ZONAUTARA.com – Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) menjadi sarana tepat untuk mengenalkan bahasa dan budaya Indonesia, sebagaimana yang dilaksanakan di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Vientiane, Laos. Begitulah yang dilakukan Irene Debby Carolina Rindorindo, seorang pengajar BIPA asal Sulawesi Utara (Sulut), di negara yang berjuluk The Land Locked Country atau Tanah yang Terkunci.
Menurutnya, selama ini masyarakat di Laos hanya mengenal Jawa dan Bali. Melalui kesempatan menjadi pengajar BIPA inilah Irene mulai mengenalkan Sulut yang memiliki taman laut yang indah, yaitu Bunaken; dan kekeluargaan kuat yang tergambar dalam tarian Maengket, sebagaimana semangat yang dilihat pada masyarakat Laos.
“Mengenalkan konsep budaya asing tentu tidak mudah. Perlu media pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk memahami seperti apa Bunaken dan Maengket. Cara yang paling efektif, yaitu menggunakan gambar, dan dalam hal ini kain Batik Bercerita dari Sizzy Matindas Batik menjadi pilihan yang tepat,” ujar Irene yang diwawancarai wartawan Zona Utara, Rabu (11/03/2020).
Menurutnya, selain Bunaken dan Maengket, komoditi andalan Sulut, yaitu cengkih dan pala juga dapat ditemukan dalam setiap helai kain yang sarat filosofi dan kisah.
“Ini merupakan kesempatan besar dan penting untuk mengenalkan kekayaan Indonesia. Pada lebih dari 17.000 pulau yang ada di Indonesia, tersimpan keanekaragaman budaya dan alam yang tak ternilai yang perlu diketahui masyarakat Laos, khususnya yang akan belajar bahasa Indonesia,” kata sosok yang pernah menyandang gelar Noni Sulut pada 1999 ini.
Berdasarkan data terakhir dari pihak KBRI Vientiane, imbuh Irene, siswa yang mendaftar hampir mencapai 70 orang, yang terdiri atas pelajar sekolah dasar hingga perguruan tinggi, pekerja profesional, tentara, dan polisi.
“Mereka tertarik dengan berbagai promosi dan sosialisasi yang dilaksanakan pihak KBRI di sekolah dan perguruan tinggi di Laos, melalui media sosial KBRI dan surat kabar Laos, serta mengunjungi Lao Youth Union,” kata Irene.
Pihak Kementerian Pendidikan Republik Indonesia melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa setiap tahun mengirim puluhan tenaga pengajar bahasa Indonesia ke berbagai negara di dunia. Tahun 2020 ini para pengajar dari hasil seleksi yang dilaksanakan tahun 2019 ditugasi ke kurang lebih 22 negara, di antaranya adalah di Laos.
Irene yang datang ke Laos bersama Patricia Elsa Marchelia Wibiasty, rekan sesama pengajar BIPA dari Indonesia, diterima secara resmi oleh Duta Besar RI untuk Laos, Pratito Soeharyo, pada 2 Maret 2020, dan secara resmi akan bertugas mulai 21 Maret sampai 31 Oktober 2020. Selama bertugas sebagai pengajar BIPA, Irene berkomitmen untuk terus mempromosikan kekayaan Sulut di Laos.