Ketua IDI Jawa Timur tanggapi data kematian Covid-19

Kontributor
Penulis Kontributor
Sumber : Tangkapan layar konferensi pers di kanal YouTube LaporCovid.



ZONAUTARA.COM – Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Timur Sutrisno dalam konferensi pers virtual yang disiarkan secara langsung di kanal YouTube LaporCovid 19 memperingatkan untuk berhati-hati dalam membuat keputusan, jika berdasar pada data Covid-19 yang tidak akurat.

Pasalnya, Sutriso menilai bahwa banyak kasus kematian yang tidak dilaporkan, serta jumlah angka tes harian yang terbilang rendah. Sehingga bagi Sutrisno data-data tersebut tidak layak dijadikan pertimbangan dalam mengambil keputusan.

“Hati-hati data yang ada tidak memenuhi kaidah data qualified, data yang baik, data yang valid untuk dijadikan referensi para pengambil keputusan,” ucapnya, Kamis (22/7) kemarin.

Sejumlah daerah di Jawa Timur menurut Sutrisno hanya melaporkan kasus kematian yang kecil, sedangkan yang terjadi di lapangan kasus kematian jumlahnya lebih besar.

“Data yang ada jangan hanya data di meja untuk mengambil keputusan. Sehingga data yang masuk cuma 0, cuma 2, tapi coba lihat kuburan; hampir 20-30 kali lipat dari pada data yang ada di meja,” cetus Sutrisno.

“Kalau Anda cukup sakti untuk mendapatkan data yang riil, tentu anda akan terkejut untuk mendapatkan data itu. Jadi pasti Anda akan surprise, Anda akan shock bahwa riilnya kematian sungguh sangat banyak,” ujar dia.

Sutrisno menyebut hal itu tak lepas dari kelemahan pemerintah daerah dalam hal tes Covid-19.

“Selama testing tidak sesuai kaidah keilmuan, jangan pernah berharap menemukan jumlah Covid-19 yang riil. Yang ada hanya data-data yang tidak jelas, tidak representatif, yang ujungnya selalu underreported,” kata dia.

Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Jatim Herlin Ferliana menyebut data resmi kasus kematian Covid-19 di wilayahnya merupakan kasus yang sudah terkonfirmasi positif.

“Yang ditulis kematian akibat Covid-19 itu, adalah kematian yang data pendukungnya sudah ada, jadi dia meninggal karena Covid-19 karena sudah ada hasil laboratorium,” kata dia.

Ia menyebut ada sejumlah kasus kematian warga Jatim yang belum disertai dengan hasil laboratorium. Maka, pihaknya menunda pencatatan kasus meninggal ini sebagai kasus kematian akibat Corona.

“Kadang-kadang sudah meninggal tapi hasil [tes] belum turun, itu teman-teman mem-pending sampai hasilnya turun untuk memastikan itu meninggal karena Covid-19 atau tidak,” jelas dia.

“Jadi ada standar untuk pelaporan meninggal karena Covid-19 dengan dukungan laboratorium yang ada dari pasien tersebut,” lanjutnya.

Sebelumnya, LaporCovid-19, per Rabu (21/7), mencatat total kematian akibat Corona mencapai 98.014 kasus. Sementara, Satgas Covid-19 pada hari mencatat 77.583 kasus, alias ada gap 20.431 kasus.

Contoh gap itu adalah Kota Malang. Satgas setempat mencatat, Senin (19/7), nol kematian. Sementara, LaporCovid-19 menerima laporan 26 jenazah dimakamkan dengan protokol Corona.

Indonesia hingga saat ini hanya menghitung kematian Covid-19 berdasarkan pada kasus yang terkonfirmasi positif via swab. Padahal, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperluas definisi kematian mencakup pasien yang masih suspek atau terduga dan juga pasien yang probable.



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article
Leave a comment
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com