bar-merah

Orang Borgo Di Kampung Langowan

MANADO, ZONAUTARA.com Pemerintah Hindia Belanda saat berkuasa di Indonesia sering membagi-bagi dan membedakan kelompok masyarakat. Bagian politik devide et impera itu turut dipraktekkan di wilayah Keresidenan Manado. Orang Belanda atau bangsa Eropa berada di kelas tertinggi. Diikuti kelas istimewa, yakni orang Borgo, yang terbagi Borgo Kristen dan Borgo Islam.

Selanjutnya ada kelas yang digolongkan sebagai orang timur asing, yaitu orang Tionghoa dan Arab. Kelas paling bawah penduduk lokal. Biasa dalam istilah orang Belanda disebut sebagai Inlanders atau Inlandsch alias pribumi. Kelompok ini di Kota Manado kala itu terdiri dari orang Minahasa, Bantik, Sanger, dan Mongondow.

Orang Borgo mendapat posisi istimewa karena masih keturunan bangsa Eropa, terutama Portugis, Belanda dan Spanyol.  Dalam catatan N Raymond Frans yang diterbitkan di Indonesiana.tempo.co dengan judul “Orang Borgo Manado, Sulawesi Utara,” kata Borgo disebutkan berasal dari kosa kata bahasa Belanda Burger, dan mereka disebut Vrijburgers, oleh Pemerintah Hindia Belanda yang bermakna ‘Bebas’ karena status darah campuran eropa mereka.

Namun pembedaan ini, tidak berlaku dalam pergaulan sehari-hari orang Borgo dengan saudara mereka sesama orang Manado, Minahasa, Sanger, dan Mongondow. Salah satu fakta adalah perkawinan orang-orang Borgo dengan pribumi lainnya.

Salah satu jejak tersebut bisa ditemukan di Kampung Langowan, Kelurahan Wenang Selatan, Kota Manado. Kampung Langowan yang awalnya didominasi migrasi orang Langowan di ‘gunung’ Minahasa, kini sudah bercampur-baur dengan etnis lainnya. Satu di antaranya ialah Borgo.

Hal tersebut turut dibenarkan oleh Kepala Lingkungan III (Kampung Langowan) Kelurahan Wenang Selatan, Yoppie Barandale Kepada wartawan Zona Utara saat ditemui di kediamannya. Dirinya menuturkan, istrinya, Dela Supit Salomon adalah orang Borgo.

“Saya suku Sanger-Siau, kawin dengan yang masih orang Borgo. Di sini, selain istri saya, ada beberapa juga orang Borgo. Tapi yang terutama di sini yaitu dari Minahasa,” ujar Yoppie.

Nortje Senewe, seorang ibu rumah tangga yang masih keturunan Borgo, warga Kampung Langowan, mengaku tidak tahu-menahu lagi sejarah kenapa disebut orang Borgo.

“Yang tahu sejarah itu orang tua kami. Tapi mereka sudah tidak ada. Saya cuma tahu sedikit dari orang-orang,” tutur sosok perempuan 58 tahun tersebut.

Sepengetahuan Nortje, pada masa lalu orang Borgo banyak mendiami wilayah pesisir, terutsma di Kota Manado, Kema di Kabupaten Minahasa Utara, Tanawangko di Kabupaten Minahasa, dan Kota Amurang di Kabupaten Minahasa Selatan.

 

Editor: Rahadih Gedoan



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com