MANADO, ZONAUTARA.com – Penerjemahan Alkitab Bahasa Manado terus menuai polemik di tengah masyarakat. Sejak diluncurkan pada 4 Agustus 2017 lalu, penggunaan bahasa Manado dalam Alkitab yang diterbitkan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) tersebut ramai dibicarakan, terutama melalui media sosial Facebook (FB). Liberty Roeroe, misalnya, mengungkapkan LAI tidak konsisten dalam terjemahan.
“Dalam bahasa Indonesia LAI menerbitkan Doa Bapa Kami hanya satu kata ‘Bapa’ dan tidak ada kata ‘setan’ namun dalam versi Manado terdapat tujuh kata ‘Bapa’ dan ada kalimat ‘setang pe bos’. Bukannya LAI yang buat Alkitab bahasa Indonesia, kenapa bisa tidak konsisten dalam hal ini?” tulisnya.
Akun Jonely Lintong menulis bahwa dirinya merupakan orang Manado, tapi tidak pernah menyebut iblis sebagai ‘setang pe bos’.
Marike Ivone Onsu, pakar penerjemahan bahasa di Kantor Balai Bahasa Sulawesi Utara, mengungkapkan bahwa dalam proses penerjemahan bahasa sebenarnya harus memperhatikan beberapa aspek penting, yaitu akurat, setia pada bahasa sumber, dan alamiah.
“Saya mengikuti perdebatan di media sosial soal terjemahan Alkitab Bahasa Manado. Memang yang saya perhatikan, bahasa terjemahan dalam Alkitab Bahasa Manado tidak akurat. Selain itu, tidak setia pada bahasa sumber yang jadi acuan terjemahan bahasa Manado. Menurut saya juga, hasil terjemahan dalam Alkitab itu tidak alamiah,” ujarnya ketika dimintai tanggapan oleh wartawan Zona Utara, Jumat (11/8/2017).
Bila ketiga hal tersebut tidak diperhatikan, lanjut Marike, hasil penerjemahan bahasanya yang rancu akan meresahkan masyarakat dan menimbulkan ketidaknyamanan.
“Dan hal itulah yang sedang terjadi,” tandasnya.
Alkitab Bahasa Manado merupakan hasil penerjemahan kolaboratif antara LAI dan Wyceliffe Bible Translators Inc, sebuah lembaga donor internasional yang memberi bantuan untuk penterjemahan Alkitab.
Menurut Godbless Sofcar Vicky Lumentut selaku personil Majelis Pertimbangan Sinode (MPS) Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM), proses penerbitan Alkitab Bahasa Manado itu memerlukan waktu 15 tahun dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk penerjemah dan konsultan dari luar negeri.
“Untuk menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa daerah, khususnya bahasa Manado memerlukan waktu yang sangat lama. Untuk Alkitab Perjanjian Baru dalam bahasa Manado ini, butuh waktu 15 tahun sebelum diluncurkan saat ini. Karena, tidaklah mudah untuk menerbitkan Alkitab seperti ini, harus melalui kajian, penelitian dan proses yang panjang,” ujar Godbless ketika acara peluncuran.
Editor: Rahadih Gedoan