Tuberkulosis (TB) yang juga dikenal dengan singkatan TBC merupakan penyakit menular yang menyebabkan masalah kesehatan terbesar di dunia setelah HIV. Penyakit ini disebabkan oleh basil dari bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang dapat menyebar melalui kelenjar getah bening dan aliran darah ke organ dalam tubuh, dan yang tersering dan paling umum adalah infeksi tuberculosis pada paru-paru.
Tuberkulosis ditularkan melalui udara, yaitu dengan cara bila seseorang menghirup cairan yang telah terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis seperti air liur, lendir atau darah yang telah terkontaminasi dan terhirup oleh orang sehat yang kekebalan tubuhnya lemah terhadap penyakit Tuberkulosis.
Penyakit TB dapat berakibat fatal bahkan sampai meninggal jika tidak ditangani secara tepat. Penegakkan diagnosis TB adalah dengan pengecekan tes darah, X-ray pada bagian dada, pengecekan sputum atau lendir.
TBC juga termasuk lima besar penyebab kematian premature dan kematian penduduk di Indonesia sepanjang tahun 2007-2017. Pada tahun 2018, diperkirakan ada sekitar 845.000 penduduk Indonesia jatuh sakit karena TBC.
Untuk kasus TBC laten, bakteri yang menyebabkan penyakit tuberculosis belum aktif secara klinis dan hanya berada di dalam tubuh. Jika sudah aktif, akan terjadi gejala pada periode tertentu bisa dalam hitungan minggu maupun tahun. Durasi tersebut tentu saja tergantung dari kondisi kesehatan dan daya tahan dari pengidap.
Penyebab Tuberculosis
Penyebab tuberculosis adalah bakteri yang menyebar di udara melalui semburan air liur dari batuk atau bersin pengidap TB.
Berikut ini beberapa kelompok orang yang memiliki risiko lebih tinggi tertular TB :
- Orang yang system kekebalan tubuhnya menurun. Contohnya, pengidap diabetes, orang yang menjalani serangkaian kemoterapi, atau pengidap HIV/AIDS.
- Orang yang mengalami malanutrisi atau kekurangan gizi.
- Pecandu narkoba.
- Para perokok.
- Para petugas medis yang sering berhubungan dengan pengidap TB.
Gejala Tuberculosis
Tuberculosis umumnya menyerang paru-paru dengan gejala utama batuk berdahak yang berlangsung lebih dari 2 minggu. Batuk yang terjadi juga kadang mengeluarkan dahak berwarna seperti karat atau batuk darah.
Pengidap TB juga biasanya kehilangan nafsu makan dan mengalami penurunan berat badan yang disertai dengan demam, keringat malam hari, dan kelelahan. Jika infeksi tuberculosis pada paru telah menyebabkan kerusakan pada paru telah menyebabkan kerusakan pada paru, akan timbul gejala sesak napas. Ketika tubuh telah terinfeksi oleh kuman tuberculosis, system kekebalan tubuh dapat mencegah kuman tersebut aktif.
Berdasarkan kondisi tersebut kuman TB dapat dibagi menjadi dua jenis :
TB pasif
Pada kondisi ini seseorang memiliki infeksi TB tetapi bakteri pada tubuh dalam keadaan tidak aktif dan tidak menimbulkan gejala. TB pada jenis ini tidak menular. TB pasif dapat berubah menjadi aktif sehingga pengobatan tetap penting bagi penderita TB pasif dan juga dapat membantu mencegah penyebaran/penularan TB.
TB aktif
Pada kondisi ini seseorang mengalami sakit dan dapat menular ke orang lain. TB dapat langusng aktif pada minggu pertama setalah infeksi atau terjadi pada tahun selanjutnya.
Berikut ini adalah beberapa tanda dan gejala TB aktif :
- Batuk berlangsung selama tiga minggu atau lebih.
- Batuk berdarah
- Nyeri dada ketika bernafas atau batuk
- Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas
- Lebih cepat lelah
- Demam
- Berkeringat pada malam hari tanpa sebab yang jelas
- Meriang
Faktor Resiko
Berikut beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko TB :
- Kontak langsung dengan penderita TB
- Resiko terinfeksi TB berhubungan dengan sifat TB dan lama paparannya seperti contohnya bila salah satu anggota rumah tangga terkena TB maka factor resiko 1 dari 3 orang kemungkinan tertular.
- Faktor Usia. Orang lanjut usia dan anak-anak memiliki resiko lebih tinggi terkena TB karena system kekebalan tubuh yang kurang kuat sehingga lebih mudah terinfeksi.
- Sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh yang melemah karena penyakit dan obat dapat menjadi penyebab mudahnya terkena TB. Contoh penyakit yang dapat melemahkan system kekebalan tubuh adalah HIV/AIDS, diabetes mellitus, dan gangguan ginjal yang parah. Contoh terapi pengobatan yang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh adalah terapi kanker (kemoterapi), obat yang digunakan untuk rheumatoid arthritis.
- Melakukan perjalanan ke daerah mayoritas terinfeksi TB dapat meningkatkan faktor resiko terkena TB karena pemaparan infeksi dalam waktu yang lama.
- Kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan seperti tempat bekerja dan lingkungan perumahan dapat menjadi faktor resiko terinfeksi TB.
Pengobatan Tuberculosis
Terapi pengobatan Anti-TB adalah satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan. Pengobatan TB membutuhkan waktu yang lebih lama minimal enam sampai sembilan bulan. Pengobatan TB juga tergantung pada faktor usia, kondisi kesehatan, respon terhadap obat, jenis TB dan lokasi terinfeksinya di tubuh.
Dokter biasanya menggunakan beberapa cara untuk mendiagnosis penyakit ini, seperti rontgen dada, tes Mantoux, tes darah, dan tes dahak. Hal tersebut dikarenakan tuberkulosis adalah penyakit yang sulit dideteksi, terutama jika pengidapnya adalah anak-anak. Dengan pengobatan yang benar, penyakit yang serius ini bisa disembuhkan.
Penggunaan obat TB kemungkinan memiliki efek samping yang membuat tidak nyaman namun tidak membahayakan, sepert :
Mual dan muntah.
Kehilangan nafsu makan.
Kulit menjadi berwarna kuning.
Urin atau kencing menjadi berwarna keruh bahkan kemerahan.
Demam tanpa sebab.
Pencegahan Tuberculosis
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mencegah penyakit, ketidakmampuan dan cidera. Strategi yang dilakukan meliputi promosi kesehatan dan kesejahteraan pada saat sebelum terjadinya penyakit atau tiap tahapan perkembangan kehidpan melalui pendidikan kesehatan yang dilakukan secara rutin dan berkesinambungan, proteksi kesehatan melalui pelayanan perawatan kesehatan (Hitchock, Schubert & Thomas, 1999).
Cara pencegahan TB paru agar tidak menular kepada orang lain adalah sebagai berikut:
- Menelan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) secara lengkap dan teratur sampai sembuh.
- Harus menutup mulut dengan sapu tangan, tisu atau tangan apabila bersin dan batuk. Kemudian mencuci tangan.
- Tidak membuang dahak di sembarang tempat, tetapi dibuang pada tempat khusus dan tertutup. Misalnya dengan menggunakan wadah atau kaleng bertutup yang sudah berisi air sabun. Buanglah dahak di lubang WC atau timbun ke dalam tanah di tempat yang jauh dari keramaian.
- Menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yaitu :
a. Menjemur alat tidur,
b. Membuka pintu dan jendela setiap pagi agar udara dan sinar matahari masuk, karena sinar matahari langsung dapat mematikan kuman TB,
c. Makan makanan bergizi,
d. Tidak merokok dan minum-minuman keras,
e. Olahraga secara teratur,
f. Mencuci pakaian hingga bersih,
g. Buang air besar di jamban atau WC,
h. Mencuci tangan hingga bersih di air yang mengalir setelah selesai buang air besar, sebelum, dan sesudah makan,
i. Beristirahat cukup,
j. Jangan tukar menukar peralatan mandi.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah aktivitas yang berhubungan dengan deteksi dini dan pengobatan. Fokus pencegahan dengan cara melakukan skrining untuk mendeteksi penyakit pada fase awal.
Pencegahan sekunder pada kasus TB dapat dilakukan dengan melakukan skrining untuk penemuan kasus secara dini, penanganan atau pengobatan segera bila ditemukan klien yang menderita TB.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah aktivitas yang dilakukan untuk mencegah penyakit supaya tidak bertambah parah atau kronis dan tidak akan menimbulkan ketidakmampuan pada individu. Pencegahan tersier meliputi pengobatan rutin dan teratur serta pencegahan kerusakan lebih lanjut atau komplikasi suatu penyakit.
Prinsip dari pencegahan tersier adalah memberikan penguatan pertahanan tubuh terhadap stressor melalui pendidikan kesehatan dan membantu dalam pencegahan terjadinya masalah yang sama.
Mari stop TB dengan melakukan pengobatan hingga tuntas dan membawa anak anda untuk mendapatkan vaksin BCG.
Indonesia Sehat ! Indonesia Cerdas !
REFERENSI
Penulis: Regina Theresia Dandel
Penulis adalah mahasiswa semester 3 Fakultas Keperawatan Universitas Katolik De La Salle Manado