Zonautara
  • HOME
  • PERISTIWA
    • Press Review
    • Kabar Sulut
    • Bencana dan Musibah
    • Ekonomi dan Bisnis
    • Hukum dan Regulasi
    • Lingkungan dan Konservasi
    • Pendidikan
    • Politik dan Pemerintahan
    • Sosial Kemasyarakatan
  • LAPORAN KHAS
    • Insight
    • Indepth
    • Sorotan
    • Tematik
    • Persona
    • ZONA DATA
      • Angka
      • Visualisasi Data
    • TUTUR VISUAL
      • Foto
      • Video
      • Infografis
    • POJOK RONNY
      • Perjalanan
  • CARI TAHU
    • ZONAPEDIA
    • Bagaimana caranya?
    • Daftar
    • Sejarah
    • Hari Ini Dalam Sejarah
  • REHAT
  • DATASET
No Result
View All Result
Zonautara
  • HOME
  • PERISTIWA
    • Press Review
    • Kabar Sulut
    • Bencana dan Musibah
    • Ekonomi dan Bisnis
    • Hukum dan Regulasi
    • Lingkungan dan Konservasi
    • Pendidikan
    • Politik dan Pemerintahan
    • Sosial Kemasyarakatan
  • LAPORAN KHAS
    • Insight
    • Indepth
    • Sorotan
    • Tematik
    • Persona
    • ZONA DATA
      • Angka
      • Visualisasi Data
    • TUTUR VISUAL
      • Foto
      • Video
      • Infografis
    • POJOK RONNY
      • Perjalanan
  • CARI TAHU
    • ZONAPEDIA
    • Bagaimana caranya?
    • Daftar
    • Sejarah
    • Hari Ini Dalam Sejarah
  • REHAT
  • DATASET
No Result
View All Result
Zonautara
No Result
View All Result
Home LAPORAN KHAS INSIGHT Tematik Para Pencari Suaka

Yaqub Heran Permohonan Status Pengungsi Ditolak UNHCR

by Lukman Polimengo
A A

MANADO, ZONAUTARA.com – Raut mukanya menyiratkan betapa beratnya harus jadi tulang punggung keluarga di saat sedang menjadi pengungsi. Dia harus meninggalkan negaranya Afganistan demi menghindar jadi target kekejaman Taliban.

Begitulah Muhammad Yaqub yang selama tujuh tahun jadi penghuni Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Manado. Di Indonesia sendiri, dia bersama keluarganya, sudah 17 tahun. Waktu yang sangat lama.

“Awalnya, pada tahun 2000 kami tinggal di Rudenim Sumbawa lalu dipindahkan ke Rudenim Manado pada tahun 2010 sampai sekarang,” tutur Yaqub dalam kesempatan wawancara dengan wartawan Zona Utara, Selasa (5/12/2017).

Meskipun sudah cukup lama berada mendiami Rudenim, Yaqub sekeluarga belum kunjung mendapatkan status sebagai Pengungsi dari United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) dan International Organization for Migration (IOM). Dirinya pun merasa heran pada kenyataan ini. Padahal ada pengungsi lain yang baru tinggal tiga atau emapat tahun di Indonesia, sudah dapat status tersebut.

“Keluarga kami berasal dari Bamian. Bersama warga lainnya mengisi formulir untuk bisa mendapatkan status Refugges. Namun oleh badan tersebut, kami di-reject atau ditolak. Entah apa alasannya,” jelas pria 60 tahun ini.

zonautara.com
Yaqub Muhammad saat diwawancarai di Rudenim Manado.(Foto: zonautara.com/Lukman Polimengo)

Dirinya pun paham bahwa untuk mendapatkan status tersebut, haruslah memenuhi salah satu persyaratan. Persyaratan untuk bisa mendapatkan status Pengungsi adalah mengalami penganiayaan oleh karena suku, agama, bangsa atau keanggotaan kelompok sosial atau politik, perang karena politik, penganiayaan dan pelanggaraan hak asasi manusia, termasuk penyiksaan atau diskriminasi.

“Kami ini termasuk dalam kategori-kategori tersebut,” tegas sosok yang di negaranya berprofesi sebagai guru ini.

Di Sumbawa, lanjut Yaqub, saat usia anaknya Yahya baru beranjak satu minggu, IOM menghentikan bantuan makanan dan bahan lainnya. Itu berlangsung selama dua tahun. Demi seisi keluarga bisa makan, Yaqub setiap minggunya pergi ke masjid terdekat dan mengharap iba orang, demi untuk sekedar bisa makan.

“Saya setiap minggunya ke masjid. Jadi tukang bersih. Bantu-bantu di sana. Ada saja masyarakat di sekitar yang mau membantu memberikan beras dan pakaian untuk kami,” ujar Yaqub.

Baca juga: Lolos Incaran Taliban, Yaqub Sekeluarga Kini Jadi Penghuni Rudenim Manado

Kini, setelah tujuh tahun berlalu dan menempati salah satu ruang di Rudenim Manado, Yaqub masih tak tahu akan seperti apa nasibnya bersama keluarganya kelak. Yaqub menyampaikan protes ke organisasi Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan cara unik. Memberi nama anaknya yang keempat dengan nama Tahanan PBB dan anaknya yang kelima dengan nama Tahanan PBB Nomor Dua.

“Ini adalah bentuk protes terhadap PBB, UNHCR, dan IOM atas perlakuan terhadap kami.” tandasnya.

 

Editor: Rahadih Gedoan

Tags: lukman polimengosumbawakabar manadorefugeeskabar sulutmohammad yaqubrudenim manadoyahyaimigrantahanan pbb nomor 2tahanan pbbafganistanberita manadomuhammad yaqubrejectSulutimigrasidi tolakmanadoNusa Tenggara Baratrahadih gedoanUnited Nations High Commissioner for Refugeesberita sulutunhcr
ShareTweetSend

Related Posts

HEADLINE

2 pencari suaka asal Afghanistan bakar diri di Rudenim Manado

11 February 2019

...

Para Pencari Suaka

144 Deteni Dari Sembilan Negara Huni Rudenim Manado

22 December 2018

...

Discussion about this post

Facebook Twitter Instagram Youtube

Redaksi

Kelurahan Mongkonai, Kecamatan Mongkonai Barat, Kotamobagu.
Email: [email protected]
[email protected]

  • Tentang Kami
  • REDAKSI
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Kebijakan Data Pribadi

© 2023 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • HOME
  • PERISTIWA
    • Press Review
    • Kabar Sulut
    • Bencana dan Musibah
    • Ekonomi dan Bisnis
    • Hukum dan Regulasi
    • Lingkungan dan Konservasi
    • Pendidikan
    • Politik dan Pemerintahan
    • Sosial Kemasyarakatan
  • LAPORAN KHAS
    • Insight
    • Indepth
    • Sorotan
    • Tematik
    • Persona
    • ZONA DATA
      • Angka
      • Visualisasi Data
    • TUTUR VISUAL
      • Foto
      • Video
      • Infografis
    • POJOK RONNY
      • Perjalanan
  • CARI TAHU
    • ZONAPEDIA
    • Bagaimana caranya?
    • Daftar
    • Sejarah
    • Hari Ini Dalam Sejarah
  • REHAT
  • DATASET

© 2023 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.