bar-merah

Bentor Mendominasi, Angkot Kian Tersingkir

GORONTALO, ZONAUTARA.com – Provinsi Gorontalo terkenal dengan bendi motornya. Hampir setiap sudut kota pun terdapat Bendi Motor atau Bentor, begitu orang Gorontalo menyebutnya. Hal inilah yang mengakibatkan moda angkutan umum konvensional lain di Gorontalo menjadi lumpuh atau kalah bersaing dengan Bentor. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan murahnya tarif bentor dibanding angkutan lain, serta dapat menjangkau daerah yang terpencil yang tidak dapat dijangkau angkutan umum lainnya.

Kendaraan Bentor adalah kendaraan alternatif khas masyarakat Gorontalo yang dipergunakan untuk angkutan orang dan atau barang yang dilengkapi dengan rumah-rumah dan digerakan atau didorong oleh kendaraan bermotor jenis sepeda motor.

Secara sosial ekonomi, dengan makin menjamurnya bentor, jumlah pengangguran dan kejahatan di Gorontalo menurun. Dengan modal sepeda motor dan becak seharga Rp4 sampai Rp5 juta, warga sudah bisa memiliki bentor untuk dijadikan mata pencarian.

Sejarah bentor di Gorontalo dimulai sekitar tahun 1997-1998, dengan masuknya becak kayu yang dikirim dari Pulau Jawa ke Gorontalo. Akan tetapi, becak kayuh dianggap tidak sesuai dengan kearifan lokal, sehingga beberapa bengkel menempelkan sepeda motor pada becak.
Di luar dugaan, becak dengan sepeda motor disukai warga Gorontalo, karena sifatnya yang door to door service, sampai akhirnya bentor “mematikan” angkutan bendi dan angkutan kota (angkot) sebagai alat transportasi warga Gorontalo.

Meski mendominasi angkutan di Gorontalo, keberadaan transportasi roda tiga ini tidak lantas membuat kemacetan. Hal ini juga didukung dengan sarana jalan di Gorontalo sendiri yang rata-rata  cukup lebar.

Semakin terdegradasi oleh keberadaan Bentor, lantas ke mana angkutan kota yang pernah populer di provinsi yang dijuluki Serambi Madinah ini?. Keberadaan angkot saat ini, seperti pengamatan dan penuturan warga yang mengatakan, angkot saat ini melayani penumpang Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP).

Suleman Hamza, warga Bongoime, Kecamatan Tilong Kabila, mengungkapan, sudah tujuh tahun menjadi sopir angkot, namun akhirnya berhenti dan beralih jadi tukang bentor.

“Dari dua tahun menarik bentor, kini sudah punya dua bentor. Satu saya bawa sendiri dan satu lagi, ada saudara yang bawa,” tandas Suleman.

Iskandar Abas (39) mengaku, sudah hampir sepuluh tahun sebagai tukang bentor. Dari pekerjaan inilah, Abas meraup rupiah untuk kebutuhan keluarganya.

“Yang penting kita tekuni saja dan yang paling penting menjaga langganan,” ujar Iskandar.

Dia mengungkapkan, meskipun ada banyak bentor di Gorontalo, namun tetap saja ada penumpang.

“Paling banyak melayani ibu-ibu yang berbanja ke pasar. Lainnya itu ke kantor,” pungkas Iskandar.

 

Editor : Christo Senduk



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com