otak dan tubuh sehingga berpengaruh terhadap individu berinteraksi terhadap dunia sekitarnya.
Umumnya peristiwa luar biasa sering disematkan pada pasukan militer yang kembali setelah perang namun Bessel Van Der Kolk seorang psikiater dan ahli saraf dari Belanda menyatakan bahwa peristiwa traumatis hadir dalam berbagai lini kehidupan sehari-hari.Â
Mengenal respon trauma dan cara menghadapinya
Walter Cannon (1929) seorang psikolog dan ahli fisiologis menjelaskan sebuah teori mekanisme pertahanan respon trauma yang populer yaitu Fight or Flight.
Reaksi otonom ini memaksa individu untuk menggunakan pertahanannya untuk mencegah atau menghindari sebanyak mungkin kerusakan pada tubuh dan pikiran.
Beberapa orang mungkin rentan terhadap respons spesifik berdasarkan kepribadian, pengalaman masa lalu, atau jenis pemicu stres.
Dalam perkembangannya sekitar tahun 1990-an psikolog Peter Levine dan Stephen Porges menambahkan Freeze dan dilengkapi oleh Pete Walker dengan Fawn melalui bukunya Complex PTSD: From Surviving to Thriving (2013)
Dari berbagai perkembangan teori Fight or Flight berkenan memperlihatkan kita bagaimana sensasi tubuh, reaksi fisiologis dan biologis berpengaruh terhadap produk perilaku yang dihasilkan.
Mari mengurai keempat respon trauma tersebut:Â
- Fight. Bukan berkelahi tapi menghadang langsung dan menghadapi situasi yang mengandung ancaman. Ciri fisiologis yang ditunjukkan adalah peningkatan detak jantung (takikardia), ketegangan otot, pernafasan cepat (hiperventilasi), sensasi panas atau memerah, keringat berlebih.
- Flight, merupakan respon melarikan diri dari situasi berpotensi traumatis. Ciri fisiologis pupil mata melebar, mata bergerak cepat, gelisah, mati rasa di tangan atau kaki.
- Freeze, dalam bukunya, Waking the Tiger: Healing Trauma (1997), Levine menguraikan freeze sebagai bagian dari respons adaptif yang muncul ketika seseorang merasa tidak dapat melawan (fight) atau melarikan diri (flight). Ciri fisiologis yang terjadi tubuh menjadi kaku, mual, bahkan membeku.
- Fawn, Pete Walker (2013) Complex PTSD: From Surviving to Thriving. Fawn adalah perilaku yang menunjukkan tunduk terhadap ancaman termasuk menyenangkan orang lain untuk menghindar
Urutannya menunjukkan tingkatan severitas, harapannya dengan menyadari, memahami dan mengenali respon trauma, kita dapat mempersiapkan perilaku menghadapi situasi yang beresiko.
Menghadapi situasi dengan memahami respon trauma
Berikut 5D’s yang dapat dilakukan ketika menghadapi situasi yang beresiko menyebabkan taruma menurut Right To Be :
- Distract atau pengalihan perhatian. Ini adalah cara yang halus dan kreatif untuk melakukan intervensi. Tujuannya adalah untuk menggagalkan insiden pelecehan dengan menghentikannya. Kunci Pengalihan perhatian yang baik adalah mengabaikan orang yang melecehkan, dan terlibatlah langsung dengan orang yang dilecehkan. Selain itu jangan membicarakan atau merujuk pada pelecehan yang sedang terjadi. Sebaliknya, bicarakan sesuatu yang sama sekali tidak terkait.
- Documentation atau dokumentasi. Ini berisikan pencatatan atas kejadian pelecehan. Mencatat kejadian pelecehan dapat sangat membantu, tetapi ada beberapa kunci untuk mendokumentasikan pelecehan dengan aman dan bertanggung jawab : kaji situasi keamanan anda saat mendokumentasikan, dokumentasi ini dapat berupa foto, video atau apapun media yang tersedia dan terjangkau. Apabila posisi anda sebagai bystander harap tetap memperhatikan izin dari orang yang mengalami pelecehan
- Delay atau menunda, mengulur waktu. Jika anda menghadapi situasi beresiko trauma, anda dapat belajar perilaku yang dapat mengulur waktu hingga anda mendapatkan reaksi cepat untuk meninggalkan situasi tersebut.
- Direct atau menghadapinya langsung. Ini membutuhkan keterampilan dan keberanian. Ingatlah bahwa tubuh anda sepenuhnya milik anda dan tidak ada seorangpun dan siapapun yang memiliki otoritas atas tubuh anda. Dengan motivasi ini anda harus berani mengkonfrontasi orang yang melecehkan anda baik fisik maupun psikis.
- Delegate atau mendelegasikan, mengutus orang yang dipercayai. Bila anda tidak menemukan keberanian, perlu bagi anda untuk memiliki seseorang yang dipercayai untuk mengonfrontasi orang yang melakukan pelecehan, dengan begini peristiwa trauma yang bersifat sangat cepat tidak lalu dan orang yang melakukan dapat menyadari bahwa perbuatannya salah.
Demikian tips 5D yang dapat dipelajari dan diterapkan.
Disclaimer : Artikel ini tidak untuk menegaskan diagnosis, apabila anda merasakan gejala yang serupa dengan isi artikel ini harap untuk menemui profesional. Cara mengakses layanan kesehatan mental dapat dilihat di sini.
***