MANADO, ZONAUTARA.com –Â Sering kali kita menunjuk satu tindakan kekerasan dengan sebutan anarkis atau bagian dari anarkisme. Padahal definisme anarkisme sendiri nyaris tidak ada hubungannya dengan tindakan perusakan atau kekerasan.
Anarkisme adalah pandangan dan gerakan politik para kaum sosialis kiri yang menentang komunisme, feodalisme, kapitalisme, bahkan menolak lembaga negara dalam bentuk apa pun.
Anarkisme bertujuan untuk menciptakan masyarakat tanpa hierarkis (baik dalam politik, ekonomi, maupun sosial). Para Anarkis (sebutan untuk para pemikir paham anarkisme) berusaha mempertahankan bahwa anarki, ketiadaan aturan-aturan, adalah sebuah format yang dapat diterapkan dalam sistem sosial dan dapat menciptakan kebebasan individu dan kebersamaan sosial.
Anarkis melihat bahwa tujuan akhir dari kebebasan dan kebersamaan sebagai sebuah kerja sama yang saling membangun antara satu dengan yang lainnya.
Anarkisme percaya bahwa negara mempunyai sisi buruk dimana negara dapat bertindak sebagai pemegang monopoli kekuasaan yang bersifat memaksa.
Negara hanya dikuasai oleh kelompok-kelompok elite secara politik dan ekonomi, dan kekuatan elite itu bisa siapa saja dan apa saja termasuk kelas proletar seperti yang diimpikan kaum Marxis. Oleh karena itu, kekuasaan negara dengan alasan apa pun menurut para pemikir paham ini harus dihapuskan.
Salah satu tokoh sentral dalam gerakan anarkis adalah Michail Bakunin. Pada salah satu pidatonya dalam kongres ‘Perhimpunan Perdamaian dan Kebebasan’ di Bern (1868), dia berkata:
“Saya bukanlah seorang komunis karena komunisme mempersatukan masyarakat dalam negara dan terserap di dalamnya; karena komunisme akan mengakibatkan konsentrasi kekayaan dalam negara, sedangkan saya ingin memusnahkan negara–pemusnahan semua prinsip otoritas dan kenegaraan, yang dalam kemunafikannya ingin membuat manusia bermoral dan berbudaya, tetapi tetapi yang sampai sekarang selalu memperbudak, mengeksploitasi dan menghancurkan mereka.”
Penegasan bahwa anarkisme bukanlah tindakan vandalisme, dituangkan Alexander Berkman dalam bukunya What is Communist Anarchist.
“Anarkisme bukan bom, ketidakteraturan atau kekacauan. Bukan perampokan dan pembunuhan. Bukan pula sebuah perang di antara yang sedikit melawan semua. Bukan berarti kembali ke kehidupan barbarisme atau kondisi yang liar dari manusia. Anarkisme adalah kebalikan dari itu semua. Anarkisme berarti bahwa Anda harus bebas. Bahwa tidak ada seorang pun boleh memperbudak Anda, menjadi majikan Anda, merampok Anda, ataupun memaksa Anda. Itu berarti bahwa Anda harus bebas untuk melakukan apa yang Anda mau, memiliki kesempatan untuk memilih jenis kehidupan yang Anda mau serta hidup di dalamnya tanpa ada yang mengganggu, memiliki persamaan hak, serta hidup dalam perdamaian dan harmoni seperti saudara. Berarti tidak boleh ada perang, kekerasan, monopoli, kemiskinan, penindasan, sehingga dapat menikmati kesempatan hidup bersama-sama dalam kesetaraan.”
Dikutip dari laman zenius.net, dalam prakteknya, gagasan politik anarkisme ini bisa terjadi karena (1) dorongan aktif pada sebuah masyarakat atau bisa juga (2) terbentuk secara natural pada masyarakat yang terisolasi.
Contoh komunitas masyarakat yang secara aktif berpandangan anarkisme (1) bisa dihat di List of Anarchy Communities. Sementara kondisi masyarakat tanpa pemimpin yang terbentuk secara natural (2) banyak terjadi pada masyarakat pendalaman yang terisolasi, salah satu contohnya adalah masyarakat Inuit atau Eskimo yang telah puluhan ribu tahun hidup berdampingan tanpa ada tokoh pemimpin sentral dan tanpa ada hirarki kewenangan vertikal.
Masyarakat Inuit (eskimo) selama puluhan ribu tahun bermasyarakat tanpa figur pemimpin dan tanpa hirarki kewenangan vertikal.
Dari berbagai sumber.
Editor: Rahadih Gedoan