ZONAUTARA.com – Hari ini, setahun yang lalu, 28 September 2018, Palu, Sigi dan Donggala (Pasigala) dihantam bencana dahsyat. Gempa berkekuatan 7,4 magnitudo disusul gelombang tsunami dan amuk likuefaksi memporak-porandakan Pasigala.
Tercatat ada 4.800an korban meninggal, 172 ribu warga terdampak, serta 110 ribu unit rumah rusak. Berbagai infrastruktur umum dan fasilitas publik juga tak lepas dari hantaman salah satu bencana terbesar di Indonesia itu.
Proses pemulihan pasca bencana telah digenjot pemerintah termasuk dukungan dari berbagai negara dan lembaga internasional. Meski disana-sini terdapat banyak kekurangan, namun warga Pasigala mampu bangkit kembali dari terpaan bencana dahsyat itu.
Hari ini, Sabtu (28/9/2019), para penyintas bencana Pasigala memanjatkan doa-doa untuk mengenang cobaan berat setahun lalu itu. Di Desa Sidera, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, umat dari Jemaat Patmos Jono Oge dari Gereja Protestan Indonesia di Donggala menggelar kebaktian untuk korban likuefaksi.
Jono Oge merupakan salah satu area yang digulung likuefaksi sewaktu kejadian setahun lalu. Sapuan likuefaksi menggulung Jono Oge sehingga berpindah tempat.
Sementara perayaan ekaristi digelar di Gereja Katolik Santa Maria, Palu sebagai persembahan khusus untuk para korban meninggal dan penyitas serta petugas kemanusiaan.
Di sekitar Masjid Terapung, pantai Kelurahan Lere, Kecamatan Palu Barat, para penyintas juga menggelar tahlilan dan zikir massal. Ratusan umat penyintas bencana tsunami ikut tahlilan dan zikir itu.
Di lokasi-lokasi berbeda umat dari berbagai aliran keagamaan juga memanjatkan doa sebagai peringatan datangnya bencana dahsyat itu.
Saat ini berbagai program rehabilitasi dan pemulihan terus dilakukan, agar para penyintas mendapatkan hak-hak mereka, serta infrastruktur terbangun kembali.
Editor: Ronny Adolof Buol