Tahukah anda berapa banyak paku yang dipakai saat Pemilu 2019?

Suhandri Lariwu
Penulis Suhandri Lariwu



ZONAUTARA.com – Ini mungkin urusannya hanya sepele. Soal paku. Setiap orang yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap yang datang mencoblos di Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada 17 April lalu, pasti menjumpai barang satu ini.

Pasalnya paku, adalah salah satu logistik resmi yang harus dipakai untuk melubangi kertas suara agar dianggap sah tercoblos.

Hari pencoblosan memang sudah berakhir, kini kita menanti hasil akhir rekapitulasi penghitungan suara resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang sesuai jadwal pada 22 Mei 2019.

Tapi adakah yang tahu berapa banyak jumlah paku yang dipakai oleh KPU di seluruh TPS di Indonesia? Zonautara.com mencoba menghitung untuk anda.

Dari data KPU, jumlah seluruh TPS selama Pemilu 2019 sebanyak 813.350 TPS. Setiap TPS rata-rata memiliki 4 bilik suara. Dan di setiap bilik suara terdapat satu ujung paku.

Jika berdasarkan data di atas, maka total kebutuhan paku yang dibutuhkan pada waktu pencoblosan lalu ada sejumlah 3.253.400 ujung.

Lantas berapakah uang yang dibelanjakan untuk membeli paku sebanyak itu?

Dari data cienties.com, untuk paku berukuran 4 inci (10 cm) yang dipakai di bilik suara, setiap kilogramnya rata-rata ada sebanyak 75 ujung.

Jadi berat total dari paku yang dipakai di seluruh bilik suara selama Pemilu 2019 sekitar 43.378 kilogram.

Harga paku 10 cm per Mei 2019 yang dikutip dari sejasa.com adalah Rp 17.000 per kilogram. Jika dikali dengan 43.378 kilogram, maka dana yang harus dibelanjakan untuk keperluan paku di bilik suara sebesar Rp. 737.426.000.

Harga hampir Rp 1 milyar itu belum termasuk harga keuntungan perusahaan yang memenangi tender pengadaan logistik, harga perusahaan konsultan dan ongkos-ongkos lainnya yang biasanya menyertai setiap tender proyek di pemerintahan.

Di dunia hanya tinggal Indonesia dan Kamboja yang menggunakan paku untuk mencoblos. Sebenarnya pada Pemilu 2004, Indonesia sudah tidak menggunakan paku, tapi pakai sistem mencontreng.

Namun karena tingkat suara tidak sah melonjak tinggi, maka Indonesia kemudian kembali pada metode mencoblos dengan paku.

Banyak pihak menganggap metode Pemilu dengan menggunakan paku sudah sangat ketinggalan. Bahkan Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai ini adalah cara yang kurang beradab.

Tapi begitulah kita, masih saja nyaman dengan cara manual, padahal dunia semakin dipermudah dengan teknologi digital.

Infografis: Suhandri Lariwu

Editor: Ronny Adolof Buol



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article
Leave a comment
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com