ZONAUTARA.COM — Kita semua pasti pernah merasa sangat ingin memakan makanan tertentu. Bahkan keinginan tersebut sampai-sampai tak terkendali. Sebuah penelitian menunjukkan kemungkinan untuk mematikan keinginan tersebut.
Penelitian ini muncul untuk mematikan perasaan senang terhadap makanan tertentu, yang berujung mengekang anda dan membuat anda kecanduan. Penelitian ini tentu bisa menjadi terobosan dalam hal menghindari gangguan makan terentu.
Bagaimana ngidam bisa terjadi?
Kita semua tentu pernah merasa lapar, bahkan setiap harinya. Namun, perasaan ngidam dan lapar tentunya berbeda. Yang membedakan adalah ketika seseorang mendambakan suatu makanan tertentu, mereka memiliki gambaran yang jelas dan dapat membayangkannya secara spesifik.
Mengidam makanan disebabkan oleh suatu daerah di otak yang bertanggung jawab untuk kesenangan, penghargaan, dan memori. Selain itu, keseimbangan hormon juga dapat menyebabkan keinginan makan tiba-tiba melonjak.
Emosi pun terlibat dalam penyebab ngidam. Apalagi jika memakan makanan tertentu dapat membuat anda merasa nyaman. Memakan dengan dasar emosional dapat dengan cepat mengubah kebiasaan menjadi sangat buruk. Apalagi untuk menangani atau menenangkan perasaan negatif.
Makanan akan memberi kepuasan, sehingga mereka dapat mengganti emosi negatif dengan emosi positif. Saat mengalami kepuasan, otak anda akan penuh dengan dopamine, yang malah memotivasi anda untuk terus makan agar merasa lebih baik.
Dari hal tersebut, anda makin tak bisa membedakan antara lapar fisik dan lapar karena emosional.
Kelaparan fisik akan berkembang seiring berjalannya waktu dan anda akan merasakan sensasi kenyang ketika selesai mamakannya. Namun, kelaparan emosional datang tiba-tiba dan hanya berlaku bagi makanan tertentu yang membuat anda merasa lebih baik. Anda bisa saja makan berlebihan sampai-sampai tak menyadari sensasi kenyang.
Mengidam bisa jadi menjadi salah satu penghalang anda untuk diet dan membiasakan diri makan makanan sehat.
Penelitian dilakukan
Penelitian baru mengungkapkan bahwa kita bisa mematikan keinginan untuk makanan dengan memanipulasi neuron di amigdala.
Studi dengan judul The coding of valence and identity in the mammalian taste system ini mengungkapkan bahwa sistem rasa yang kompleks otak sebetulnya terdiri dari unit-unit yang terpisah dan dapat dimodifikasi.
Dalam percobaannya, para ilmuwan berfokus pada rasa manis dan pahit di amigdala pada tikus. Para peneliti melakukan tes di mana koneksi manis atau pahit ke amigdala dihidupkan secara artifisial, seperti menjentikkan serangkaian sakelar lampu.
Ketika koneksi manis dihidupkan, tikus merespon air seolah itu adalah gula. Dengan manipulasi koneksi ini, peneliti dapat mengubah kualitas rasa.
Sebaliknya, ketika koneksi dimatikan namun korteks rasa tidak tersentuh, tikus masih dapat membedakan manis dan pahit, namun tidak memiliki reaksi emosional pada tiap rasa.
Penelitian ini dapat menjadi terobosan untuk dikembangkan dan dapat menjadi rujukan untuk menghilangkan gangguan makan tertentu.