ZONAUTARA.com – Tradisi monuntul di penghujung bulan Ramadan 1446 Hijriah / 2025 Masehi menjadi momen sebagian masyarakat untuk menambah sumber penghasilan.
Tradisi monuntul merupakan kata yang berasal dari kata dasar tuntul yang berarti lampu. Sedangkan, monuntul berarti pasang atau menyalakan lampu.
Elo Mongilong (34) warga Kelurahan Mogolaing, Kotamobagu Barat salah satu penjual lampu tuntul yang berjualan di Jalan Cendana, Kelurahan Mogolaing mengungkapkan proses pembuatan hingga penjualannya.
“Lampu yang dijual ini dibuat sendiri. Beberapa bahan yang kami beli itu ada seng plat dan juga sumbu. Sedangkan untuk botol bekas itu kami pungut di pingir-pingir jalan dan juga dari cafe-cafe. Jika yang kotor itu dicuci hingga bersih sebelum dibuat menjadi lampu tuntul,” jelas Elo.
Elo menjelaskan momen yang hanya datang sekali dalam setahun ini ia mampu mendapatkan omset setiap harinya bisa mencapai 2 juta rupiah.
“Harga jual itu per botol Rp. 2.500, per hari itu bisa sampai Rp. 2 juta tetapi sudah dengan minyak tanah, jika minyak tanah itu ada yang Rp. 50 ribu, 35 ribu, dan 20 ribu,” ungkapnya.
Ia berharap pada perayaan tradisi monuntul kedepan bisa membuat lebih banyak lagi serta dengan penghasilan yang maksimal.
“Yang disiapkan itu ada 800 lampu botol. Insya Allah kedepan lebih tambah banyak dan semakin banyak juga penghasilannya,” kata Elo.