ZONAUTARA.com – Peristiwa nahas namun penuh keajaiban terjadi di Desa Kawahang, Lindongan 4, Kecamatan Siau Barat Utara, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro). Bayi berusia 10 bulan, Averil Maradesa selamat setelah lebih dari sepuluh menit tertimbun material tanah longsor. Ia tertimbun bersama kedua orang tuanya Dedi Maradesa (37) dan Winda Unsong (34) di rumah tempat tinggal mereka, Minggu (9/3/2025). Kejadian itu terjadi sekitar jam 5 subuh. Ketiganya kini dirawat di Puskesmas Hiung.
Peristiwa tersebut yang dituturkan Winda Unsong, ibu dari bayi Averil Maradesa kepada Zonautara.com di salah satu ruangan Puskesmas Hiung, pada Minggu sore. Tak ada firasat yang dirasakan oleh keluarga ini, kala hujan mengguyur Desa Kawahang sejak Sabtu pagi. Biasanya kata Winda, anaknya Averil sering terbangun jam 4 subuh , namun malam itu ia tertidur pulas.
”Kalau bangun kami akan langsung keluar kamar dan duduk di ruang tamu atau depan rumah, tapi tadi malam dia tidur pulas,” ungkap winda, sambil menahan kesakitan.
Winda mengalami cedera di bagian kaki dan seluruh tubuhnya terasa sakit. Ia tertimbun material beton dan juga lumpur, sementara Dedi suaminya tertimpa beton kamar dan kini mengalami cedera di bagian leher dan kepala.
”Saya sempat merasa sesak dan hilang kesadaran karena tertimbun, tapi saya teringat Averil,” katanya, sembari menangis.
Menurut Winda, ia beruntung sempat memindahkan posisi anaknya ke bagian atas kepala yang sebelumnya berada di bawah kaki di tengah suaminya.
”Saya pindahkan posisinya, karena kasihan di tengah dan sudah di bagian kaki, jika tidak dipindahkan bisa jadi dia tertimpa beton,” ingat Winda.
Dia mengaku sempat dibantu suaminya keluar dari timpunan lumpur. Keduanya lantas mencari bayi mereka yang sudah tertutup tanah, juga krikil dan bagian kecil beton. Ia beruntung ingat posisi anaknya sehingga segera menggali dan meraih tangan Averil. Meski begitu tidak mudah mengeluarkannya dari dalam tanah.
”Saya dan suami menggali dengan tangan, suami saya mengangkat lemari, beton, karung krikil dan menggali ke dalam tanah, ada sekitar sepuluh menit proses waktu itu. Kami menggali dalam keadaan menangis,” kata Winda.

Ketika tubuh Averil terangkat, tubuh anak itu terasa dingin, dan penuh lumpur termasuk di dalam hidung dan mulut. Kedua orang tua itu menjadi panik karena Averil tidak sadar.
”Kami langsung dibawa (warga) ke Puskesmas. Karena hujan jalan banyak yang longsor jadi kami harus jalan kaki. Saya dipikul di atas kursi karena tidak bisa berjalan,” ujar dia.
Dari kampung Kawahang menuju ke Puskesmas Hiung kira-kira berjarak sekitar tiga kilometer.
”Averil baru terdengar menangis setelah sudah dekat Puskesmas. Dalam perjalanan tetap diupayakan supaya dia (Averil) bisa sadar,” kata Dedi.
Kondisi bayi saat tiba di Puskesmas Hiung
Dokter Junita Bauda menyampaikan, kondisi Averil sangat lemah saat tiba di Puskesmas. Badannya sangat dingin dan di bagian wajah penuh dengan tanah. Di beberapa bagian kondisinya serius.
”Saturasinya bahkan turun hingga 90,” kata Junita.
Bagi dia, tidak ada pilihan lain selain mengeluarkan semua kemampuan dan alat di Puskesmas, karena tidak ada akses untuk merujuk pasien ke rumah sakit. Saat itu jalan di desa Kinali menuju ke rumah sakit juga tertutup material longsor.
“Saya bersyukur dibantu para perawat. Kondisi bayi bisa kembali membaik sehingga tidak perlu lagi dirujuk ke rumah sakit setelah melewati masa kritis,” kata Junita.

Bupati dan Wabup Sitaro pantau korban longsor
Bupati Kepulauan Sitaro, Chyntia Ingrid Kalangit dan Wakil Bupati Heronimus Makainas, bergegas usai mendapati informasi. Keduanya memerintahkan Kepala BPBD Sitaro, Kepala Dinas Perhubungan, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, serta Kepala Satuan Pamong Praja, juga memberi atensi kepada Camat untuk segera membersihkan jalan yang tertimbun material longsor.
Setelah memantau lokasi bencana di kampung Kinali, kedua pimpinan daerah menemui ketiga korban tanah longsor di Puskesmas Hiung dan juga memberikan bantuan susu dan popok untuk Averil.
Bupati Chyntia Ingrid Kalangit, mengimbau agar warga meningkatkan kewaspadaan, terutama saat intensitas hujan lebih dari satu jam. Selain kepada masyarakat, Bupati meminta jajaran Pemerintah di kecamatan dan desa juga proaktif.

“Kenali potensi bencana, coba dipetakan daerah mana yang kerap terkena bencana dan beri imbauan kepada msayarakat. Jika situasi memburuk bantu mereka untuk di evakuasi,” imbau Chyntia.
Setidaknya sesuai data yang diterima dari BPBD Sitaro, telah terjadi longsor di beberapa titik. Namun yang mengganggu akses jalan terjadi di Desa Kinali, Desa Hiung, Desa Kiawang, dan ada satu rumah rusak di Desa Kawahang.
Pembersihan jalan juga selain dikerjakan Pemerintah Desa dan Pemerintah Daerah, juga dibantu pihak TNI dan Polri, agar akses jalan satu–satunya di Kecamatan Siau Barat Utara itu segera terbuka.