ZONAUTARA.com – Dokter Gardjito Hardjosukarso, Sp.JP.FIHA. Semasa pengabdiannya merupakan sosok yang dipandang begitu penuh dengan canda dan sangat ramah, terhadap para pasien dan rekan sesama dokter serta tenaga medis lainnya.
Dokter Gardjito merupakan dokter senior lulusan Universitas Gadjah Mada, dan kemudian mengambil spesialis jantung dan pembuluh darah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, kondisi dokter Gardjito diketahui tidak terlihat mengalami gejala akan terpapar virus corona, dan masih terap beraktifitas seperti biasa di Rumah Sakit Radjak.
Namun, selang beberapa hari pada awal bulan September. Kondisi kesehatan beliau mulai menurun, dan akhirnya harus dirawat intensif di ICU Rumah Sakit Thamrin dengan status terkonfirmasi positif covid-19.
Dokter Gardjito pun akhirnya menghembuskan nafas terkahir, pada Jumat (11/9/2020), di usia 71 tahun. Ia harus gugur dan berpulang, setelah perjuangannya selama hampir dua minggu melawan virus corona yang menyerang kesehatan tubuhnya.
Kepergian beliau ternyata meninggalkan kesan baik dan penuh hangat, baik dari mantan pasien serta para rekan yang berasal dari dunia medis.
Melalui laporcovid19, sebuah testimoni dari mantan pasien, Diana Magdalena yang pernah merasakan bagaimana dokter Gardjito walaupun di tengah situasi pandemi yang ada, beliau tetap mampu melayani pasien dengan ramah, suka tersenyum dan begitu baik.
Sebelum pandemi Diana selalu mengantar ibunya kontrol ke dokter Gardjito. Diana kaget saat membaca tweeter, dokter Gardjito meninggal karena Covid.
“Beliau dokter yang sabar, suka tersenyum dan baik sekali. Selalu menjawab sejelas-jelasnya pertanyaan dan keluhan dari ibu saya yang cerewet. Ibu saya sebagai pasien merasa kehilangan. Terakhir ketika kontrol beliau bercanda: Enak ya Bu, anaknya perempuan ada yang urus. Kalo saya laki-laki semua, sudah diambil istrinya semua (sambil beliau tertawa). Ibu saya di situ pun tertawa mendengar candaan dokter Gardjito,” tulis Diana.
Dokter Gardjito, menurut Diana, selalu menenangkan pasien yang panik seperti ibunya. Ketika katup jantungnya di USG ada bocor dan jantungnya bengkak, beliau menenangkan dengan bilang, “Ini diobatin sembuh kok, Bu. Jangan khawatir ya, Bu”.
“Sungguh saya dan ibu saya sangat kehilangan. Mungkin karena pasiennya yah. Semoga beliau tenang dan mendapat tempat yang layak di sisi Tuhan. Terima kasih untuk pengabdian mu, dr. Gardjito. Bahkan di tengah pandemi, Pak dokter masih praktek, ” ungkap Diana.
Sosok lain yang tergambar dari rekan sesama tenaga medis, melalui sebuah testimoni dari dokter Rahma Novianti yang menggambarkan sosok beliau yang tidak lepas dari sikap ramah, murah senyum, sabar dan senang bercanda.
“Saya adalah dokter umum yang bertugas di UGD dan ruang rawat inap di RS tempat beliau bekerja. Beliau adalah sosok konsulen yang baik sekali, ramah, selalu tersenyum, suka bercanda dan sabar,” tulis dokter Rahma melalui laporcovid19.
Menurutnya, dokter Gardjito selalu memanggil mereka yang lebih muda dengan sapaan dokter, walaupun usia kami muda. Beliau selalu berkeliling ke ruang rawat inap padahal tidak ada pasiennya dan suka bertanya “Ada pasien?” sambil tersenyum, lalu berbincang sebentar bercanda lalu pamit dengan senyumnya.
“Saya sedih sekali kehilangan salah satu sosok spesialis terbaik di Indonesia ini. Dokter orang baik, ketika dokter berpulang banyak sekali yang mengantar beliau.InshaAllah dokter husnul khotimah, ” tulis dokter Rahma.
Terima kasih dokter Gardjito. Nilai baikmu akan tetap dilanjutkan bagi siapapun yang begitu tersentuh akan caramu memperlakukan sesama demi pelayanan yang baik dan berkualitas demi sebuah rasa kemanusiaan.