bar-merah

Petani Kelapa Menjerit, Sulut Ekspor Tepung Kelapa Ke Cina

zonautara.com
Swingly (30) buruh harian di Kumelembuai, Minahasa Selatan sedang mengolah kopra. (Foto: zonautara.com/Tonny Rarung)

MANADO, ZONAUTARA.com – Swingly (30) tetap terlihat bersemangat mengolah kelapa menjadi kopra saat ditemui di tempat pengolahan kelapa di Desa Kumelembuai Satu, Kecamatan Kumelembuai, Minahasa Selatan, Kamis (14/9/2018).

Bersama tiga buruh harian lainnya, mereka akan menyelesaikan pengolahan kelapa yang sudah dipanen milik salah satu warga kampung itu.

Dalam pekerjaan yang akan menghabiskan waktu dua minggu itu, Swingly dan kawan-kawannya akan menghasilkan sekitar 1 ton kopra yang siap dijual.

“Kami digaji Rp80 ribu perhari untuk pengerjaan pengupasan, bafufu (pengasapan) dan bakore (melepas daging kelapa dari tempurungnya),” jelas Swingly.

Sementara untuk pemanjatan, dia diupah sebesar Rp5 ribu per pohon. Upah itu menurutnya sangat rendah, namun dia tidak punya pilihan lain.

“Mana cukup, pulang rumah harus beli beras, dan bumbu dapur buat istri masak. Tak cukuplah untuk menabung,” kata Swingly.

Namun seperti para buruh lainnya, Swingly tak bisa berbuat apa-apa, pasalnya petani kelapa juga sedang dirudung duka berkepanjangan. Harga kopra cenderung tak membaik. Harga salah satu komoditas andalan Sulut telah terjun bebas sejak akhir tahun 2017.

Kini ditingkat petani Minahasa Selatan, harga kopra hanya mampu berada di level Rp5800 hingga Rp6000 per kilogram. Padahal pada pertengahan 2017, harganya masih bisa berada diatas Rp10 ribu per kilogram.

“Warga kami banyak yang menggantungkan hidup dari hasil kelapa,” ujar Kepala Desa Kumelembuai Satu, Vendry Mamangkey.

Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulut, Hanny Wajong mengatakan bahwa petani kelapa di Sulut sudah waktunya tidak bersandar pada produk kopra aja.

“Kopra selalu mengikuti pergerakan harga pasar internasional, dan tidak bisa diintervensi oleh pemerintah,” ujar Wajong, sebagaimana dikutip dari Kantor Berita Antara Manado.

Menurutnya dalam Pasar Lelang Komoditas Agro ke-6 tahun 2018, produk turunan kelapa yakni arang tempurung mampu menciptakan transaksi sebesar Rp1,2 miliar.

Diversifikasi

Diversifikasi produk turunan kelapa menurut Wajong sangat penting, karena pasar cukup tinggi baik domestik maupun internasional.

Sejalan dengan itu, Gubernur Sulut Olly Dondokambey mengatakan bahwa Cina menjadi pasar potensial bagi ekspor kelapa utuh. Menurutnya potensi ini belum dilihat secara maksimal.

“Kenapa China meminta ekspor kelapa utuh? Alasannya, mulai air kelapa sudah bisa dimanfaatkan, dagingnya, begitupun dengan tempurung dan sabut kelapa,” kata Olly di Manado, Rabu (12/9).

Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sulut, George Umpel mengakui bahwa dengan harga kopra saat ini, jelas akan merugikan petani, sebab tidak menutupi ongkos kerja.

Dia berharap, harga kopra bisa setara dengan harga komoditas beras, agar bisa mendongkrak keuntungan di level petani.

“Saya harap pemerintah akan terus memerhatikan harga kopra agar tidak anjlok ke level lebih rendah lagi,” jelas Umpel.

Sementara itu, Olly optimis, harga komoditas kopra akan cenderung membaik pada bulan November atau Desember jika melihat siklus perdagangan global.

Di Eropa menurut Olly, dari Maret hingga September, minyak nabati yang bersumber dari bunga matahari ataupun kedelai masih sangat banyak.

Dia berharap, diversifikasi produk turunan kelapa terus didorong, agar petani tidak hanya berharap pada kopra saja.

Selain kopra, ada tepung kelapa, minyak kelapa, minyak kelapa murni atau VCO, batok kelapa, sabut kelapa, arang tempurung, bungkil kopra, batang kelapa, air kelapa dan masih banyak lagi.

“Kita harus bercermin di daerah lain yang memanfaatkan semua pohon kelapa secara optimal, bukan hanya dari kopra tetapi juga jenis lainnya,” kata Olly.

Kirim Ke Cina

Pada awal September 2018, Sulut telah melakukan pengiriman tepung kelapa ke Cina. Pada pengiriman pertama ada sebanyak 25,5 ton dengan sumbangan bagi devisa negara sebesar 44.040 dolar AS.

“Tepung kelapa ke Cina cukup rutin diekspor ke negara tersebut, karena memang permintaannya cukup banyak,” kata Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulut Darwin Muksin di Manado, Rabu (12/9).

Kemudian, ekspor tepung kelapa kedua sebanyak 37,9 ton dengan nilai 58.892 dolar AS dan ketiga sebanyak 52 ton dengan sumbangan devisa bagia negara 85.630 dolar AS.

Muksin menjelaskan pasar ekspor tepung kelapa ke Cina cukup tinggi, sehingga harus dimanfaatkan dengan baik oleh petani dan pengekspor di Sulut.

 

Editor: Ronny Adolof Buol



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com