Zonautara
  • HOME
  • PERISTIWA
    • Press Review
    • Kabar Sulut
    • Bencana dan Musibah
    • Ekonomi dan Bisnis
    • Hukum dan Regulasi
    • Lingkungan dan Konservasi
    • Pendidikan
    • Politik dan Pemerintahan
    • Sosial Kemasyarakatan
  • LAPORAN KHAS
    • Insight
    • Indepth
    • Sorotan
    • Tematik
    • Persona
    • ZONA DATA
      • Angka
      • Visualisasi Data
    • TUTUR VISUAL
      • Foto
      • Video
      • Infografis
    • POJOK RONNY
      • Perjalanan
  • CARI TAHU
    • ZONAPEDIA
    • Bagaimana caranya?
    • Daftar
    • Sejarah
    • Hari Ini Dalam Sejarah
  • REHAT
  • Our Network
No Result
View All Result
Zonautara
  • HOME
  • PERISTIWA
    • Press Review
    • Kabar Sulut
    • Bencana dan Musibah
    • Ekonomi dan Bisnis
    • Hukum dan Regulasi
    • Lingkungan dan Konservasi
    • Pendidikan
    • Politik dan Pemerintahan
    • Sosial Kemasyarakatan
  • LAPORAN KHAS
    • Insight
    • Indepth
    • Sorotan
    • Tematik
    • Persona
    • ZONA DATA
      • Angka
      • Visualisasi Data
    • TUTUR VISUAL
      • Foto
      • Video
      • Infografis
    • POJOK RONNY
      • Perjalanan
  • CARI TAHU
    • ZONAPEDIA
    • Bagaimana caranya?
    • Daftar
    • Sejarah
    • Hari Ini Dalam Sejarah
  • REHAT
  • Our Network
No Result
View All Result
Zonautara
No Result
View All Result
Home LAPORAN KHAS INSIGHT Tematik KABAR DARI PALU

Huntara Silae baru dihuni 30 keluarga

by Ronny Adolof Buol
31 December 2018
A A
zonautara.com

Foto: Kabar Sulteng Bangkit

PALU – Hunian sementara (huntara) yang dibangun di Kelurahan Silae telah rampung. Tak hanya bilik kamar, fasilitas lainnya seperti MCK dan bak penampungan air pun tersedia.

Hunian itu sedianya menampung para pengungsi yang kehilangan tempat tinggal akibat gempa dan tsunami. Namun ternyata, hunian yang berdiri di atas lapangan sepakbola tersebut belum semuanya dihuni oleh pengungsi.

Hunian sementara yang dibangun di Kelurahan Silae berjumlah 10 unit yang berisi 120 bilik. Dari 120 bilik kamar yang tersedia, baru 30 unit kamar yang telah dihuni oleh pengungsi, atau baru sekitar 25 persen dari total bilik.

Nila, pegawai kantor Kelurahan Silae, mengatakan, saat huntara diresmikan pada pertengahan Desember lalu, baru tiga unit yang siap untuk dipakai dan diterima dari pihak PT Brantas Abipraya (Persero), sebagai pelaksana kepada Kementerian PUPR.

Tujuh unit huntara lainnya, belum diserahterimakan kepada pemerintah. Meskipun tujuh unit tersebut telah selesai dibangun dan siap untuk dihuni.

Baca Pula:

Jalan panjang, mendapatkan santunan duka

11 February 2019

Kesenjangan, berpotensi memicu konflik dan kriminalitas pascabencana

11 February 2019

“Baru tiga unit atau 36 bilik yang diserahterimakan dari Abipraya ke PUPR,” kata Nila.

Menurut dia, akan ada tahap kedua untuk pengisian huntara, sembari menunggu serahterima ke pemerintah serta hasil pendataan warga yang terdampak bencana. Tahap kedua tersebut rencananya akan berlangsung pada Januari 2019 mendatang.

Mereka yang kini bermukim di huntara Silae merupakan warga yang kehilangan tempat tinggal akibat hantaman gempa dan gelombang tsunami.

Pengungsi yang belum menempati huntara, sebagian masih menumpang di rumah kerabat. Masih ada pula yang berada di tenda pengungsian.

Agustin merupakan salah satu pengungsi yang hingga kini belum menempati huntara Silae. Hingga kini ia masih menumpang dengan sanak saudara yang tinggal tak jauh dari rumahnya. Meski demikian ia tetap bersabar untuk menanti kapan waktunya tiba untuk tinggal di huntara.

“Masih ada sebagian yang tinggal dengan keluarga. Termasuk saya juga masih dengan keluarga,” ucap Agustin.

Saat kami bergerak menuju huntara Silae, kami menemui seorang penghuni huntara bernama Fatmawati. Wanita yang berprofesi sebagai dosen di IAIN Palu tersebut sudah beberapa hari menempati huntara.

Menurut dia, saat pendataan tahap pertama baru 30 keluarga yang dimasukkan ke dalam huntara. Namun di antara itu masih ada beberapa keluarga yang belum menempati huntara karena akses air yang kurang lancar.

“Ada beberapa yang belum masuk karena air belum lancar. Karena air ini kebutuhan pokok,” ucap Fatmawati.


Meski tersedia sepuluh tandon penampungan air berukuran besar di huntara tersebut, namun tidak setiap hari pasokan air disalurkan ke huntara. Penampungan air tersebut lebih sering kosong dalam waktu yang cukup lama.

Reporter: Zulrafli Aditya
Editor: Ika Ningtyas

Tags: kabar dari palupalu bangkitpasca bencana palu
ShareTweetSend

Related Posts

KABAR DARI PALU

Jalan panjang, mendapatkan santunan duka

11 February 2019

...

KABAR DARI PALU

Kesenjangan, berpotensi memicu konflik dan kriminalitas pascabencana

11 February 2019

...

Discussion about this post

Facebook Twitter Instagram Youtube

Redaksi

Kelurahan Mongkonai, Kecamatan Mongkonai Barat, Kotamobagu.
Email: [email protected]
[email protected]

  • Tentang Kami
  • REDAKSI
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Kebijakan Data Pribadi

© 2023 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • HOME
  • PERISTIWA
    • Press Review
    • Kabar Sulut
    • Bencana dan Musibah
    • Ekonomi dan Bisnis
    • Hukum dan Regulasi
    • Lingkungan dan Konservasi
    • Pendidikan
    • Politik dan Pemerintahan
    • Sosial Kemasyarakatan
  • LAPORAN KHAS
    • Insight
    • Indepth
    • Sorotan
    • Tematik
    • Persona
    • ZONA DATA
      • Angka
      • Visualisasi Data
    • TUTUR VISUAL
      • Foto
      • Video
      • Infografis
    • POJOK RONNY
      • Perjalanan
  • CARI TAHU
    • ZONAPEDIA
    • Bagaimana caranya?
    • Daftar
    • Sejarah
    • Hari Ini Dalam Sejarah
  • REHAT
  • Our Network

© 2023 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.