ZONAUTARA.com — Alzheimer merupakan satu dari banyaknya penyakit yang menyerang otak manusia. Gejalanya adalah ketika seseorang kehilangan ingatannya. Ketika menderita penyakit Alzheimer, koneksi sel-sel yang ada di otaknya menurun dan mati, dan akhirnya menghancurkan fungsinya.
Sebuah studi yang berjudul Four distinct trajectories of tau deposition identified in Alzheimer’s disease mengungkapkan bahwa tidak ada bentuk khas dari penyakit Alzheimer. Namun, ada empat manifestasi bentuk yang mewakilinya, dan bagian otak yang diserang pun berbeda-beda.
Hipotesis dari penyebab utama penyakit ini adalah karena agregasi dan penyebaran protein yang tak biasa di dalam otak. Meski masih simpang siur apakah penyebaran protein ini adalah penyabab penyakitnya atau hanya gejalanya, namun pola penyebaran protein ini dapat mengidentifikasi kondisi Alzheimer.
Studi tersebut melakukan peninjauan dari data Positron Emission Tomography (PET) dari 1143 orang. Hasil dari gambar tersebut digunakan untuk melihat bagaimana bentuk protein yang terbentuk di dalam otak.
4 tipe penyakit Alzheimer hasil penelitian
Untuk menghasilkan kategori pola, algoritma diterapkan di sini. Hasilnya, ada empat variasi berbeda dari bentuk protein penderita Alzheimer.
Tipe yang pertama ditandai dengan adanya protein di dalam lobus temporal. Jenis ini teridentifikasi pada 33% kasus yang diamati.
Tipe yang kedua adalah, protein menyebar di korteks serebral, bukan lobus temporal yang merupakan kebalikan dari tipe pertama. Jenis ini muncul hanya pada 18% kasus. Dan pada jenis ini, penderita Alzheimer memiliki lebih sedikit masalah memori daripada tipe yang pertama.
Pada tipe tiga, protein banyak terdapat di korteks visual. Di mana bagian ini memproses informasi visual. Penderita Alzheimer tipe ini akan mengalami kesulitan dengan gerakan dan pemrosesan informasi sensorik. Jenis ini dialami oleh 30% kasus.
Yang terakhir, di tipe empat, protein banyak menyebar di bagian otak kiri dan mempengaruhi kemampuan bahasa penderitanya. Tipe yang satu ini ditemukan di 19% kasus sisanya.
Setelah melakukan peninjauan data jangka panjang dari pasien yang terlibat dalam penelitian, maka penderita Alzheimer, dengan subtype ketiga, memiliki tingkat penurunan mental yang paling lambat, dan tipe keempat yang mengalami kehilangan memori paling tinggi.
Mengutip dari theconversation, Oskar Hansson, salah satu penulis dalam penelitian tersebut, mengatakan bahwa perlu adanya studi lanjutan dalam penelitian ini hingga lima sampai sepuluh tahun, sehingga pola akurasinya makin besar.