ZONAUTARA.COM – Pengiklan besar sedang memboikot raksasa media sosial, Facebook. Aksi ini dilakukan lantaran kampanye “Stop Hate for Profit”, yang menganggap Facebook enggan menghapus konten-konten berbau rasis dan ujaran kebencian di platform mereka.
Kampanye Stop Hate for Profit mampu meyakinkan perusahaan besar menarik iklan mereka dari Facebook. Beberapa perusahaan raksasa yang sudah bergabung adalah Coca-Cola, Unilever dan Starbucks. Ikut pula bergabung Ford, Adidas dan HP.
Brand besar di bidang teknologi komputer, Microsoft dikabarkan pula akan menunda iklan mereka di Facebook, termasuk di Instagram.
Tak hanya Facebook, platform berbagi lainnya seperti Reddit dan Twitch menerima tekanan yang sama dari kampanye Stop Hate for Profit.
Facebook selama ini memang menjadi platform yang paling banyak digunakan oleh pengiklan untuk memasarkan produk mereka dengan audiens yang terarah.
Banyak pihak memperkirakan aksi boikot para pengiklan besar ini akan mempengaruhi pendapatan Facebook bahkan bisa mengancam kelangsungan hidup Facebook.
Laporan BBC menyebutkan, saham Facebook jatuh 8%, yang secara teori berkurangnya kekayaan Mark Zuckerberg, pemilik Facebook sebesar 6 miliar poundsterling.
Tapi apakah aksi boikot ini benar-benar akan membuat Facebook mati? Banyak pihak juga yang meragukan hal itu. Dari laporan CNN, bahwa 100 pengiklan besar di Facebook menghabiskan anggaran sebesar US4,2 miliar tahun ini. Tapi angka itu hanya setara dengan 6% pendapatan Facebook dari iklan.
Pendapatan Facebook dari iklan terbesar justru disumbangkan dari para pengiklan sedang dan kecil. Dan mereka tidak ikut dalam aksi boikot ini.
Jika perusahaan besar bisa memilih platform lain dalam membelanjakan iklan mereka, pengiklan kecil merasakan bahwa Facebook adalah platform paling tepat untuk beriklan, karena audiens yang bisa terarah dan pasti.
Boikot pasang iklan di media massa bukan baru pertama kali ini juga terjadi. Pada 2017, banyak pemilik merek terkenal menghentikan iklan mereka di YouTube, sebagai respon terhadap sebuah iklan yang dipasang di video yang rasis dan homofobik.
Namun sesudah itu, Google sebagai perusahaan pemilik YouTube baik-baik saja hingga sekarang. Lagi pula pengiklan besar yang sudah menyatakan ikut kampanye ini, baru berencana menunda iklan mereka di Facebook sepanjang Juli.