bar-merah

Kiprah wanita pulihkan korban bencana Pasigala

PALU – Pasigala Tangguh kembali menyelenggarakan Forum Warga Membaca Bencana untuk seri diskusi ke sembilan bertempat di Rumah Peduli SKP-HAM Sulawesi Tengah, pada Rabu (9/1) siang.

Serial diskusi ini mengangkat topik bahasan berjudul Peran Aktif Organisasi Perempuan Pulihkan Bencana di Pasigala. Menghadirkan sejumlah organisasi perempuan. Mereka turun langsung memberi bantuan kepada korban bencana alam di Kota Palu, Sigi dan Donggala.

Hadir dalam diskusi ini sejumlah perempuan remaja yang berkiprah sebagai relawan kemanusiaan. Dan beberapa organisasi perempuan yang ada di Sulawesi Tengah. Sebagai pemantik diskusi sekretaris jenderal Solidaritas Korban Pelanggaran HAM (SKP-HAM) Sulawesi TengahM Nurlaela A.K. Lamasitudju.

Salah satu relawan wanita yang hingga kini masih aktif dalam tugas kemanusiaan adalah Zahra. Remaja asal Kota Palu ini tergabung dalam tim relawan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) Indonesia.

Zahra bersama kawan-kawan relawan di PKPA terfokus pada kegiatan dukungan psikososial yang disasarkan kepada para korban bencana.

Kegiatan psikososial tersebut dilakukan di tiga lokasi yang berada di wilayah Kecamatan Mantikulore Kota Palu. Masing-masing yaitu posko Lapangan Kompas dan Lapangan Kelinci di Kelurahan Tondo, serta sekolah SD-SMP satu atap di Kelurahan Layana Indah.

Beberapa hari lalu, mereka juga mendistribusikan perlengkapan sekolah dan perlengkapan kesehatan di tiga lokasi tersebut. Beberapa paket juga disalurkan kepada pengungsi di Pantoloan Ova dan Tondo Pesisir.

“Kegiatan ini dilaksanakan dalam waktu empat bulan tapi nanti insya Allah akan ada program selanjutnya,” lanjut Zahra.

Disitu hadir pula relawan wanita dari Nusantara Jaya. Resky namanya. Ia juga telah cukup lama terjun dalam misi kemanusiaan ini. Ia menceritakan beberapa temuan di lapangan yang berkaitan dengan masalah sosial yang dialami pengungsi.

Rezky menceritakan banyak anak usia sekolah yang lebih memilih untuk memainkan gawai daripada bergabung di kegiatan trauma healing. Selain itu ada pula kasus anak-anak yang melihat langsung orang tua mereka melakukan hubungan suami istri di dalam tenda yang tidak seharusnya dilihat oleh anak-anak.

Kemudian untuk menyikapi itu, Resky dan teman-teman relawan lainnya tergerak pula untuk melakukan berbagai kegiatan untuk menanggulangi masalah-masalah sosial yang terjadi di tenda pengungsian.

Di dalam forum, ia mengungkapkan saat ini tengah mengupayakan adanya kiriman tenda bagi pengungsi di Kelurahan Poboya Kota Palu dan kampung Wetea Kabupaten Donggala.

“Kami lagi mengupayakan tenda didrop dari IOM. Ini sementara loading sekitar 2 atau 3 hari. Diperuntukkan untuk dua wilayah yaitu di Wetea dan Poboya atas,” ucapnya.

Selanjutnya adalah Orin. Remaja asal Tolitoli ini belum lama berkecimpung sebagai relawan kemanusiaan. Ia bergabung dalam Yayasan Rumah Padagi yang juga belum lama didirikan. Kedatangan dirinya ke Palu tidak terlepas dari ajakan teman untuk ikut bersama membantu korban bencana di Pasigala.

Orin menuturkan, Yayasan Rumah Padagi saat ini tengah bergerak di sejumlah wilayah di Palu, Sigi dan Donggala untuk mengupayakan pemenuhan tenda, MCK dan mushola bagi pengungsi.

Mereka berkolaborasi dengan IOM untuk pasokan tenda. Untuk fasilitas MCK berkolaborasi bersama Adventist Development and Relief Agency (ADRA). Dan untuk mushola bekerjasama dengan lembaga sosial dari Malaysia.

Kemudian adalah Wulan. Ia kini aktif menjadi relawan kemanusiaan di Sikola Mombine. Sejauh ini, Sikola Mombine telah melakukan beberapa langkah penting untuk wanita dan anak-anak. Salah satunya adalah rumah perlindungan yang dinamakan Banua Samporoa Mombine di Kelurahan Mpanau Kecamatan Tawaeli.

Banua Samporoa Mombine merupakan rumah bersama kaum perempuan yang beraktivitas melakukan pelayanan yang berkaitan dengan kesehatan, layanan penitipan anak dan layanan konseling.

Sikola Mombine juga hingga kini menyediakan dapur nutrisi di Kelurahan Mpanau dan Kelurahan Kabonena. Dapur nutrisi ini beraktivitas setiap hari senin, rabu dan jumat guna memenuhi kebutuhan nutrisi wanita dan anak-anak yang berada di lokasi pengungsian.

“Kalau di daerah Gunung Bale dan Dampal, kami menyiapkan paket nutrisi setiap minggunya untuk kaum wanita, lanjut usia, anak-anak dan penderita disabilitas,” lanjut Wulan.

Dapur nutrisi dan paket nutrisi ini kemudian dikelola oleh kelompok-kelompok yang berada di basis masing-masing tempat yang diperkuat oleh Sikola Mombine. Mereka melibatkan wanifa korban bencana dalam kelompok ini dengan tujuan untuk memberikan peran dan ruang partisipasi kepada mereka dalam setiap aktivitas kebijakan.

Sikola Mombine juga melakukan penguatan ekonomi berbasis perempuan. Ada empat kelompok binaan Sikola Mombine yang kini tengah aktif melakukan produksi bawang goreng. Produk mereka kini telah dipasarkan dan dari empat kelompok itu. Dua diantaranya telah berbagi hasil penjualan.

Kelompok ini sepenuhnya melibatkan kaum ibu, karena kaum ibu dianggap memiliki peluang sebagai penggerak dalam pemberdayaan keluarga. Kaum ibu pula yang dilibatkan dalam proses-proses pembuatan bawang goreng, mulai dari pembelian bawang hingga proses pemasaran.

Sikola Mombine juga tengah mengupayakan edukasi pengelolaan sampah kepada para perempuan yang berada di pengungsian. Dari hasil assessment yang mereka lakukan, pengelolaan sampah juga menjadi masalah yang belum terselesaikan.

Maka dari itu, kembali dibentuk kelompok-kelompok dengan harapan dari kelompok ini dapat mengajak para pemuda dan remaja untuk melibatkan diri menciptakan lingkungan yang sehat.

Dikatakan oleh Wulan, mereka akan melakukan pelatihan mengenai pengelolaan sampah pada pekan depan terkait dengan bagaimana cara mengolah sampah dengan baik. Kemudian juga mengedukasi perempuan untuk menumbuhkan kreativitas mereka agar sampah dapat diolah menjadi barang bernilai ekonomis.

Wulan berharap, gerak-gerak perempuan yang dilakukan hingga saat ini dapat menyatu dan bisa bersinergi. Sinergi ini dilakukan agar kinerja perempuan dalam menangani masalah di lokasi terdampak bencana dapat terus menguat.

“Harapan kami sendiri adalah bagaimana kita para perempuan dapat mensinergikan kerja-kerja biar menjadi satu. Agar akar rumput kerja perempuan juga menjadi kuat,” harapnya.

Penulis + foto: Zulrafli Aditya
Editor: Yardin Hasan



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com