bar-merah

BMKG: Kabar gempa besar 28 Desember 2018 itu hoaks

zonautara.com
Daerah Petobo saat kejadian likeufaksi di Palu. (Foto: zonautara.com/Ronny Adolof Buol)

PALU — Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Palu, Cahyo Nugroho, menyatakan, isu gempa bumi dan tsunami yang akan melanda lebih besar pada 28 Desember 2018 adalah hoaks atau bohong.

Hingga hari ini, kata dia, belum ada teknologi yang dapat memprediksi akan terjadi gempa bumi di sebuah wilayah.

“Kalaupun ada gempa bumi di tanggal itu adalah kebetulan,” kata Cahyo Nugroho, Rabu, 26 Desember 2018.

Pascagempa berkekuatan 7,4 SR, menurut Cahyo, gempa memang masih terus ada. BMKG, mencatat sejak 28 September sampai 20 Desember 2018, telah terjadi gempa bumi sebanyak 960 kali. Namun skalanya lebih kecil.

Menurut dia, masyarakat jangan mudah percaya dengan informasi liar yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Sehingga masyarakat tidak perlu meninggalkan kota Palu karena isu tersebut.

Bupati Sigi Moh Irwan juga menyikapi isu bencana besar pada 28 Desember yang tersebar luas di media sosial.

“Belum ada pihak maupun teknologi yang bisa memastikan terjadinya sebuah peristiwa seperti gempa bumi,” kata Bupati Sigi, akhir pekan lalu.

Setelah bencana 28 September melanda Kota Palu dan sekitarnya, isu-isu yang berkaitan dengan bencana berseliweran hingga kini.

Salah satunya dipicu dengan beredarnya audio di sejumlah grup media sosial. Dalam pesan audio itu, menyebutkan, akan ada Festival Palu Nomoni pada 28 Desember mendatang.

Disebutkan dalam suara tersebut, sebagian warga telah mengungsi ke luar kota. Warga Palu diminta untuk berwaspada pada tanggal tersebut.

Fatmawati, penyintas dari Kelurahan Talise, mengatakan, ia mendapatkan kabar hoaks itu saat bercengkrama dengan para tetangga.

Namun, Fatmawati tidak percaya dengan kabar tersebut. “Banyak kabar seperti itu yang kita dengar. Sampai sekarang saja masih ada. Kadang kami di sini juga sempat resah, tapi lama kelamaan sudah terbiasa juga,” katanya.

Fatma berpasrah diri kepada sang pencipta. Meskipun dirinya tahu bahwa segala kabar yang berkaitan dengan bencana hanyalah kabar bohong atau hoaks, namun ia sudah lebih siap jika suatu saat akan terjadi kembali bencana serupa di Kota Palu.

“Saya sejujurnya masih resah. Tapi kita serahkan semuanya kepada Allah. Kalaupun ada bencana yang lebih besar, hidup atau mati pun sudah kehendakNya,” tuturnya.

Begitupun dengan Idrus, seorang buruh di Talise juga sudah beberapa kali mendengar kabar tentang gempa dan tsunami susulan yang lebih besar.

“Biasa dengar dari teman atau biasa di keramaian pasti ada yang cerita seperti itu. Tapi kami di sini juga sudah tidak mau terlalu ambil pusing dengan kabar itu. Sudah biasa. Buktinya sudah beberapa kali ada isu, tidak ada juga terjadi,” kata Idrus.

Ia berharap penyebar isu seperti itu dapat diproses secara hukum karena meresahkan masyarakat.[]

Reporter: Pataruddin dan Zurafli Aditya
Editor: Ika Ningtyas



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com