ZONAUTARA.com—Tamangbae Lingkungan (TBL) menganugerahkan penghargaan kepada beberapa individu terkait peran aktif dalam pelestarian lingkugan di Sulawesi Utara (Sulut). Penghargaan bertajuk Tamangbae Lingkungan Award merupakan puncak acara dalam North Sulawesi Eco Vibe Fest 2025 yang digelar pada Rabu (04/06/2025).
TBL merupakan sebuah organisasi masyarakat peduli lingkungan yang diinisiasi sejak April 2023 yang terdiri dari beberapa individu pemerhati dan pegiat pelestarian lingkungan dengan latar belakang profesi yang berbeda.
Koordinator TBL, Denny Taroreh menjelaskan, penganugerahan penghargaan tersebut merupakan apresiasi kepada segenap individu yang punya peran besar dalam kerja pelestarian di Sulut.
“Ada kerja-kerja pelestarian lingkungan yang harus diapresiasi. Kita berharap inisiatif ini bisa mendorong masyarakat lain untuk melakukan hal yang sama,” ujar Dentar, sapaan akrabnya, saat dihubungi pada Selasa (10/06/2025).
Adapun cara penilaian serta kategori dalam TBL Award mengacu pada penghargaan Kalpataru dari Kementerian Lingkungan Hidup.
“Tetapi mengalami sedikit modifikasi sesuai dengan pertimbangannya Tamangbae Lingkungan,” tambahnya.
Kategori yang ada dalam TBL Award, yakni perintis lingkungan, pengabdi lingkungan, penyelamat lingkungan, pembina lingkungan dan inisiatif muda.
Sedangkan, panelis TBL Award terdiri dari enam orang dengan berbagai latar belakang, yaitu Johny Tasirin (akademisi Universitas Sam Ratulangi), Yahya Tumanduk (Dinas Lingkungan Hidup Sulut), Janny Rotinsulu (pegiat lingkungan), Nanvie Tagah (Forum Komunikasi Pecinta Alam Sulut), Ronny Buol (Zonautara.com) dan Denny Taroreh (pegiat lingkungan).
TBL Award akan jadi agenda tahunan
Denny Taroreh memproyeksikan TBL Award akan menjadi agenda penghargaan yang rutin dilaksanakan setiap tahun.
“Idealnya tiap tahun dilaksanakan. Jika tidak bisa tiap tahun, paling tidak dua tahun,” ungkapnya.
Sementara, untuk pengajuan calon nominator ke depannya bisa dilakukan secara terbuka melalui contact person dan platform yang akan digagas oleh TBL dalam waktu dekat.
“Nominator ini bisa diajukan siapa saja melalu contact person dan platform yang akan kita bangun dalam waktu dekat,” terangnya.
Senada, Stephan Lentey, salah satu nominator sepakat jika TBL Award menjadi agenda rutin. Menurutnya, adanya kemungkinan sesama pelaku kegiatan peduli lingkungan tidak saling mengenal satu sama lain mejadi salah satu alasan TBL Award harus dijadikan agenda tahunan.
“Secara pribadi akhirnya saya merasa tercerahkan. Sukses untuk kegiatan Tamangbae Lingkungan. Daftarkan untuk jadi kalender rutin. Tahunan mantap, dua tahunan pun oke. Tetap independen,” singkatnya saat dihubungi.

Sinergi di balik kesuksesan TBL Award
Kesuksesan pelaksanaan TBL Award tak terlepas dari dukungan berbagai pihak, termasuk seniman dan pegiat lingkungan Sulut. Awalnya Format TBL Award adalah pementasan teater bertema lingkungan dalam rangka Hari Lingkungan Hidup Sedunia.
Konsep TBL Award tercetus sejak Januari 2025 pasca berpulangnya salah satu seniman Sulut, (Alm) Amato Assegaf.
Setelah melewati berbagai penjajakan serta komunikasi dengan banyak pihak termasuk Serikat Pekerja PLN (SP PLN) Suluttenggo, format kegiatan berubah ke skala lebih besar menjadi Eco Vibe Fest yang di dalamnya ada penganugerahan TBL Award.
“Dari situ kemudian disepakati acara ini adalah kolaborasi antara Tamangbae Lingkungan dan SP PLN Suluttenggo. Kemudian kita mengangkat tema besar soal energi baru terbarukan,” ungkapnya.
Pihak lainnya yang juga punya andil besar dalam gelaran TBL Award, di antaranya adalah Forum Komunikasi Pencinta Alam (FKPA) Sulut dan Zonautara.com.
“Salah satu yang instens kita hubungi adalah Zonautara.com. Karena kita maunya saat kampanye energi baru terbarukan (dan lingkungan) itu berbasis fakta dan data. Nah, Zonautara.com punya banyak liputan soal itu yang bisa disajikan,” pungkasnya.
Nominator TBL Award 2025
Sebanyak tujuh orang menjadi nominator dalam TBL Award sebagai buah dari konsistensi, pengabdian, inovasi dan kerja keras dalam pelestarian lingkungan di Sulut, yakni sebagai berikut:
Stephan Lentey dalam Pendidikan Konservasi Tangkoko (PKT), Nominasi Penyelamat Lingkungan
Program ini bermula dari kegiatan ekstra kurikuler dari kegiatan penelitian monyet hitam Sulawesi (Macaca nigra) di Cagar Alam Tangkoko dengan nama Macaca Nigra Project (MNP), sebuah kegiatan penelitian intensif antar lembaga Indonesia-Jerman waktu itu.
Personil MNP yang mempunyai waktu luang setiap Sabtu-Minggu yang kemudian merancang sebuah kegiatan pendidikan lingkungan di Desa Batuputih Bawah dan Desa Batuputih Atas di mana terdapat 4 sekolah.
Kegiatan ini diinisiasi pada tahun 2010 dan memiliki format pada tahun 2011. Pendidikan Konservasi Tangkoko (PKT) kini telah memasuki 27-30 sekolah di Bitung, Minahasa Utara dan Manado.
Konsistensi dan kontinuitas adalah aspek penting yang diutamakan oleh PKT. Semua personil PKT berasal dari relawan MNP dan pencinta alam yang tertarik untuk bergabung.
Lieke Kembuan dalam Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Manado, Nominasi Nominasi Pengabdi Lingkungan
Sosok Lieke Kembuan sudah cukup dikenal oleh pemerhati lingkungan di Sulut dan masyarakat Kota Manado. Lieke merupakan staf ASN di DLH Kota Manado dan sudah ada di bidang ini sejak masih belum menjadi kantor sendiri tapi masih tergabung dalam Sekretariat Daerah Kota Manado.
Mulai sepenuhnya bergelut dengan kegiatan persampahan dan kebersihan kota di DLH Kota Manado sejak tahun 2017 hingga sekarang dengan menjabat sebagai Kepala Bidang Persampahan DLH Kota Manado. Lieke Kembuan mendedikasikan tugas dan tanggung jawabnya pada penanganan sampah Kota Manado
Jemmy Makasala dalam Perkumpulan Konservasi Talun Kentur, Nominasi Perintis Lingkungan
Jemmy Makasala adalah aktivis pegiat alam terbuka (outdoor activity) sejak masih bergabung dalam Mapala Tarsius Politeknik Manado hingga melanglang buana ke banyak wilayah di Indonesia. Semua aspek petualangan dalam dunia kepecintaalaman sudah dijajal oleh Jemmy.
Adapun Jemmy mulai menggeluti dunia pelestarian ketika aktif mendorong dan membantu Kelompok Tani di Klaten-Jogjakarta pada tahun 2012 untuk memulai pertanian organik.
Sejak itu Jemmy kemudian kembali ke Manado dan menggeluti pengelolaan sampah organik sampai menggeluti eco enzyme. Tahun 2022 Jemmy didaulat untuk mengembangkan pengelolaan sampah terpadu di Kota Tomohon sampai kemudian terbentuknya Pusat Pengelolaan Sampah Organik dan Pertanian Organik Terpadu (PPSOT) Kota Tomohon.
Jemmy berhasil mendobrak kebijakan daerah untuk lebih fokus pada pengelolaan sampah terpadu mulai dari tingkat Kelurahan, Kecamatan hingga kebijakan Kota.
Adrian Joroh dalam Komunitas Peduli Sungai 81 Kilu, Nominasi Perintis Lingkungan
Adrian dalam aktifitas sehari-hari adalah seorang pegiat UMKM dan penggerak beberapa komunitas motor di Kota Manado. Kepedulian Adrian terhadap pelestarian sungai sudah dimulai sejak tahun 2013 bersama dengan komunitas motor membersihkan sungai yang kebetulan ada di depan rumah mereka. Kemudian setelah bersih mengajak anak-anak dan keluarga untuk menikmati bersihnya sungai.
Tahun 2019 Adrian bersama beberapa tetangga di Lingkungan V Kelurahan Paniki Satu mulai berupaya membersihkan sungai di depan rumah mereka tersebut dari sampah-sampah yang menggunung dan mengotori bantaran sungai.
Di saat yang sama mereka menginisiasi kelompok masyarakat dan menyebutnya sebagai Komunitas Peduli Sungai 81 Kilu. Sungai yang melintasi depan rumah mereka adalah ruas Sungai Mapanget.
Tahun 2022 komunitas ini menggagas wisata sungai ramah anak dan menggelar Festival Sungai Bumi Kilu yang menggerakkan masyarakat untuk ikut serta menjaga dan melestarikan lingkungan.
Kemudian Festival Sungai Bumi Kilu 2024 juga kembali digelar dengan gagasan tema Sungai Untuk Masa Depan. Adrian dan KPS 81 Kilu sekarang sedang mengembangkan Taman Literasi 81 yang mereka gagas sejak 2019 untuk menjadi Pusat Pendidikan Lingkungan Kota Manado.
Liny Tambajong dalam Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Pembangunan Daerah Kota Manado, Nominasi Pembina Lingkungan
Liny Tambajong sudah mulai instens mendukung aktivitas warga Kota Manado dalam pemanfaatan lahan sempit lewat pertanian perkotaan baik lewat pemanfaatan sampah plastik untuk pertanian hidroponik, pemanfaatan limbah organik untuk pertanian organik, sampai kemudian aktif dalam pembuatan eco enzyme di Kota Manado.
Dalam kapasitasnya sebagai Kepala Bapelitbangda Kota Manado, ia berhasil mendorong terbangunnya konsep eco-office dalam lingkungan Pemerintah Kota Manado yang mendorong perilaku berwawasan lingkungan pada kantor yang dipimpinnya.
Konsep ini ikut mendorong beberapa SKPD di lingkup Pemkot Manado untuk juga bisa melakukan hal yang sama dan menginspirasi perkantoran lain untuk juga mencontoh.
Liny Tambajong juga berhasil membuat kebijakan Kota Manado untuk melakukan penyemprotan eco enzyme secara berkala di TPA Sumompo sehingga bisa mereduksi potensi gas rumah kaca secara signifikan.
Liny Tambajong juga berperan aktif untuk mendorong masyarakat bersama-sama secara sukarela memproduksi eco enzyme. Pemanfaatan potensi limbah organik untuk ekonomi sirkular warga kota juga dipelopori melalui reaktor biodigester yang menghasilkan pupuk organik cair dan gas serta pengembangan sabun berbahan eco enzyme.
Liny Tambajong juga mendorong terbentuknya bank sampah perkantoran sehingga mendorong ASN dan pegawai bisa berperilaku berwawasan lingkungan.
Dalam keseharian sebagai masyarakat, Liny Tambajong berhasil mengembangkan pemanfaatan lahan rumah sendiri untuk pertanian organik dan menjadi contoh dan inspirasi warga masyarakat lainnya baik di Manado maupun dari daerah lain.
Jean D’Arc Florentina Karundeng dalam PKK Kota Tomohon, Nominasi Pembina Lingkungan
Sebagai Ketua Tim Penggerak PKK Kota Tomohon dan dokter gigi, Jean Karundeng mulai aktif mendorong kebijakan Kota Tomohon untuk mulai memperhatikan pengelolaan sampah di Kota Bunga tersebut.
Jean Karundeng sangat aktif mendorong dan mendampingi PKK Tomohon mulai dari tingkat kelurahan, kecamatan kemudian tingkat Kota Tomohon dan juga mendorong peran aktif setiap SKPD dalam lingkup Pemkot Tomohon untuk melakukan pengelolaan sampah secara massif.
Peran aktif itu turut mendorong kebijakan Pemerintah Kota Tomohon bahkan mendorong peran DPRD Kota Tomohon untuk memberikan perhatian khusus dalam upaya pengelolaan sampah skala kota dan mendorong kebijakan Kota Tomohon untuk pertanian organik.
Keaktifan dan kepeloporan ini ikut membuka kesadaran lingkungan legislatif Kota Tomohon yang berujung disetujuinya SKPD yang baru terkait Pengelolaan Sampah Organik Terpadu dan terkait Pertanian Organik.

Paquita Wijaya dalam Yayasan Indonesia Biru, Nominasi Penyelamat Lingkungan
Tanjung Pulisan sebuah kawasan di Likupang yang menjadi bagian dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Likupang oleh Yayasan Indonesia Biru dipandang sangat penting untuk dijaga dan dilestarikan dengan mengembangkan konsep wisata berkelanjutan.
Sejak mulai dirintis sebagai kawasan wisata, Pulisan ditetapkan menjadi kawasan yang unik oleh Yayasan Indonesia Biru (YIB) sejak akhir 2022. YIB membayangkan Likupang sebagai taman yang memadukan kegiatan ekonomi dengan upaya konservasi. Taman ini akan memiliki kawasan perlindungan inti, zona afiliasi yang dinegosiasikan, dan piagam praktik untuk memandu kegiatan.
Mereka kemudian mengembangkan beberapa program yang terintegrasi dalam kawasan seperti Wallace Conservation Likupang (WCL), Taman Petualangan Alam (Bumi Noma dan EcoTrail), Permakultur, hingga Konservasi Budaya.