MANADO, ZONAUTARA.com – Satu lagi jejak tradisi di Kota Manado yang terancam punah. Tradisi yang dimaksud adalah Mekiwuka.
Merdeka Gedoan, budayawan Sulawesi Utara (Sulut), dalam kesempatan Sarasehan Mekiwuka yang dilaksanakan Dinas Kebudayaan Daerah Sulut di hotel Ibis, Kamis (29/11/2018), menjelaskan panjang-lebar mengenai Mekiwuka tersebut.
Merdeka mengatakan bahwa Mekiwuka adalah tradisi atau adat istiadat menyambut Tahun Baru dari komunitas masyarakat Tombulu dan Tombariri yang bermukim di Wenang (Manado) sejak abad ke-15.
“Mekiwuka, sebagai tradisi adat istiadat dalam menyambut Tahun Baru atau buka taon (buka tahun, red) di Manado maupun sebagai seni pertunjukan, saat ini kondisinya sudah hampir punah. Dalam Mekiwuka, masyarakat meminta dibukakan jalan atau pintu. Dalam pengertian tersebut dipahami sebagai permohonan kepada Tuhan agar dibukakan jalan untuk memasuki tahun yang baru,” ujar Merdeka.
Mekiwuka, kata Merdeka, biasanya dilaksanakan pada akhir tahun (31 Desember), di saat menjelang dimulainya perjalanan hidup di tahun yang baru.
“Selain sebagai tradisi atau adat istiadat, Mekiwuka juga sebagai bentuk seni pertunjukan atau teater tradisional,” katanya.
Pada malam akhir tahun, lanjutnya, masyarakat berkumpul di suatu tempat kemudian berjalan bersama-sama sambil menyanyikan lagu rohani, menari-nari, menuju rumah tetua masyarakat atau tetua adat, dilanjutkan menuju rumah-rumah warga lain. Tidak boleh ada rumah yang terlewati.
Dia menuturkan, Mekiwuka memiliki makna saling memaafkan dan berusaha menghilangkan semua pertentangan yang terjadi, seiring lenyapnya tahun yang lama; mendorong perubahan hidup setiap menjalani tahun yang baru; serta keyakinan akan berkat Tuhan selalu melimpah dalam perjalanan hidup di tahun yang baru.
“Bila Mekiwuka dilaksanakan dengan baik maka bisa meredam persoalan sosial yang belakangan makin meresahkan,” tutupnya.
Editor: Ronny Adolof Buol