ZONAUTARA.com – Korban Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) kali ini adalah mantan direktur pertama RSUD Inche Abdoel Moeis dr. H. Edisyahputra Nasution. Informasi ini diberikan Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Samarinda Ismed Kusasih kepada wartawan.
Pada 18 Agustus 2020, dokter Edi, begitu ia karab disapa, dijemput oleh tim Satgas Covid-19 Kota Samarinda di kediamannya dengan status terkonfirmasi positif terinfeksi Covid-19. Dokter Edi dirawat intensif di RSU AW Syahranie selama sepekan dengan keluhan sesak napas, sampai akhirnya meninggal pada 27 Agustus 2020 pukul 07.30 WITA di usia 66 tahun.
Selain kondisinya yang terkonfirmasi positif Covid-19, almarhum juga dilaporkan memiliki komorbid atau penyakit penyerta, yaitu Diabetes Melitus.
Dokter Edi merupakan seorang dokter senior di Samarinda. Khatam usia pada umur 66 tahun, semasa hidupnya beliau dikenal sebagai sosok yang begitu baik terhadap siapa saja. Ia juga dikenal sebagai panutan dan tauladan, tegas, dan punya prinsip.
Semasa hidup, almarhum dokter Edi pernah menjabat sebagai kepala Puskesmas Karang Asam, Direktur RSUD IA Moeis, Kepala BKKBN, dan Klinik Islamic Center. Ia juga pernah menjabat sebagai ketua IDI Cabang Samarinda dua periode dan menjadi pengurus sampai sekarang. Praktek kedokteran masih dijalani sampai akhir hidup beliau.
Kabar meninggalnya dokter Edi, cukup menyentak. Bahkan, Direktur RSUD IA Moeis Samarinda dr Syarifah Rahimah, memberikan kesaksiannya terhadap almarhum Edi Syahputra Nasution, seperti disampaikan Pelaksana Tugas (Plt) Kadinkes Kota Samarinda dr Ismed Kusasih.
“Saya bersaksi, beliau adalah orang baik. Beliau adalah Direktur RSUD IA Moeis pertama, yang memperjuangkan rumah sakit kami di awal pendiriannya,” tulis Syarifah dikutip dari laman niaga.asia.
Sebagai bentuk penghormatan kepada beliau, direktur RSUD ini ikut mengiringi ambulan menuju ke pemakaman beliau. Kepergian dokter Edi meninggalkan duka yang mendalam di kalangan pegawai RSUD IA Moeis.
Selain pernah menjabat sebagai Direktur pertama di rumah sakit tersebut, dokter Edi juga dikenal sebagai seorang bapak, dan panutan yang sangat memperhatikan kesejahteraan pegawainya .
Melalui kolom komentar di laman nakes.laporcovid19.org, drg. Heru Kristanto menulis panjang lebar. Baginya, dokter Edi adalah “ayah puskesmas” yang pertama dan utama sejak awal ditugaskan di puskesmas di wilayah Samarinda.
“Dari almarhum saya belajar banyak sekali tentang bagaimana seharusnya seorang petugas kesehatan mengabdikan jiwa raganya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Dari almarhum saya belajar banyak tentang kepemimpinan yang tegas, jujur dan selalu mengayomi staf,” tulis Heru.
Dari almarhum, lanjut Heru, ia belajar bahwa bukan jabatan yang penting bagi seseorang untuk bisa mengabdi dengan baik. Heru merasa sungguh beruntung pernah bekerja sebagai staf almarhum selama hampir 10 tahun.
“Saya sering diminta untuk menggantikan tugas almarhum dengan selalu berkata pada staf lainnya bahwa keputusan yang saya buat selama menggantikan tugas almarhum adalah fatwa almarhum. Dan bahkan saya diijinkan meniru tandatangan almarhum di mana diperlukan dan sangat mendesak tentu saja dengan seijin almarhum. Selamat jalan, pak. Bapak akan selalu kami kenang. Terima kasih untuk semua jasamu bagi saya dan bagi kami semua. Semoga Tuhan memberikan tempat terbaik bagimu di sisiNya. Semoga bapak memperoleh kedamaian abadi di sana,” ungkap Heru yang terasa sangat kehilangan.
Senior dan sahabat yang sudah seperti saudara kandung, sangat peduli akan persoalan-persoalan sejawat dokter, selalu menjauhkan diri dan pikiran dari hal-hal yang bisa memicu pertikaian, mengedepankan persamaan dalam segala aspek kehidupan.
Selamat jalan dr Edisyahputra Nasution. Sahabat, bapak dan tauladan.