ZONAUTARA.com – Gunung es terbesar di dunia, A23a, kini berhenti bergerak di dekat Georgia Selatan, sebuah wilayah yang menjadi habitat penting bagi berbagai spesies laut di Atlantik Selatan.
Dikutip dari situs gadget360, berdasarkan konfirmasi dari Survei Antartika Inggris (BAS) pada 4 Maret 2025, gunung es raksasa ini, yang luasnya setara dengan Rhode Island, telah kandas sekitar 80 kilometer dari pulau tersebut.
Setelah mengapung di Samudra Selatan selama beberapa bulan, gunung es ini dipantau ketat oleh para ilmuwan karena potensi dampaknya terhadap ekosistem yang rapuh.
Kini, penelitian sedang dilakukan untuk memahami bagaimana keberadaan A23a dapat memengaruhi kehidupan penguin, anjing laut, dan spesies laut lainnya.
Gunung es A23a awalnya terlepas dari Lapisan Es Filchner, Antartika, pada tahun 1986, tetapi tetap terjebak di dasar laut selama beberapa dekade. Pergerakannya kembali dimulai pada tahun 2020, dan sejak saat itu, gunung es ini terus berpindah lokasi.
Pada awal 2024, A23a sempat tersangkut sementara di dekat Kepulauan Orkney Selatan. Namun, setelah terlepas pada Desember tahun lalu, gunung es tersebut bergerak lebih jauh ke utara hingga mencapai Georgia Selatan.
Para ilmuwan sebelumnya telah menyuarakan kekhawatiran bahwa gunung es ini dapat mengganggu keseimbangan ekosistem lokal, terutama bagi keanekaragaman hayati laut.
Menurut Andrew Meijers, seorang ahli kelautan dari British Antarctic Survey, jika gunung es tetap diam, kemungkinan besar tidak akan menimbulkan ancaman besar bagi satwa liar setempat.
Namun, jika A23a bergerak lebih dekat ke pulau atau mulai pecah menjadi bagian-bagian kecil, masalah serius bisa muncul.
Salah satu dampak utama yang dikhawatirkan adalah gangguan terhadap jalur makan penguin dan anjing laut.
Jika gunung es menghalangi rute yang biasa digunakan untuk mencari makan, maka induk penguin dan anjing laut harus berenang lebih jauh, yang berpotensi mengurangi ketersediaan makanan bagi anak-anak mereka. Hal ini bisa menyebabkan angka kematian yang lebih tinggi di kalangan spesies tersebut.
Di sisi lain, kehadiran A23a juga bisa memberikan manfaat ekologis tertentu. Nadine Johnston, seorang ahli ekologi kelautan, menjelaskan bahwa pecahnya gunung es bisa berfungsi sebagai “bom nutrisi”, melepaskan zat-zat penting ke dalam perairan sekitar.
Nutrisi ini dapat mendorong produktivitas laut, yang berarti lebih banyak plankton dan makanan bagi predator laut seperti penguin dan anjing laut.
Ancaman bagi perikanan dan navigasi laut
Selain dampaknya terhadap satwa liar, keberadaan A23a juga dapat menghambat industri perikanan komersial.
Berdasarkan laporan BAS, pecahnya gunung es besar di masa lalu telah mengganggu sektor perikanan di wilayah ini.
Jika A23a terfragmentasi menjadi bongkahan kecil, hal ini bisa menjadi ancaman bagi kapal nelayan serta menciptakan hambatan dalam jalur navigasi laut.
Para ilmuwan akan terus memantau pergerakan dan dampak gunung es A23a terhadap ekosistem Georgia Selatan dalam beberapa bulan ke depan.
Jika gunung es tetap di tempatnya tanpa banyak pergerakan, ekosistem mungkin dapat beradaptasi. Namun, jika A23a bergerak lebih dekat atau pecah, dampaknya bisa lebih besar dari yang diperkirakan.
Dengan teknologi penginderaan jauh dan pemantauan satelit, para peneliti akan terus melacak pergerakan gunung es ini serta memahami bagaimana kehadirannya memengaruhi kehidupan laut, industri perikanan, dan jalur navigasi internasional.
***