bar-merah

Memotret keberagaman, menepis eksklusifitas

zonautara.com
Dinding di ruang kelas SMK YPKM. (Foto: zonautara.com/Gita Waloni)

MANADO, ZONAUTARA.com – Sulawesi Utara sering mendapat julukan sebagai laboratorium toleransi. Ini semata karena kehidupan antar golongan di provinsi ini terus jaga.

Keharmonisan hidup berdampingan adalah nilai-nilai sosial yang menjadi modal bagi pembangunan di Sulut. Konflik silang pendapat yang mengatasnamakan SARA selalu terselesaikan.

Orang Sulut, termasuk Kota Manado menjunjung tinggi keberagaman. Hidup berbeda pendapat, keyakinan, sikap politik adalah lumrah di Manado.

Bahkan jamak dijumpai, dalam satu keluarga anggotanya terdiri dari berbagai macam agama dan aliran kepercayaan. Tak saling menjelekkan. Bahkan saling membantu dan bersilahturahmi.

DW Akademie dan Foreign Office of Federal Republic of Germany yang bekerjasama dengan Aliansi Jurnalis Independen akhir Oktober lalu menyelenggarakan Interfaith Training: An inter-religious dialogue for Indonesian journalists.

Sebanyak 20 jurnalis dari berbagai platform media di Sulut diundang dalam pelatihan itu. Usai tiga hari pelatihan, ada 10 jurnalis yang dipilih melakukan liputan sesuai dengan topik yang diusulkan.

Jurnalis zonautara.com termasuk salah satu yang usulan liputannya dibiayai dari fellowship tersebut.

Mengambil topik soal eksistensi siswa beragama Islam di persekolahan Kristen di Manado, liputan dilakukan dalam seminggu terakhir.

Hasil reportasenya bisa dibaca dalam rubrik INSIGHT.

Klik image ini untuk membaca reportasenya


Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com