Zonautara
  • HOME
  • PERISTIWA
    • Press Review
    • Kabar Sulut
    • Bencana dan Musibah
    • Ekonomi dan Bisnis
    • Hukum dan Regulasi
    • Lingkungan dan Konservasi
    • Pendidikan
    • Politik dan Pemerintahan
    • Sosial Kemasyarakatan
  • LAPORAN KHAS
    • Insight
    • Indepth
    • Sorotan
    • Tematik
    • Persona
    • ZONA DATA
      • Angka
      • Visualisasi Data
    • TUTUR VISUAL
      • Foto
      • Video
      • Infografis
    • POJOK RONNY
      • Perjalanan
  • CARI TAHU
    • ZONAPEDIA
    • Bagaimana caranya?
    • Daftar
    • Sejarah
    • Hari Ini Dalam Sejarah
  • REHAT
  • DATASET
No Result
View All Result
Zonautara
  • HOME
  • PERISTIWA
    • Press Review
    • Kabar Sulut
    • Bencana dan Musibah
    • Ekonomi dan Bisnis
    • Hukum dan Regulasi
    • Lingkungan dan Konservasi
    • Pendidikan
    • Politik dan Pemerintahan
    • Sosial Kemasyarakatan
  • LAPORAN KHAS
    • Insight
    • Indepth
    • Sorotan
    • Tematik
    • Persona
    • ZONA DATA
      • Angka
      • Visualisasi Data
    • TUTUR VISUAL
      • Foto
      • Video
      • Infografis
    • POJOK RONNY
      • Perjalanan
  • CARI TAHU
    • ZONAPEDIA
    • Bagaimana caranya?
    • Daftar
    • Sejarah
    • Hari Ini Dalam Sejarah
  • REHAT
  • DATASET
No Result
View All Result
Zonautara
No Result
View All Result
Home REHAT Relasi dan Hubungan Sosial

Aktualisasi diri memiliki makna yang berbeda di setiap budaya

by Mujtahida
A A
aktualisasi diri

Ilustrasi aktualiasi diri. (Foto: Pexels.com)

ZONAUTARA.com – Aktualisasi diri telah menjadi tren psikologi sejak Abraham Maslow menciptakan istilah tersebut pada tahun 1943. Sejak itu, sejumlah besar artikel, buku, podcast, poster motivasi, dan bahkan model bisnis telah muncul menjelaskan cara terbaik untuk mengembangkan diri.

Konsep aktualisasi diri dan hierarki kebutuhan telah menjelaskan konsep bahwa dorongan tertinggi seorang individu adalah untuk menjadi dirinya sendiri.

Sayangnya, para akademisi masih memperdebatkan apakah hierarki kebutuhan adalah model terbaik dari perkembangan manusia. Salah satu kritik dari teori ini adalah bahwa aktualisasi diri adalah konsep Barat.

Maslow mengembangkannya dengan mempelajari karakteristik rekan-rekannya dan tokoh-tokoh sejarah terkenal, seperti Abraham Lincoln dan Albert Einstein.

Permaknaan dari aktualisasi diri berbeda-beda pada setiap budaya dan kepercayaan. Mengutip dari Big Think, Matt Davis mengungkapkan beberapa arti aktualisasi diri menurut budaya dan filosofi lain.

Konfusianisme dan aktualisasi diri

Seperti hierarki kebutuhan Maslow, ada juga keadaan ideal yang lebih tinggi yang harus dikejar dalam Konfusianisme, yaitu kebijaksanaan.

Orang bijak Konfusianisme adalah individu yang baik hati dan bijaksana, yang dapat dianggap sebagai surga atau hukum yang mendasari alam semesta.

Konfusius berpikir bahwa sangat sedikit orang yang mencapai keadaan ini, seperti yang dilakukan Maslow dalam hal aktualisasi diri.

Namun, perbedaan utamanya adalah bahwa Konfusius lebih fokus secara signifikan pada hubungan antara orang bijak atau individu yang sedang berkembang dan masyarakat di sekitar mereka.

Taoisme dan buddha

Salah satu kesamaan terbesar antara filosofi Timur dan aktualisasi diri Maslow adalah bahwa mereka semua menganggap ada dorongan menuju keadaan yang lebih tinggi.

Dalam Taoisme, tujuannya adalah untuk mencapai kesatuan dengan prinsip dasar alam semesta yang tidak dapat diketahui (yaitu, tao, atau “jalan”), sedangkan dalam Buddhisme Zen, tujuannya adalah untuk mencapai Pencerahan dengan memahami kekosongan keberadaan.

Blackfoot amerika

Salah satu hal yang bisa disandingkan dengan hierarki kebutuhan Maslow adalah filosofi penduduk asli Amerika Blackfoot. Bahkan, Maslow diyakini telah menggunakan kepercayaan Blackfoot untuk mengembangkan teorinya setelah berkunjung ke Blackfoot Nation di Alberta, Kanada, pada tahun 1938.

Perspektif Blackfoot tentang aktualisasi diri sangat berbeda dari perspektif Maslow. Bagi Blackfoot, aktualisasi diri sebenarnya berada di dasar piramida.

Seperti filosofi lain yang berfokus pada perkembangan manusia dan keadaan yang lebih tinggi, model Blackfoot memperluas konsep di luar diri dan berfokus pada dampak pengembangan diri pada komunitas.

Di atas aktualisasi diri muncul aktualisasi komunitas, di atasnya muncul keabadian budaya, atau gagasan bahwa pengetahuan dan kearifan suatu komunitas dapat hidup terus-menerus, selama individu dan komunitas itu teraktualisasikan.

Tags: maslowaktualisasi diritingkatan kebutuhandepan
ShareTweetSend

Related Posts

Hubungan asmara
Relasi dan Hubungan Sosial

12 cara agar hubungan asmara tetap awet

17 February 2023

...

AMSI
Relasi dan Hubungan Sosial

AMSI raih penghargaan kolaborasi Covid-19 dari Menkes

2 February 2023

...

Discussion about this post

Facebook Twitter Instagram Youtube

Redaksi

Kelurahan Mongkonai, Kecamatan Mongkonai Barat, Kotamobagu.
Email: [email protected]
[email protected]

  • Tentang Kami
  • REDAKSI
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Kebijakan Data Pribadi
  • Content Placement

© 2023 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • HOME
  • PERISTIWA
    • Press Review
    • Kabar Sulut
    • Bencana dan Musibah
    • Ekonomi dan Bisnis
    • Hukum dan Regulasi
    • Lingkungan dan Konservasi
    • Pendidikan
    • Politik dan Pemerintahan
    • Sosial Kemasyarakatan
  • LAPORAN KHAS
    • Insight
    • Indepth
    • Sorotan
    • Tematik
    • Persona
    • ZONA DATA
      • Angka
      • Visualisasi Data
    • TUTUR VISUAL
      • Foto
      • Video
      • Infografis
    • POJOK RONNY
      • Perjalanan
  • CARI TAHU
    • ZONAPEDIA
    • Bagaimana caranya?
    • Daftar
    • Sejarah
    • Hari Ini Dalam Sejarah
  • REHAT
  • DATASET

© 2023 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

Go to mobile version