MANADO, ZONAUTARA.com – Sampel binatang laut yang ambil para peneliti di daerah Kepulauan Sangihe didapati ternyata punya kandungan antibiotik atau antibakteri. Hal itu terungkap saat acara pertemuan para alumni Deutscher Akademischer Austausch Dienst (DAAD) yang dilaksanakan di Hotel Four Points Manado, Jalan Piere Tendean, Boulevard, Manado, Jumat (11/8/2017).
Robert Bara selaku Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado dan juga sebagai salah satu Peneliti Indonesia, mengatakan bahwa projek penelitian ini sudah dimulai sejak 2015.
“Yang termasuk di dalamnya organisme ini punya potensi bukan hanya menarik turis tapi juga punya potensi bahan obat. Bahan-bahan obat tersebut bisa diambil dari sini dan bisa kita kembangkan untuk pengobatan antikanker dan untuk antibiotik,” jelasnya.
Robert juga membeberkan bahwa saat ini objek penelitian mereka terfokus di Bunaken dan pulau-pulau sekitar, di sana mereka menemukan adanya hewan laut yang disinyalir terdapat kandungan antibiotik.
“Objek penelitian binatang laut seperti pada siput, tapi hidup di laut. Sejauh yang telah diteliti didapati punya kandungan antibiotik atau antibakteri,” ungkapnya.
Untuk hal itu, imbuhnya, sampel yang mereka mengambil di daerah Sangihe pada tahun 2016 dengan melibatkan Unsrat dan Politeknik Nusa Utara dalam proyek penelitian ini.
“Sejauh ini universitas yang terlibat Unsrat dan Politeknik Nusa Utara. Program ini dari DAAD yang membiayai mahasiswa untuk mengambil program doktor di Jerman, tapi penelitiannya didanai oleh Departemen Kementerian di Jerman yang menangani penelitian dan pengembangan,” ujar Robert.
Pada kesempatan yang sama, Svann Langguth, Head of Division Science ant Technology di Kedutaan Republik Federasi Jerman untuk Indonesia, mengatakan bahwa pertemuan alumni DAAD ini selain membahas tentang usaha-usaha penelitian di Indonesia, juga membahas upaya menciptakan kolaborasi antara peneliti dari Jerman dan Peneliti dari Indonesia.
Dikatakannya, Jerman dan Indonesia telah menjalin bekerja sama di bidang Ilmiah sejak lama.
“Saat ini Jerman melalui DAAD mengoordinasikan beberapa lembaga penelitian yang ada di Jerman dan bersedia mendanai berbagai penelitian. Dan salah satu mengenai penelitian antibiotik baru,” ujarnya.
Lebih jauh, Svann mengungkapkan, kebutuhan manusia dan dunia kesehatan terhadap antibiotik sudah menjadi umum dan bisa dibilang penting. Bagaimana setiap penyakit akibat infeksi bakteri bisa diatasi, maka antibiotiklah obatnya.
Sejak penemuannya, antibiotik telah menyelamatkan banyak nyawa. Namun, laporan WHO tahun 2014 menyatakan bahwa resistensi antibiotik dan Superbug sudah hadir secara global.
“Kelak kita akan menuju ke kematiannya atau dikenal dengan post-antibiotic era. Artinya akan datang satu masa di mana antibiotik sudah tidak mampu memberikan jawaban atas permasalahan manusia. Untuk itu para ilmuan dari berbagai negara saat ini terus memacu penemuan antibiotik baru. Salah satu dari perwujudan hal itu adalah kerja sama antara Jerman dan Indonesia ini,” terangnya.
Editor: Rahadih Gedoan