Hujan, tawa, dan hangatnya cerita di Panti Asuhan Arrahman Mongkonai

Editor: Redaktur
Suasana anak-anak panti saat mendengarkan dongeng di Panti Asuhan Arrahman Mongkonai. (Foto: Zonautara.com/Trideyna)

ZONAUTARA.com – Pekan lalu, Minggu (19/10/2025) langit sore tampak murung. Gerimis turun perlahan sebelum akhirnya berubah menjadi hujan deras yang menitik pelan di atap seng Panti Asuhan Arrahman, Mongkonai, Kotamobagu. Namun, di tengah cuaca dingin yang membasahi halaman, justru kehangatan lain tumbuh di dalam panti tawa anak-anak, percikan semangat, dan kisah yang dibacakan dengan lantang oleh Nia Pontoh, seorang relawan muda dari Dompet Dhuafa Kotamobagu.

Sore itu bukan hari biasa bagi puluhan anak yatim di panti tersebut. Di pondok kecil di halaman panti, suara riang mereka menembus derasnya hujan.

“Ayo, duduk melingkar… nanti Kakak bacakan dongeng,” seru salah satu relawan sambil tersenyum.

Beberapa bungkus donat dan jajanan tersusun rapi di meja sederhana. Inilah ritual Jajan Anak Yatim yang selalu dinanti setiap Minggu, yang kali ini berkolaborasi dengan Dompet Dhuafa Kotamobagu.

Ritual Minggu yang penuh makna

Program ini bukan sekadar berbagi makanan ringan. Lebih dari itu, ia menjadi ruang kebersamaan, tempat anak-anak belajar merasakan kasih sayang yang mungkin sudah lama hilang dari pelukan orang tua mereka.




“Bagi kami, ini bukan tentang seberapa banyak yang bisa dibagi, tapi bagaimana anak-anak ini tahu bahwa mereka dicintai,” tutur Iswahyudi Masloman, salah satu anggota Jajan Anak Yatim, sambil tersenyum lembut. Ia bercerita bahwa hampir setiap pekan mereka berusaha datang, bahkan saat hujan lebat sekalipun.

Tak ada kemewahan dalam acara itu hanya beberapa kantong jajanan sederhana dan cerita yang dibacakan dengan sepenuh hati. Namun, dari kesederhanaan itulah kebahagiaan tumbuh.

Dongeng yang menyembuhkan

Di sudut ruangan sederhana itu, seorang anak perempuan berusia delapan tahun bernama Alma duduk bersila, matanya berbinar mendengarkan lagu yang dinyanyikan oleh Rofi, relawan Dompet Dhuafa Kotamobagu,

“Kalau kau buat salah bilang maaf,
Kalau butuh bantuan bilang tolong,
Kalau dapat hadiah ucap terima kasih,
Kalau mau lewat bilang permisi.”

Lirik sederhana itu menggema lembut di antara tawa kecil yang pecah. Lagu dan cerita menjadi semacam cermin bagi anak-anak panti tentang bagaimana mereka tetap bertahan, tumbuh, dan bermimpi meski tanpa kasih orang tua.

“Setiap kali mendongeng, kami ingin anak-anak tahu bahwa mereka tidak sendiri. Dongeng kali ini tentang Nabi Muhammad yang berkumpul bersama anak-anak,” ujar Sakinah Alamri, anggota Dompet Dhuafa Kotamobagu. Suaranya sempat tenggelam oleh riuh tepuk tangan kecil yang memenuhi ruangan.

Di luar, hujan masih deras. Namun halaman panti seolah menjadi tempat paling hangat di dunia sore itu. Bau tanah basah bercampur dengan aroma kue yang dibagikan para relawan. Anak-anak menikmati jajanan mereka, sesekali tertawa, sesekali menatap hujan yang menetes dari atap seng.

Di antara mereka, Farel, bocah kelas satu SD, berkata pelan sambil menatap keluar,

“Kalau hujan begini, rasanya kayak ada Ibu di sini… Ibu di Gorontalo.”

Kalimat itu membuat suasana mendadak hening. Semua yang mendengar hanya saling pandang tersenyum kecil, menahan haru. Di situlah letak makna sejati dari berbagi bukan pada nilai materi, tapi pada sentuhan kemanusiaan yang menyalakan jiwa.

Panti Asuhan Arrahman menampung sekitar 25 anak, sebagian besar yatim piatu dan berasal dari keluarga kurang mampu. Di bawah asuhan Ustad Baharudin Bachmid, mereka hidup dalam kesederhanaan namun penuh kekeluargaan.

“Jajan Anak Yatim bukan hanya datang membawa makanan, tapi juga semangat. Anak-anak jadi lebih ceria, lebih berani berinteraksi,” ujar Ustad Baharudin dengan mata berbinar.

Bagi beliau, kehadiran para relawan seperti oase kecil di tengah rutinitas panti yang sunyi. Sebuah tanda bahwa kebaikan masih ada dan tumbuh di mana pun hati yang tulus bersemi.

Menjelang petang, hujan mulai reda. Satu per satu relawan berpamitan. Anak-anak melambaikan tangan dengan wajah berseri-seri. Di langit, samar-samar muncul cahaya jingga senja yang lembut.

“Terima kasih, Kak… minggu depan datang lagi, ya!” teriak Farel sambil tersenyum lebar.

Para relawan hanya melambaikan tangan, menatap mereka dengan mata yang mulai berkaca. Di jalan pulang, aspal masih basah, tapi hati semua yang baru saja meninggalkan panti itu terasa hangat.

Dalam dinginnya hujan sore, mereka menemukan sesuatu yang jauh lebih berharga kehangatan kemanusiaan yang tak pernah padam.

Penikmat kopi pinggiran, hobi membaca novel. Pecandu lagu-lagu Jason Ranti, pengikut setia Sapardi Djoko Damono, pecinta anime, terutama dari Gibli. Mampu menghabiskan 1000 lebih episode one piece dalam 8 bulan.
Leave a Comment

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com