bar-merah

Musdalifah lepas dari pegangan kakeknya dan terseret banjir bandang

Kondisi banjir bandang di Bolaang Mongondow, Rabu, 4 Maret 2020. (Foto: Zonautara.com/Marshal Datundungon)

BOLMONG, ZONAUTARA.com – Malam itu, Rabu (4/3/2020) lepas tengah malam, sekitar pukul 00.30 Wita, warga Desa Domisil, Kecamatan Sang Tombolang, Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) khususnya yang tinggal di sekitar daerah aliran sungai (DAS) mendadak panik.

Air sungai mulai meluap dengan cepat. Sejumlah wilayah di Kabupaten Bolmong memang tengah diguyur hujan dengan intensitas tinggi sejak beberapa hari terakhir. Tak terkecuali, wilayah Kecamatan Sang Tombolang.

Melihat kondisi itu, warga mulai waspada. Bahkan sebagian, mulai bersiap untuk mengungsi.

“Saya mendengar ada suara benturan cukup keras dari arah sungai,” kata Salamadi Tegelon (57), yang tinggal hanya sekitar 50-an meter dari bibir sungai.

Selain hujan yang terus mengguyur, listrik juga padam. Salamadi berniat melihat dan memastikan suara yang ia dengar itu. Ternyata, batang pohon berukuran besar yang masih utuh lengkap dengan akarnya menghantam jembatan tepat di ruas jalan Trans Sulawesi. Jumlahnya cukup banyak.

Baca pula: Banjir bandang di Bolmong rusak sejumlah rumah dan fasilitas umum

Seketika, aliran air sungai tersumbat oleh pohon. Air langsung naik dan meluap melewati badan jalan.

“Saya langsung berlari dan kembali ke rumah. Semua anggota keluarga, istri, anak dan cucu ada di dalam rumah. Suara benturan semakin keras dan beruntun. Kami semua panik. Apalagi kondisi gelap gulita,” ungkap Salamadi.

Tak berselang lama, air bercampur lumpur mulai masuk ke dalam rumah. Prosesnya berlangsung begitu cepat. Air bercampur lumpur, disertai material berupa kayu dan batu berukuran besar-besar mulai mencari jalannya untuk mengalir.

Ya, jembatan tak mampu lagi menahan derasnya air. Salamadi berniat menyelamatkan seluruh anggota keluarganya. Tapi, tidak memungkinkan lagi untuk keluar lewat pintu depan. Rumah Salamadi persis menghadap arus yang terus menggila. Dia mengarahkan untuk keluar lewat dapur.

Tapi, air yang masuk ke rumahnya semakin deras. Ia memegang tangan cucunya Musdalifah Hasan yang baru berumur 5 tahun. Tiba-tiba, ada potongan kayu yang menghantam tubuhnya dari belakang. Tangan cucunya lepas dari pegangan Salamadi.

“Semua anggota keluarga terpisah. Tinggal terdengar suara minta tolong. Pada akhirnya, saya, istri dan anak berhasil lolos keluar,” ujarnya.

Sayangnya, sang cucu Musdalifah hilang terseret arus. “Cucu saya ditemukan sekitar 100 meter dari rumah sekitar pukul 6 pagi dalam kondisi meninggal,” ungkapnya.

Rusak puluhan rumah

Banjir bandang itu sendiri, selain merenggut nyawa Musdalifah, juga merusak puluhan rumah warga.

Dari data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bolmong ada sebanyak 5 rumah yang hanyut, 10 rumah rusak berat dan 30 rumah lainnya rusak ringan.

Selain itu, BPBD Bolmong juga mencatat, 3 unit mobil, 5 unit motor hanyut terbawa arus. Kerusakan fasilitas umum lain, juga menimpa 1 unit gedung TK, 1 unit gedung PAUD, 1 unit gedung taman pengajian.

“Material banjir juga menutup sekitar 15 hektar lahan perkebunan. Taksiran kerugian sekitar satu miliar rupiah,” jelas Kepala Pelaksana BPBD Bolmong, Haris Dilapanga.

Editor: Ronny Adolof Buol



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com