Evolusi bahasa Gen Z: Dari TTM ke HTS

Tri Deyna Cahyani
Editor: David Sumilat
Bahasa Gen Z dalam mengobrol sebagai pasangan. (Foto: Pexels/jcom)

ZONAUTARA.com – Bahasa selalu berkembang seiring waktu, dan setiap generasi punya istilah khas yang mencerminkan gaya hidup, pemikiran, serta tren sosial mereka.

Gen Z, sebagai generasi yang tumbuh di era digital dan media sosial, punya banyak istilah unik yang sering bikin generasi sebelumnya bingung.

Salah satu perubahan bahasa yang cukup menarik adalah pergeseran dari istilah TTM (Teman Tapi Mesra) ke HTS (Hubungan Tanpa Status).

Dari TTM ke HTS: Apa Bedanya?

Dulu, sekitar tahun 2000-an, istilah TTM (Teman Tapi Mesra) sangat populer. Ini adalah istilah untuk menggambarkan dua orang yang dekat, sering jalan bareng, bahkan romantis, tapi nggak berani atau nggak mau meresmikan hubungan mereka sebagai pacar.

Bisa dibilang, ini adalah hubungan abu-abu yang sering bikin baper salah satu pihak.

Namun, seiring waktu, istilah ini mulai tergeser oleh HTS (Hubungan Tanpa Status). Konsepnya mirip, tapi HTS lebih luas dan lebih “bebas” dibandingkan TTM. HTS nggak sekadar tentang perasaan mesra tanpa status, tapi juga tentang hubungan yang sengaja dibiarkan tanpa label apa pun.

Dalam HTS, nggak ada ekspektasi, nggak ada kejelasan, dan nggak ada aturan yang mengikat.

Kalau TTM masih mengarah ke hubungan yang romantis tapi nggak resmi, HTS lebih fleksibel. Bisa jadi dua orang saling suka tapi nggak mau pacaran, bisa juga hanya hubungan fisik tanpa ikatan emosional. Intinya, HTS lebih sesuai dengan pola pikir Gen Z yang lebih santai dalam urusan cinta dan hubungan.

Kenapa Gen Z Lebih Memilih HTS?

Kenapa istilah ini berubah? Karena cara Gen Z memandang hubungan juga berubah! Ada beberapa alasan kenapa HTS lebih relevan di kalangan anak muda zaman sekarang:

  1. Kebebasan adalah Segalanya

Gen Z sangat menjunjung kebebasan, termasuk dalam hubungan. Mereka nggak suka terikat dalam aturan kaku tentang pacaran atau komitmen yang terlalu cepat. Mereka ingin menikmati momen tanpa merasa terbebani dengan “judul” hubungan mereka.

  1. Fokus ke Diri Sendiri Dulu

Banyak anak muda sekarang yang lebih fokus ke pengembangan diri, karier, dan kebahagiaan pribadi dibanding buru-buru pacaran. HTS memberi mereka kesempatan untuk tetap dekat dengan seseorang tanpa harus repot memikirkan status atau komitmen jangka panjang.

  1. Teknologi dan Media Sosial Mengubah Segalanya

Di era digital, hubungan jadi lebih cair. Dengan adanya media sosial dan aplikasi kencan, interaksi antarindividu lebih mudah dan cepat berubah. Hubungan yang intens hari ini bisa berubah dingin besok. Dalam situasi seperti ini, HTS terasa lebih masuk akal dibanding hubungan yang terlalu terikat.

  1. Takut Terluka dan Takut Komitmen

Banyak orang yang pernah mengalami patah hati atau ghosting, jadi mereka lebih memilih hubungan yang santai dan nggak terlalu banyak drama. HTS dianggap sebagai solusi buat menghindari ekspektasi berlebihan yang bisa bikin sakit hati.

Istilah Lain dalam Dunia Percintaan Gen Z

Selain HTS, ada banyak istilah baru yang muncul dalam dunia percintaan Gen Z. Beberapa di antaranya adalah:

Ghosting: Tiba-tiba menghilang tanpa penjelasan setelah dekat dengan seseorang.

Love Bombing: Seseorang yang memberikan perhatian dan kasih sayang berlebihan di awal hubungan, tapi kemudian berubah.

Red Flag: Tanda-tanda bahaya dalam hubungan yang bisa jadi indikasi kalau seseorang nggak sehat secara emosional.

Green Flag: Kebalikan dari red flag, ini adalah tanda kalau seseorang layak untuk dijadikan pasangan.

Kesimpulan

Evolusi bahasa dari TTM ke HTS mencerminkan bagaimana Gen Z memandang hubungan dengan cara yang lebih santai dan fleksibel.

Mereka lebih mengutamakan kebebasan, nggak mau terjebak dalam ekspektasi yang berlebihan, dan lebih memilih hubungan yang bisa berubah sesuai situasi.

Meski begitu, penting untuk tetap memahami batasan dan menghargai perasaan orang lain dalam setiap hubungan.

Jadi, apakah kamu tim HTS, atau masih percaya pada hubungan yang jelas dan berkomitmen? Apa pun pilihannya, yang penting adalah menjalani hubungan dengan sehat, jujur, dan tanpa menyakiti satu sama lain!

***

Penikmat kopi pinggiran, hobi membaca novel. Pecandu lagu-lagu Jason Ranti, pengikut setia Sapardi Djoko Damono, pecinta anime, terutama dari Gibli. Mampu menghabiskan 1000 lebih episode one piece dalam 8 bulan.
Leave a Comment

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com