Catatan perjalanan ke Gorontalo #6: Misteri nasi kuning Gorontalo

Di Gorontalo, kuliner yang mendapat namanya dari warnanya ini telah bertransformasi menjadi identitas.

Indra Umbola
Penulis:
Editor: Ronny Adolof Buol
Foto: Zonautara.com/Indra Umbola

ZONAUTARA.com – Nasi kuning dan Gorontalo adalah dua hal yang berkaitan erat. Di seantero wilayah Provinsi Gorontalo, kita dapat menemukan nasi kuning di mana saja. Mulai dari jalan utama hingga ke gang, dari kantin hingga rumah makan, pagi hingga tengah malam, dijamin ada yang jual nasi kuning.

Mengutip berbagai sumber, nasi kuning memiliki posisi istimewa dalam kultur dan tradisi masyarakat Gorontalo. Nasi kuning menjadi semacam kuliner wajib saat seseorang atau keluarga merayakan kelahiran, peringatan kematian dan juga tradisi doa-doa syukuran.

Dosen antropologi Universitas Padjajaran, Seto Nurseto berpendapat, disajikannya nasi kuning dalam berbagai perayaan di atas merupakan bentuk rasa syukur kepada Tuhan.

Penelitian yang dilakukan Doktor Fakultas Ilmu dan Budaya Universitas Indonesia, Sri Utami menjelaskan bahwa selain merupakan kebutuhan biologis agar manusia dapat bertahan hidup, makanan juga merupakan kebutuhan sosial dan budaya manusia dalam komunitas atau masyarakat.

Namun di Gorontalo, nasi kuning bukan sekadar pelengkap menu di atas meja makan, lebih jauh kuliner yang mendapat namanya dari warnanya ini telah bertransformasi menjadi identitas.



Joni Apriyanto dalam catatannya yang diunggah pada laman resmi Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo menyebutkan pada abad XX, nasi kuning sering disajikan dalam acara-acara adat, seperti syukuran, pernikahan, dan peringatan hari-hari besar. Nasi kuning menjadi simbol kemakmuran dan harapan baik, serta sebagai media untuk mempererat hubungan sosial dalam masyarakat. Kuliner seperti nasi kuning menjadi simbol identitas dan alat pemersatu.

Menurut hemat saya, dalam konteks identitas itulah kemudian terjadi pengasosiasian nasi kuning dan Gorontalo. Di daerah-daerah luar Gorontalo, misalnya di Sulawesi Utara, tak sedikit pedagang makanan yang melabeli dagangannya sebagai nasi kuning Gorontalo.

Tentu istilah nasi kuning Gorontalo dapat merujuk pada beberapa indikator, yakni si penjual adalah orang Gorontalo, yang dijual adalah nasi kuning resep dari Gorontalo, ataupun sebuah penegasan bahwa nasi kuning Gorontalo berbeda dari nasi kuning lainnya.

Dari pengalaman pribadi, saya bisa mengatakan bahwa nasi kuning Gorontalo memiliki kekhasan tersendiri. Tekstur nasi, aroma dan topping-nya punya cita rasa unik.

Perbedaan itu makin terasa dengan hadirnya sambal pedas yang disajikan bersama nasi kuning, di mana masyarakat Gorontalo sudah sejak lama dikenal doyan dengan masakan pedas.

Namun, seabrek penjelasan mengenai nasi kuning Gorontalo di atas rasanya belum mampu menjawab pertanyaan paling fundamental, yakni di mana pun berada, mengapa nasi kuning Gorontalo selalu terasa enak?

Pertanyaan di atas bukan sekadar teka-teki melainkan misteri. Teka-teki memiliki jawaban pasti. Sedangkan misteri tidak demikian. Ia seringkali melampaui jawaban-jawaban sederhana dan faktual.

Lantas, mengapa nasi kuning Gorontalo selalu terasa enak?

Bersambung…

Follow:
Mengawali karir junalistik di tahun 2019, mulai dari media cetak hingga beberapa media elektronik sebelum akhirnya bergabung dengan Zonautara.com di tahun 2024.
1 Comment

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com