ZONAUTARA.COM — Tanpa sadar, kita sering kali tertarik dengan diskon atau barang-barang lucu yang kita temui saat berbelanja. Padahal kita tak terlalu membutuhkannya. Seolah badan kita langsung bergerak membelinya secara impulsive, tanpa pikir panjang.
Toko pun demikian telah membuat taktik yang sistematis untuk mempengaruhi kebiasaan belanja anda menjadi spontan dan menghabiskan uang sebanyak mungkin.
Pada abad ke-19, banyak orang percaya tentang konsep Homo economicus. Ia memandang bahwa seseorang selalu bertindak atas keputusan rasional demi kepentingan mereka. Nyatanya, Homo economicus telah punah. Pembelanjaan yang dilakukan manusia kebanyakan karena emosionalitas bukan rasionalitas.
Pembelanjaan secara implusif dalam kacamata psikologi
Banyak orang mengungkapkan bahwa penyebab seseorang banyak belanja adalah karena stres. Stres merupakan kondisi di mana kita merasa tak punya kendali atas lingkungan. Maka dari itu, banyak orang yang mengalokasikan uangnya untuk berbelanja.
Sebuah studi dengan judul The Effect of Stress on Consumer Saving and Spending, mengungkapkan bahwa orang cenderung menghabiskan uangnya dengan belanja saat stres.
Stres yang kita alami akan memicu hormon kortisol. Hormon ini membantu kita untuk merespon sesuatu dengan cepat. Stres yang orang-orang alami itulah yang dimanfaatkan oleh bisnis.
Selain itu, stres juga membuat kita tidak selalu menilai dengan baik, mana hal yang dibutuhkan dan mana yang tidak. Seolah kita akan mendapat kendali atas lingkungan kita.
Pemasar akan membuat barang yang harusnya tak perlu menjadi perlu dan penting untuk dimiliki banyak orang agar memenuhi kebutuhan psikologisnya.
Kepuasan yang instan
Selain itu, saat anda stres dan lelah, akan sangat sulit untuk membuat keputusan rasional yang dijalankan oleh korteks prefrontal. Kepuasan instan dengan belanja ini terjadi pada saat meng-klik beli dan ketika barang telah sampai.
Kepuasan ini berumur pendek dan hanya berlangsung dalam jangka waktu yang singkat. Sebuah review tentang Compulsive buying mengatakan bahwa orang sangat jarang dan hampir tidak pernah menggunakan barang yang dibeli secara kompulsif.
Kontrol diri dan emosi
Kontrol diri akan menyebabkan individu mengekang keinginan mereka dengan mengubah cara berpikir dan bertindak. Ia memiliki elemen penting dalam pembelanjaan secara impulsif.
Selain itu, emosi juga terlibat dalam pembelian secara impulsif. Entah sebelum, selama, atau setelah belanja.
Pembeli yang impulsif akan mengalami banyak kesenangan positif dan peningkatan emosional gairah belanja secara terus-menerus. Ingat bahwa 62% pembelian di toko dilakukan secara impulsif. Bahkan pembeli online lebih banyak melakukannya.