MANADO, ZONAUTARA.com – Dalam beberapa tahun belakangan ini, usaha rumah makan ikan bakar serta warung kopi di Kota Manado berkembang dengan pesat. Kedua usaha di bidang kuliner itu erat kaitannya dengan arang tempurung. Karena baik rumah makan ikan bakar maupun warung kopi membutuhkan pasokan arang tempurung.
Adalah Dubby Koyutko, pria 58 tahun yang sejak 10 tahun silam merintis bisnis arang tempurung menceritakan usahanya.
Pria yang berdomisili di Kelurahan Bengkol, Lingkungan IV, Kecamatan Mapanget ini dulunya adalah eksportir arang tempurung. Namun karena dinilai kurang menguntungkan, dirinya pun melirik Kota Manado sebagai pasar yang menguntungkan.
“Saya melihat usaha ini lebih cocok dipasarkan ke rumah makan dan warung kopi. Awal produksi per hari mencapai 50 karung, dengan empat tenaga kerja. Hingga kini usaha lancar,” ujar Dubby, Senin (6/2/2018).
Dirinya menambahkan, seiring dengan banyaknya permintaan, kini dia dibantu oleh sedikitnya 12 orang, dengan total produksi per harinya 100 sampai 150 karung arang tempurung. Arang tempurung itu didistribusikan ke sekitar 100 rumah makan dan warung kopi.
Karena semakin banyak permintaan, pelanggan harus memesan jauh hari sebelum stok arang tempurung habis.
“Proses pembakaran tempurung ini sendiri memakan waktu sekitar 8 jam, setelah itu menunggu bara apinya padam baru di dibongkar dan dikemas dalam karung. Sebelum apinya padam maka pekerja saya belum bisa membongkarnya,” kata Dubby.
Prospek usaha arang tempurung kedepan semakin bagus, karena pertumbuhan rumah makan dan warung kopi yang setiap saat selalu saja ada yang baru. Dia meminta pemerintah daerah memberi juga perhatian terhadap jenis usaha arang tempurung.
“Selama ini pemerintah belum melirik usaha saya. Belum pernah dilibatkan atau diikutsertakan dalam kegiatan pameran atau promosi produk. Ini juga kan industri rumahan, jangan hanya kecap dan saus saja yang notabene buatan pabrik yang dipamerkan,” kritik Dubby.
Editor: Ronny A. Buol