bar-merah

Cerita mereka yang pulang dari ruang isolasi covid-19 di RSUP Prof Kandou Manado

RD dan PH serta bayi mereka saat berada di atas kapal yang membawa mereka pulang. (Foto: Zonautara.com/Ronny A. Buol)

MANADO, ZONAUTARA.COM – Hujan turun tak deras di Manado, langit berawan. RD memeluk bayinya yang baru berusia 9 hari. Sebuah prosesi kecil digelar dokter dan para perawat siang itu, Jumat (24/4/2020).

Pipi bayi mungil perempuan yang terus terlelap itu seolah menyiratkan rasa syukur. Dia, bersama ibunya RD dan ayahnya PH, diijinkan pulang. Hasil pemeriksaan laboratorium terhadap sampel mereka dua kali negatif. Mereka bisa terbebas dari status PDP (pasien dalam pengawasan).

Dokter dan perawat melepas mereka dengan syukur. Sepaket tanda kasih dari RSUP Prof Kandou Manadi menjadi oleh-oleh yang dibawa pulang

Zonautara.com menemani perjalanan mereka menuju Pelabuhan Manado. Keluarga ini akan pulang ke Siau, Kabupaten Sitaro, daerah asal mereka.

Sebelumnya saat RD menunggu waktu melahirkan, suaminya membawanya ke Rumah Sakit Umum Daerah Lapangan Sawang di pulau Siau. Karena posisi bayi dalam kandungan yang beresiko, RD dirujuk ke Manado.

“Awalnya kami masuk di Rumah Sakit Siloam, lalu kemudian dirujuk lagi ke Rumah Sakit Kandou,” cerita PH.

Sewaktu di RS Siloam, RD dirapid test dan hasilnya menunjukkan reaktif terhadap virus. Status dirinya kemudian menjadi PDP.

Pada tanggal 15 April, waktu melahirkan tiba, dan RD menjalani proses persalinan melalui pembedahan dengan protap covid-19.

“Kelar operasi kami langsung dibawah ke ruang isolasi, saya bersama bayi,” tutur RD.

PH yang melihat istri dan bayinya masuk ruang isolasi, mengajukan diri juga untuk bisa ikut dan mendampingi istrinya.

“Awalnya saya takut, karena petugas bilang kalau sudah masuk tidak bisa lagi keluar sampai dinyatakan negatif,” ujar PH.

PH tidak punya pilihan, dia harus mendampingi istrinya yang baru melahirkan itu. Dia pun bersedia masuk.

“Perasaan saya ibarat mau mati saja. Tapi begitu berada di dalam, ternyata semua yang di dalam saling menguatkan. Semua orang berdoa,” cerita PH.

Baik PH maupun RD perlahan menyesuaikan diri dengan kondisi ruang isolasi. Perasaan seram yang tergambar selama ini perlahan tertepis.

“Sebelum ini kan saya tiap hari menonton berita di televisi dan membacanya juga. Jadi ya takut juga,” kata PH.

Selama berada di dalam ruang isolasi, PH mengakui mereka mendapat pelayanan medis yang sangat baik. Semua kebutuhan termasuk makan disediakan oleh pihak rumah sakit.

Menurut PH, kondisi mereka selama diisolasi itu baik-baik saja, meski ada sejumlah kekhawatiran. Tapi kepulangan mereka bisa menjadi bukti, bahwa masyarakat tidak perlu memberi stigma berlebihan kepada pasien covid-19, baik yang positif apalagi yang masih berstatus PDP.

“Bayi kami saja bisa negatif. Kami bisa pulang karena sudah negatif,” ujar PH.

Dinas Kesehatan Provinsi Sulut membekali Istri dan bayinya dengan surat keterangan bebas status PDP untuk meyakinkan masyarakat bahwa keluarga ini bebas dari status PDP.

“Tapi kami diminta untuk isolasi mandiri dulu setelah pulang,” ujar PH.

PH bersama istrinya RD, meminta pula agar masyarakat bisa mematuhi imbauan pemerintah dalam upaya mencegah penularan covid-19.

“Kita harus patuh tinggal di rumah untuk memutus mata rantai penularan ini,” harap PH.

Rencananya, Bupati Kepulauan Sitaro akan menyambut kedatangan keluarga ini saat tiba di pulau Siau. PH juga mengatakan bahwa Bupati Sitaro telah menelepon mereka dan meyakinkan bahwa Pemerintah Sitaro telah mengedukasi warga kampung mereka untuk tidak perlu takut.

“Kami menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh dokter, perawat dan petugas yang sudah merawat bayi kami dan kami sekeluarga. Juga terimakasih kepada ibu Bupati yang ikut turun membantu kepulangan kami,” ungkap PH.

Bupati Kepulauan Sitaro, Eva Sasingen menyatakan bahwa pemerintah daerah telah mengurus semua kebutuhan dan proses pemulangan keluarga ini hingga tiba di kampung halaman. Bahkan penyambutan oleh Forkompimda dan masyarakat desa sudah di siapkan.

“Rumah keluarga ini sudah kami hias sedemikian rupa untuk menyambut bayi mungil yang baru saja dilahirkan, dan memberi semangat pada sang ibu. Upaya ini sebagai dukungan kepada keluarga ini bahwa mereka tidak dikucilkan, meski demikian mereka harus menjalani isolasi mandiri,” ujar Eva.

Jelang malam, RD menggendong bayinya masuk ke salah satu kamar di KM Venecian yang melayari rute Manado – Siau, kemarin sore. Hujan mereda, seiring semburat memerah di langit yang menemani sunset. Rasa bahagia membuncah di hati keluarga ini, mereka bisa pulang, sembari berharap pandemi ini benar-benar segera berakhir.



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com